Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Vaksin Nusantara kembali menjadi pembicaraan setelah Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengabarkan bahwa artikel tentang Vaksin Nusantara telah dipublikasi jurnal internasional. Sejumlah pakar yang telah membaca artikel tersebut pun menyampaikan responsnya.
Dalam nawala ini, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap sejumlah klaim di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini klaim yang beredar di media sosial sangat beragam. Salah satunya hoaks seputar pencarian anak sulung Wali Kota Jawa Barat Ridwan Kamil yang hilang di Sungai Aare, Swis.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo MediaLab
Vaksin Nusantara Kembali Menuai kritik
Pekan lalu, Terawan Agus Putranto mengabarkan kalau artikel tentang Vaksin Nusantara telah dipublikasi jurnal internasional. Mantan Menteri Kesehatan itu membagikan tautan menuju alamat situs jurnal Taylor & Francis Online dengan judul artikel ‘Dendritic cell vaccine as a potential strategy to end the COVID-19 pandemic. Why should it be Ex Vivo?’ yang terbit daring pada 26 Mei 2022.
Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Universitas Diponegoro, dan Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi, menggagas vaksin Nusantara, vaksin ini dinilai dapat memicu antibodi seumur hidup.. TEMPO/Subekti.
“Saya bersyukur sekali, bahwa jurnal internasional terkait Vaksin Nusantara telah bisa diterbitkan,” ujar Terawan, seperti ditirukan Andi, Tim Komunikasi Terawan, dalam keterangan tertulis yang dibagikan Jumat 27 Mei 2022.
Dalam publikasinya, artikel disebutkan memiliki tim penulis terdiri dari Jonny Jonny, Terawan Agus Putranto, Enda Cindylosa Sitepu dan Raoulian Irfon. Seluruhnya berasal dari Cellcure Center, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Terawan berharap artikel bisa diakses semua kalangan untuk kemajuan ilmu kesehatan dan menyelesaikan masalah virus corona 2019 di dunia. Seperti diketahui Vaksin Nusantara yang dimaksud Terawan dan timnya dibuat menggunakan pendekatan sel dendritik yang melibatkan proses di luar tubuh manusia. Disebutkan pula bahwa ‘terapi’ Vaksin Nusantara itu telah diberikan ke sederet tokoh nasional.
Namun, Sejumlah pakar mengkritik klaim Terawan tersebut. Pasalnya, jurnal tersebut dinilai hanya menjelaskan gagasan di balik penelitian vaksin dendritik untuk coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Ditambah lagi, dalam jurnal yang dipublikasikan di Taylor and Francis Online tadi memang tak menyebutkan secara jelas penggunaan kata “Vaksin Nusantara” melainkan menggunakan kata “vaksin sel dendritik”.
Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengaku telah membaca publikasi artikel dari Terawan dan timnya tersebut. Menurut dia, artikel tersebut lebih berupa kajian potensi ke depan terapi sel dendritik dari riset-riset yang sudah ada.
“Tak disebutkan nama Vaksin Nusantara di dalamnya. Hasil riset yang dilakukan juga tidak muncul… atau belum muncul… tapi wajar karena ini sebetulnya hanya literature review," katanya.
Adapun penggunaan sel dendritik biasanya dikembangkan untuk terapi kanker dan kronis infeksi virus. Sel dendritik adalah sel imun yang berfungsi sebagai guru. Studi vaksin sel dendritik pada kanker pasien yang telah dilakukan sampai saat ini menunjukkan hasil yang menjanjikan.
Pada bagian hasil klinis disebutkan bahwa vaksin berbasis sel dendritik mungkin menimbulkan respons sel T yang protektif terhadap infeksi. Tidak seperti antibodi penetralisir, yang diperkirakan akan berkurang, beberapa temuan menunjukkan bahwa respons sel T dapat dipertahankan untuk waktu yang lama, bahkan bertahun-tahun.
Dicky berharap ada kelanjutan berupa publikasi ilmiah berikutnya dari hasil riset yang dilakukan Terawan dan tim terhadap para pasiennya. Menurutnya, berdasarkan riset yang juga sudah ada, terapi sel dendritik memang memiliki potensi untuk pengobatan Covid-19. Tapi, berdasarkan hasil kajiannya pula, memang terdapat tantangan berupa ongkos dan sumber daya yang besar setiap terapi yang diberikan.
“Kalau bicara strategi kesehatan masyarakat kan harus yang mudah, murah, cepat, efektif,” kata Dicky.
Dicky juga menyarankan Terawan dan kawan-kawan agar tak menggunakan nama Vaksin Nusantara untuk pendekatan terapi sel dendritik yang digunakannya. Alasannya, inovasi tersebut sudah ada di dunia sebelum diperkenalkan Terawan. “Harus fair ini bukanlah inovasi di Indonesia, harus menghargai orisinalitas dalam dunia ilmiah,” kata dia.
Waktunya Trivia!
Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.
Laporan perusahaan keamanan siber, Malwarebytes, baru-baru ini mengungkap adanya kelompok ancaman persisten lanjutan (APT) yang tidak diketahui namanya, telah dikaitkan dengan serangkaian serangan spear-phishing yang menargetkan entitas pemerintah Rusia. Usaha serangan terpantau sejak awal perang Rusia-Ukraina pada akhir Februari 2022.
Mark Zuckerberg Menghadapi Gugatan dari District of Columbia Atas Skandal Cambridge Analytica. Jaksa Agung Distrik Columbia Karl Racine telah mengajukan gugatan terhadap Zuckerberg. Jaksa menuduh bahwa aturan privasi perusahaan dan tanggapan terhadap pelanggaran tersebut melanggar ketentuan Undang-Undang Prosedur Perlindungan Konsumen. Ini adalah upaya kedua Kejaksaan Agung DC untuk melibatkan Zuckerberg secara pribadi sebagai terdakwa. Seorang hakim Pengadilan Tinggi DC membatalkan upaya sebelumnya pada bulan Februari.
Informasi yang salah beredar secara online di tengah Pemilu Kenya. Presiden Uhuru Kenyatta mengundurkan diri setelah dua masa jabatan. Salah satu yang berharap bisa menggantikannya adalah wakilnya, William Ruto. Belakangan, sebuah video yang menunjukkan mantan Presiden AS, Barack Obama, mengumumkan dukungannya untuk Ruto beredar. Namun video tersebut sesungguhnya telah dimanipulasi dan tidak ada hubungannya dengan pemilihan Kenya—Obama tidak mendukung calon manapun.
Periksa Fakta Sepekan Ini
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial sangat beragam. Salah satunya hoaks seputar pencarian anak sulung Wali Kota Jawa Barat Ridwan Kamil yang hilang di Sungai Aare, Swis.
Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Keliru, Daftar Bansos DTKS Melalui Aplikasi Check Kontribusi Sosial
- Keliru, Kanker Payudara Disebabkan Penggunaan Bra Berkawat dan Bra Tidak Dicuci
- Keliru, Kolase Foto Polisi Maritim Swiss Temukan Jasad Eril di Sungai Aare
- Keliru, Video Pemerintah Singapura Menyerahkan 1000 Triliun Aset Negara Indonesia yang Dicuri Koruptor
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: