Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Hoaks dalam bentuk apa yang sering Anda terima? Si pembuat kabar bohong cenderung menebar konten yang diolah dari hasil curian–entah foto maupun video.
Baru-baru ini, hoaks diproduksi dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Media-media kredibel menjadi sasaran pencurian konten, untuk kemudian diramu menjadi kabar kibul.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
Prebunking Series (38)
Waspada Bot Plagiat, Sebar Hoaks dengan Mendaur Ulang Konten Curian
Selain membantu kerja kita sebagai manusia modern, Artificial Intelligence (AI) juga bisa disalahgunakan oleh aktor-aktor jahat yang memproduksi disinformasi.
Dilansir NewsGuard, terdapat 37 situs yang menggunakan kecerdasan buatan untuk mengemas ulang artikel dari sumber berita utama tanpa mencantumkan kredit kepada sumber berita sama sekali. Dengan chatbot, situs-situs itu mengacak dan menulis ulang ribuan artikel berita yang pertama kali muncul di outlet berita ternama seperti CNN, The New York Times, dan Reuters.
Sebagai contoh, NewsGuard menemukannya di GlobalVillageSpace.com yang berbasis di Pakistan. Situs yang mendeskripsikan dirinya sebagai “berita, analisis, dan opini,” ini tampaknya memanfaatkan AI untuk menulis ulang artikel dari media arus utama tanpa mencantumkan kreditasi. Ini terlihat jelas karena situs tersebut menerbitkan 17 artikel yang secara teledor masih mencantumkan “pesan kesalahan AI” dalam enam bulan terakhir.
“Pesan kesalahan AI” biasanya muncul ketika kita memasukkan perintah yang kurang dipahami oleh chatbot. Misalnya, saat meminta AI untuk menulis ulang artikel kemudian ia menjawab: “Sebagai model bahasa AI, saya tidak dapat menulis ulang judul ini…” atau “Maaf, sebagai model bahasa AI, saya tidak dapat menentukan konten yang perlu ditulis ulang tanpa konteks atau informasi apa pun…”
Ada pula ladang konten atau content farms. Bak “beternak hoaks”, situs-situs ini mempublikasikan artikel berkualitas rendah dalam jumlah besar dengan tujuan untuk mendapatkan peringkat yang lebih tinggi di Google.
Beberapa ladang konten juga menampilkan iklan terprogram dari perusahaan-perusahaan ternama. Iklan terprogram alias programmatic ads secara tidak sadar membantu mendanai praktik penggunaan AI untuk mereproduksi konten dari outlet media arus utama. Bentuk-bentuknya pernah dibahas Tempo di nawala edisi ini.
Situs-situs seperti Grammarly biasanya memiliki tool pendeteksi plagiarisme yang menganalisis teks dan membandingkannya dengan konten yang tersedia di internet. Namun, alat pendeteksi plagiarisme Grammarly terkadang juga kesulitan mengidentifikasi artikel yang telah ditulis ulang dari sumber lain dengan menggunakan AI. Artinya, teknologi kecerdasan buatan berhasil mengacak konten asli sampai betul-betul sulit diidentifikasi.
“Kita sekarang berada di era yang semakin sulit untuk membedakan antara konten manusia dan konten yang dihasilkan oleh AI, dan semakin sulit untuk mengidentifikasi jenis-jenis contoh potensial plagiarisme,” ujar Amir Tayrani, seorang mitra di firma hukum Gibson Dunn kepada NewsGuard.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Video yang Diklaim Gerakan Bumi Hangus PKI di Batam pada 2023?
Seorang pengguna Facebook mengunggah video pada grup Facebook dengan narasi bahwa gerakan bumi hangus PKI sudah dilakukan di Batam. Akun ini menulis “Di pulau Batam sudah bergerak bumi hanguskan PKI, sampai ke akar-akarnya. Mohon disebarkan se-luas² nya. Jangan enggan menyebarkan video ini. Yang tidak mau menyebarkan berita ini berarti sama halnya dgn membiarkan pki hidup dan berkembang di indonesia.”.
| Hasil Pemeriksaan fakta
Untuk memverifikasi video tersebut, Tim Cek Fakta Tempo menggunakan Google Reserve Image, Yandex Image serta menelusuri video serupa di YouTube. Tempo juga menelusuri berita dari media-media siber yang kredibel. Berdasarkan penelusuran Tempo, video ini banyak beredar di YouTube namun dengan tanggal yang berbeda-beda.
Waktunya Trivia!
Benarkah LGBT adalah Penyakit Menular?
Sejumlah akun di Facebook memuat klaim bahwa LGBT adalah penyakit menular. Tim Cek Fakta Tempo setidaknya menemukan tiga uanggahan. Salah satu akun misalnya menulis, “LGBT itu penyimpangan, penyakit menular”. Sementara akun lainnya membagikan klaim, “Perilaku LGBT ini selain berbahaya bagi diri mereka sendiri selain dosa pastinya yaitu terjangkiti penyakit yang mematikan dan menular. Juga berbahaya bagi kehidupan kita bermasyarakat.”
| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah minum air setelah makan menyebabkan perut buncit?
- Benarkah ditemukan kuburan Masal di Ponpes Al-Zaytun?
- Benarkah PKI bebas bergerak setelah Tap MPRS dicabut?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: