Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
“Nyeri lutut sembuh dan kembali remaja seperti umur 18 tahun!” “Trik mendapatkan penghasilan puluhan juta rupiah dari Bitcoin.” “Ingin hidup 100 tahun? Bersihkan pembuluh darah Anda, ini caranya!”
Jika menemui judul-judul ini di suatu situs, blog, atau media sosial saat berselancar, apakah Anda tetap mengekliknya? Benarkah iklan sengaja bercerita dalam bentuk hoaks? Hati-hati jangan sampai terjebak, kenali cara membedakan iklan yang mengandung hoaks.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
Prebunking Series (12)
Ketika Hoaks Bersembunyi di Balik Iklan Konten Bersponsor
Secara umum, terdapat 2 jenis iklan digital yang ditawarkan setelah melewati proses lelang jual-beli otomatis secara terprogram (programmatic). Yang pertama, iklan bergambar berupa spanduk yang ditampilkan di batas situs web.
Sedangkan yang kedua, iklan konten, adalah iklan yang diformat agar terlihat seperti bagian dari konten situs web. Iklan konten ini disusun seperti artikel dengan tajuk utama dan foto, dengan judul-judul bombastis nan clickbait. Mereka mengumpulkan data riwayat pencarian pengguna internet, lalu mencocokkan jenis konten apa yang sesuai.
Seiring perkembangan teknologi informasi, muncullah iklan konten bersponsor yang melabeli dirinya sebagai konten editorial. Konten bersponsor ini menggunakan narasi yang menyesatkan, baik dalam bidang kesehatan maupun finansial.
Alhasil, disinformasi bukan lagi sekadar ulah orang iseng untuk bahan lucu-lucuan. Kini, kabar bohong diorganisir dan secara rapi menargetkan warganet dengan tujuan yang spesifik melalui iklan.
Maka, tak sedikit situs web maupun blogger yang dengan sengaja menampung iklan hoaks sebagai sumber pendapatan alias cuan. Iklan hoaks ini sudah menjadi industri lantaran pemilik situs mendapatkan komisi langsung dari si pemasang iklan.
Situs web yang menjajakan disinformasi, biasanya juga memanfaatkan sumber pendanaan lain. Ini termasuk e-commerce, di mana situs web menjual barang dagangan dan produk kesehatan; sumbangan dari pembaca; dan keanggotaan yang menawarkan konten eksklusif kepada pemirsa setelah pembayaran. Sumber terakhir ini dapat memfasilitasi konten yang lolos dari pemeriksa fakta karena hubungan pendapatan langsung.
Jurnalis ProPublica, Craig Silverman, mewanti-wanti keberadaan konten bersponsor ini. Sebab, melalui sumber pendanaan yang dirahasiakan, suatu kelompok dapat secara leluasa membiayai tujuan jahat tanpa mengungkapkan identitasnya.
“Dari mana pendapatan (pengiklan) berasal, penyandang dana yang dirahasiakan akan jadi hal yang paling sulit ditelusuri karena tersembunyi. Uangnya berasal dari sumber yang tidak diketahui."
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Air Rebusan Mie Instan Kaya Nutrisi dan Vitamin?
Video berdurasi 26 detik yang mengklaim air rebusan mie instan kaya akan vitamin dan nutrisi beredar di media sosial Instagram.
Pada video diceritakan jika air rebusan mie instan sesungguhnya tidak berbahaya lantaran mengandung zat lilin yang membuat warna air menjadi keruh. Air rebusan mie instan mengandung pati yang aman dikonsumsi karena banyak vitamin dan nutrisi.
| Hasil Pemeriksaan fakta
Dokter spesialis gizi klinik di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) dr. Amelya Augusthina Ayusari M.Gizi, Sp.GK, mengatakan klaim mengenai kandungan gizi dan vitamin pada air rebusan mie instan masih pro dan kontra.
Waktunya Trivia!
Waspada Jadi Penyebar Hoaks, Simak Tips Saring Sebelum Sharing
Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat tak hanya informasi penting yang cepat tersebar, tapi juga informasi salah atau hoaks. Apalagi, banyak orang meneruskan hoaks tanpa mencari tahu kebenaran informasinya, sehingga hoaks terus bermunculan dan dianggap sebagai informasi benar.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat tak hanya informasi penting yang cepat tersebar, tapi juga informasi salah atau hoaks. Apalagi, banyak orang meneruskan hoaks tanpa mencari tahu kebenaran informasinya, sehingga hoaks terus bermunculan dan dianggap sebagai informasi benar. Berikut adalah cara yang bisa kita lakukan sebelum sharing informasi.
| Lalu bagaimana caranya?
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Uni Eropa Terima Kembali Ekspor CPO Indonesia?
- Benarkah Presiden Jokowi Ditunjuk Antonio Guterres sebagai Sekjen PBB?
- Benarkah Seorang Bocah Jalani Operasi Mata Akibat Terkena Serpihan Mainan Lato-Lato?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: