Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #216 Mewaspadai Klaim-klaim Keliru Soal Sains

image-gnews
Ilustrasi sains. shutterstock.com
Ilustrasi sains. shutterstock.com
Iklan

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Hoaks soal apa yang biasanya beredar di sekitar Anda? Menjelang Pemilu, mungkin hoaks seputar politik atau kandidat capres yang kita temukan. Namun, bagaimana dengan hoaks seputar sains alias pengetahuan alam?

Bagaimana cara agar kita bisa peka dan waspada ketika menemukan klaim-klaim keliru nan menyesatkan soal sains?

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Prebunking Series (33)

Mewaspadai Klaim-klaim Keliru Soal Sains

Tentu kita tak perlu meragukan lagi bagaimana sains telah membantu urusan hidup manusia dalam memahami kejadian dan perubahan alam. Dari sana, manusia dapat bertindak membuat keputusan dalam hidup, melakukan mitigasi, serta mencari solusi. 

Itulah mengapa sains juga tak luput dari sasaran aktor jahat dalam menciptakan kabar bohong. Alhasil, hoaks seputar sains banyak yang dikaitkan dengan penyebab bencana alam, sebagai salah satu urusan yang terkait erat dengan hajat hidup kita. 

Beberapa bulan terakhir misalnya, Tim Cek Fakta Tempo menemukan sejumlah hoaks yang beredar seputar sains. Dalam diskusi di kanal Telegram Tempo, koordinator Tim Cek Fakta Tempo, Ika Ningtyas, menyebutkan beberapa contoh klaim-klaim keliru sains.

Salah satunya ialah narasi bahwa "HAARP Picu Badai, Tsunami, Gempa Bumi, dan Kendalikan Pikiran Manusia". HAARP atau High-frequency Active Auroral Research Program milik Amerika Serikat, merupakan alat yang digunakan untuk melakukan eksperimen pada petak 100 x 100 kilometer di atas ionosfer.

Faktanya, sejumlah ahli telah menyampaikan temuan bahwa transmisi dari HAARP hanya menyebabkan efek kecil di ionosfer yang berlangsung beberapa detik. Selain itu, fasilitas ini hanya dioperasikan beberapa jam setiap tahun. 

Di sisi lain, klaim ini bertolak belakang dengan banyak teori mengenai penyebab gempa bumi. Gempa bumi antara lain dapat disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik di dalam perut bumi, aktivitas gunung api, dan runtuhan tanah. Meski aktivitas manusia bisa menyebabkan gempa, namun biasanya melibatkan peledakan nuklir ataupun peledakan dinamit di permukaan bumi. 

Klaim soal HAARP juga kembali muncul dan dituding sebagai penyebab gempa Turki. Padahal menurut analisis Survei Geologi Amerika Serikat, USGS, gempa Turki 2023 disebabkan karena pergerakan relatif tiga lempeng tektonik utama yakni Lempeng Arab, Eurasia, dan Afrika serta satu blok tektonik yang lebih kecil yakni Sesar Anatolia. 

Lempeng tektonik adalah lempengan batu besar di kerak bumi dengan ketebalan 10 mil hingga 160 mil yang selalu bergerak secara perlahan. Gempa bumi terjadi di sepanjang batas-batas lempeng ini.

Maka jelas bahwa gempa Turki disebabkan aktivitas tektonik, bukan karena HAARP.

Yang mengherankan, klaim keliru mengenai HAARP juga dihubungkan dengan tsunami Aceh yang terjadi pada 2004. Tim Cek Fakta Tempo membahas kekeliruan klaim tersebut di sini.

Lantas, bagaimana cara kita mencari kebenaran informasi seputar sains ini?

Mengecek melalui situs otoritas resmi dan terpercaya adalah langkah paling mudah. Anda tentu sudah familiar dengan lembaga seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), atau United States of Geological Survey (USGS) jika berkaitan dengan peristiwa alam yang terjadi dalam skala internasional. 

Selain itu, banyak arsip dan berita yang menulis tentang penyebab gempa dan tsunami di Aceh. Kita cukup memasukkan kata kunci "penyebab gempa dan tsunami Aceh 2004" di mesin pencari seperti Google.

Sekali lagi, pastikan Anda secara jeli hanya merujuk kepada situs yang kredibel.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Tingkat Kematian Akibat Covid-19 di Komunitas Amish Rendah Karena Penduduknya Tolak Vaksinasi dan Abaikan Aturan WHO?

Sebuah gambar beredar di media sosial dengan narasi bahwa tingkat kematian akibat Covid-19 di Amish, sangat rendah karena penduduknya tidak melakukan vaksinasi dan mengabaikan aturan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Tak hanya narasi, unggahan tersebut memuat gambar berupa tangkapan layar Steve Kirsch saat berbicara di depan senat Pennsylvania, Amerika Serikat.

| Hasil Pemeriksaan fakta

Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa klaim tingkat kematian saat pandemi Covid-19 di Komunitas Amish rendah, tidak berdasarkan fakta yang ada. Sebaliknya, saat Covid-19 merebak, pada November 2020, angka kematian di komunitas Amish melonjak hingga 125 persen dibandingkan pada 2015 hingga 2019.  

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Video Ahok Menang Telak dan Anies Ngamuk?

Sebuah akun Facebook mengunggah video yang diklaim sebagai Ahok menang telak dan Anies Baswedan ngamuk sejadi-jadinya. Video tersebut berisi kompilasi video berisi Ahok dan Anies dalam berbagai aktivitas. Narator dalam video ini menyebut tentang pegiat medsos bernama Yusuf Muhammad yang pernah berpendapat bahwa Ahok sejak lama sudah mengingatkan soal potensi kebohongan Anies Baswedan. 

| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

5 hari lalu

Ilustrasi judi online. Pixlr Ai
CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

Sampai sekarang, masih ada 44 WNI yang terjebak di wilayah konflik perbatasan Myanmar dan Thailand.


CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

12 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

Agustus lalu Kementerian Kesehatan mengumumkan sebanyak 88 kasus cacar monyet (Mpox) di Indonesia.


CekFakta #274 Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter

19 hari lalu

Logo baru media sosial X, dahulu Twitter. REUTERS/Dado Ruvic
CekFakta #274 Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter

Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter


CekFakta #273 Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi"

26 hari lalu

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com
CekFakta #273 Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi"

beragam siasat dilakukan para pelaku online scam alias penipuan daring dalam mencari mangsa. Ada yang bernama "investasi", "kemitraan", "undian".


CekFakta #272 Bagaimana Disinformasi Memecah Belah Masyarakat

33 hari lalu

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #272 Bagaimana Disinformasi Memecah Belah Masyarakat

Disinformasi punya kemampuan yang berbahaya: menebar kebencian dan memecah belah masyarakat.


CekFakta #271 Membaca Penyebab Kecenderungan Percaya Hoaks dan Deepfake saat Pemilu

40 hari lalu

Gambar tangkapan layar video yang memperlihatkan perbedaan antara rekaman asli dengan deepfake. Credit: Kanal YouTube WatchMojo
CekFakta #271 Membaca Penyebab Kecenderungan Percaya Hoaks dan Deepfake saat Pemilu

Membaca Penyebab Kecenderungan Percaya Hoaks dan Deepfake saat Pemilu


CekFakta #270: Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

47 hari lalu

Rekomendasi AI Selain ChatGPT. Foto: Canva
CekFakta #270: Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

CekFakta #270: Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat


CekFakta #270 Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

47 hari lalu

Rekomendasi AI Selain ChatGPT. Foto: Canva
CekFakta #270 Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

CekFakta #270 Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat


CekFakta #269 Di Balik Sikap Tidak Percaya Orang Indonesia Terhadap Perubahan Iklim

54 hari lalu

CekFakta #269 Di Balik Sikap Tidak Percaya Orang Indonesia Terhadap Perubahan Iklim

masih banyak orang yang belum sadar urgensi perubahan iklim


CekFakta #268 Ketika Akun Palsu dan Hoaks Sengaja Dibudidayakan

12 Juli 2024

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #268 Ketika Akun Palsu dan Hoaks Sengaja Dibudidayakan

Ketika Akun Palsu dan Hoaks Sengaja Dibudidayakan