Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #225 Bahaya Bias Konfirmasi, Ketika Hanya Mau Percaya Apa yang Sudah Diyakini

image-gnews
Ilustrasi berpikir/menimbang. Shutterstock.com
Ilustrasi berpikir/menimbang. Shutterstock.com
Iklan

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Pemilu 2024 semakin dekat. Satu per satu, pasangan kandidat capres dan cawapres mengumumkan diri. Saat hoaks seputar kandidat capres dan cawapres turut bertebaran, apakah Anda mencukupkan diri dengan informasi yang sudah diketahui sebelumnya, atau masih menyediakan waktu untuk meneliti mana informasi benar dan mana kabar bohong?

Tahukah Anda, bahwa kita cenderung mengalami bias konfirmasi? Dengan mengenalinya, kita bisa menekan laju penyebaran hoaks di tengah dinamika momentum politik yang terjadi di negeri ini.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Prebunking Series (41):
Bahaya Bias Konfirmasi, Ketika Hanya Mau Percaya Apa yang Sudah Diyakini

Bias konfirmasi terjadi karena adanya hasrat yang kuat terhadap suatu keyakinan. Ketika seseorang ingin suatu ide atau konsep tertentu menjadi kenyataan, akhirnya dia pun mempercayai hal tersebut. Mereka termotivasi oleh angan-angan. Hal ini kemudian menyebabkan dia berhenti mengumpulkan potongan-potongan informasi, begitu dia sudah merasa bukti yang dikumpulkan sudah meneguhkan pandangan atau prasangka yang ingin dianggap benar.

Dilansir Psychology Today, Shahram Heshmat Ph.D. menjelaskan, ketika kita telah membentuk suatu pandangan di kepala, kita menerima informasi yang menegaskan pandangan tersebut dan mengabaikan, atau menolak informasi yang meragukannya. Bias konfirmasi menunjukkan bahwa kita tidak sedang memandang suatu keadaan secara objektif.

Secara fisiologis, penelitian menunjukkan bahwa memproses informasi yang mendukung keyakinan seseorang akan menyebabkan aliran dopamin. Hormon inilah yang menciptakan perasaan senang. Peter Wehner mengutipnya dari buku “Denying to the Grave: Why We Ignore the Facts That Will Save Us”. 

Bahkan psikolog moral Jonathan Haidt, mengatakan bahwa “keberpihakan yang ekstrem bisa membuat ketagihan.”

Maka, menjelang ajang politik Pemilu 2024, penting untuk mewaspadai potensi bias konfirmasi yang sudah tertanam di dalam diri. Apalagi, bias konfirmasi berkontribusi terhadap penyebaran mis/disinformasi alias “kabar palsu”. 

Sebab, bisa jadi kita cenderung menolak kebenaran karena sudah ada memiliki bentuk keyakinan tertentu di kepala. Padahal misalnya, informasi tersebut bersifat mengadu domba atau memprovokasi perpecahan di tengah masyarakat. Tentu keadaan bisa semakin runyam, ketika masyarakat mempercayai informasi yang mereka anggap benar itu lalu menyebarkannya, padahal belum melihat bukti yang mendukung kebenarannya.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Dari sisi media massa, industri media perlu meningkatkan standar jurnalistiknya untuk menghindari kesalahan yang kerap disebabkan oleh berita yang terburu-buru atau keinginan untuk membuat berita menjadi sensasional. 

Yang tak kalah penting, kita sebagai warga negara punya tanggung jawab dan kendali untuk menolak menerima apapun bentuk kebohongan maupun narasi palsu, dengan tidak turut menyebarkannya.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Video Berisi Klaim Presiden RI ke-6 SBY Ditangkap?

Sebuah video berdurasi 10 menit 13 detik dengan klaim peristiwa penangkapan mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beredar di Facebook. Video tersebut diberi narasi “langsung di t4ng-k4p sebelum bukti bukti penting dihilangkan”. Narator dalam video itu menyatakan bahwa SBY dikabarkan panik setelah Otoritas Jasa Keuangan memblokir 87 rekening dan jaksa agung membuka kembali kasus pembunuhan aktivis Munir.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

| Hasil Pemeriksaan fakta

Hingga artikel ini diturunkan, tidak ada penangkapan terhadap Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono. Konten tentang SBY ditangkap merupakan informasi dan narasi lama yang sudah pernah beredar berulang kali. 

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Seorang Wanita Asal India Meninggal Setelah Melahirkan Ular Kobra?

Seorang wanita asal India diklaim meninggal setelah melahirkan seekor ular kobra. Klaim tersebut dibagikan bersama sebuah video reels yang memperlihatkan sejumlah petugas kesehatan dalam sebuah ruang operasi. Di dalam video tersebut juga tertera narasi yang menyebutkan bahwa ular tersebut masuk ke dalam rahim wanita itu secara tak sengaja. Wanita itu telah meminum air yang didalamnya terdapat ular seukuran cacing.

| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

2 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.


CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

9 hari lalu

Logo twitter, facebook dan whatsapp. Istimewa
CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

Menelisik Motivasi di Balik Akun Medsos Penyebar Hoaks Melalui Transparansi Halaman


CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

15 hari lalu

Ilustrasi internet. (abc.net.au)
CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima


CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

22 hari lalu

Logo Google. REUTERS
CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google


CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

30 hari lalu

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup


CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

36 hari lalu

Logo TikTok terlihat di smartphone di depan logo ByteDance yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 27 November 2019. [REUTERS / Dado Ruvic / Illustration / File Photo]
CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

TikTok disorot sebagai sarang penyebaran misinformasi maupun disinformasi.


Dituduh Bikin Sepatu Bergambar Bendera Israel, Ini Kata Nike

43 hari lalu

Foto tangkapan layar video hoaks tentang sepatu Nike buat sepatu bergambar bendera Israel, 15 Maret 2024. (Reuters)
Dituduh Bikin Sepatu Bergambar Bendera Israel, Ini Kata Nike

Sebuah video memperlihatkan sepasang sepatu Nike bergambar bendera Israel menjadi viral disertai seruan untuk memboikot produsen alat olahraga itu.


CekFakta #251 Yang Harus Diteliti Pada Website Saat Mencari Kebenaran Informasi

44 hari lalu

Ilustrasi wanita sedang browsing internet. Pixabay.com
CekFakta #251 Yang Harus Diteliti Pada Website Saat Mencari Kebenaran Informasi

Yang Harus Diteliti Pada Website Saat Mencari Kebenaran Informasi


Cekfakta #250 Ujaran Kebencian Menyangkut SARA Meningkat Selama Pemilu 2024

50 hari lalu

Ilustrasi Ujaran Kebencian. shutterstock.com
Cekfakta #250 Ujaran Kebencian Menyangkut SARA Meningkat Selama Pemilu 2024

Ujaran kebencian ini meningkat ketika hari pemungutan suara. Bahkan hoaks berbau etnis kembali mewarnai, mendaur ulang pola kebohongan.


CekFakta #249 Situs-situs Abal-abal Buatan AI Menyebar Hoaks dalam Berbagai Bahasa

57 hari lalu

Ilustrasi wanita sedang browsing internet. Pixabay.com
CekFakta #249 Situs-situs Abal-abal Buatan AI Menyebar Hoaks dalam Berbagai Bahasa

Situs-situs Abal-abal Buatan AI Menyebar Hoaks dalam Berbagai Bahasa