Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CakFakta #159 Vaksin Nusantara Kembali Menuai kritik

image-gnews
Politikus senior Partai Golkar Aburizal Bakrie menerima penyuntikan vaksin sel dendritik SARS-CoV-2 atau Vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Jumat, 16 April 2021. Penyuntikan dilakukan langsung oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Foto: Istimewa.
Politikus senior Partai Golkar Aburizal Bakrie menerima penyuntikan vaksin sel dendritik SARS-CoV-2 atau Vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Jumat, 16 April 2021. Penyuntikan dilakukan langsung oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Foto: Istimewa.
Iklan

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Vaksin Nusantara kembali menjadi pembicaraan setelah Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengabarkan bahwa artikel tentang Vaksin Nusantara telah dipublikasi jurnal internasional. Sejumlah pakar yang telah membaca artikel tersebut pun menyampaikan responsnya.

Dalam nawala ini, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap sejumlah klaim di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini klaim yang beredar di media sosial sangat beragam. Salah satunya hoaks seputar pencarian anak sulung Wali Kota Jawa Barat Ridwan Kamil yang hilang di Sungai Aare, Swis.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo MediaLab

Vaksin Nusantara Kembali Menuai kritik

Pekan lalu, Terawan Agus Putranto mengabarkan kalau artikel tentang Vaksin Nusantara telah dipublikasi jurnal internasional. Mantan Menteri Kesehatan itu membagikan tautan menuju alamat situs jurnal Taylor & Francis Online dengan judul artikel ‘Dendritic cell vaccine as a potential strategy to end the COVID-19 pandemic. Why should it be Ex Vivo?’ yang terbit daring pada 26 Mei 2022.

Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Universitas Diponegoro, dan Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi, menggagas vaksin Nusantara, vaksin ini dinilai dapat memicu antibodi seumur hidup.. TEMPO/Subekti.

“Saya bersyukur sekali, bahwa jurnal internasional terkait Vaksin Nusantara telah bisa diterbitkan,” ujar Terawan, seperti ditirukan Andi, Tim Komunikasi Terawan, dalam keterangan tertulis yang dibagikan Jumat 27 Mei 2022.

Dalam publikasinya, artikel disebutkan memiliki tim penulis terdiri dari Jonny Jonny, Terawan Agus Putranto, Enda Cindylosa Sitepu dan Raoulian Irfon. Seluruhnya berasal dari Cellcure Center, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.

Terawan berharap artikel bisa diakses semua kalangan untuk kemajuan ilmu kesehatan dan menyelesaikan masalah virus corona 2019 di dunia. Seperti diketahui Vaksin Nusantara yang dimaksud Terawan dan timnya dibuat menggunakan pendekatan sel dendritik yang melibatkan proses di luar tubuh manusia. Disebutkan pula bahwa ‘terapi’ Vaksin Nusantara itu telah diberikan ke sederet tokoh nasional.

Namun, Sejumlah pakar mengkritik klaim Terawan tersebut. Pasalnya, jurnal tersebut dinilai hanya menjelaskan gagasan di balik penelitian vaksin dendritik untuk coronavirus disease 2019 (Covid-19).

Ditambah lagi, dalam jurnal yang dipublikasikan di Taylor and Francis Online tadi memang tak menyebutkan secara jelas penggunaan kata “Vaksin Nusantara” melainkan menggunakan kata “vaksin sel dendritik”.

Epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengaku telah membaca publikasi artikel dari Terawan dan timnya tersebut. Menurut dia, artikel tersebut lebih berupa kajian potensi ke depan terapi sel dendritik dari riset-riset yang sudah ada.

“Tak disebutkan nama Vaksin Nusantara di dalamnya. Hasil riset yang dilakukan juga tidak muncul… atau belum muncul… tapi wajar karena ini sebetulnya hanya literature review," katanya.

Adapun penggunaan sel dendritik biasanya dikembangkan untuk terapi kanker dan kronis infeksi virus. Sel dendritik adalah sel imun yang berfungsi sebagai guru. Studi vaksin sel dendritik pada kanker pasien yang telah dilakukan sampai saat ini menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Pada bagian hasil klinis disebutkan bahwa vaksin berbasis sel dendritik mungkin menimbulkan respons sel T yang protektif terhadap infeksi. Tidak seperti antibodi penetralisir, yang diperkirakan akan berkurang, beberapa temuan menunjukkan bahwa respons sel T dapat dipertahankan untuk waktu yang lama, bahkan bertahun-tahun.

Dicky berharap ada kelanjutan berupa publikasi ilmiah berikutnya dari hasil riset yang dilakukan Terawan dan tim terhadap para pasiennya. Menurutnya, berdasarkan riset yang juga sudah ada, terapi sel dendritik memang memiliki potensi untuk pengobatan Covid-19. Tapi, berdasarkan hasil kajiannya pula, memang terdapat tantangan berupa ongkos dan sumber daya yang besar setiap terapi yang diberikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Kalau bicara strategi kesehatan masyarakat kan harus yang mudah, murah, cepat, efektif,” kata Dicky.

Dicky juga menyarankan Terawan dan kawan-kawan agar tak menggunakan nama Vaksin Nusantara untuk pendekatan terapi sel dendritik yang digunakannya. Alasannya, inovasi tersebut sudah ada di dunia sebelum diperkenalkan Terawan. “Harus fair ini bukanlah inovasi di Indonesia, harus menghargai orisinalitas dalam dunia ilmiah,” kata dia.

Waktunya Trivia!

Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.

Laporan perusahaan keamanan siber, Malwarebytes, baru-baru ini mengungkap adanya kelompok ancaman persisten lanjutan (APT) yang tidak diketahui namanya, telah dikaitkan dengan serangkaian serangan spear-phishing yang menargetkan entitas pemerintah Rusia. Usaha serangan terpantau sejak awal perang Rusia-Ukraina pada akhir Februari 2022.

Mark Zuckerberg Menghadapi Gugatan dari District of Columbia Atas Skandal Cambridge Analytica. Jaksa Agung Distrik Columbia Karl Racine telah mengajukan gugatan terhadap Zuckerberg. Jaksa menuduh bahwa aturan privasi perusahaan dan tanggapan terhadap pelanggaran tersebut melanggar ketentuan Undang-Undang Prosedur Perlindungan Konsumen. Ini adalah upaya kedua Kejaksaan Agung DC untuk melibatkan Zuckerberg secara pribadi sebagai terdakwa. Seorang hakim Pengadilan Tinggi DC membatalkan upaya sebelumnya pada bulan Februari.

Informasi yang salah beredar secara online di tengah Pemilu Kenya. Presiden Uhuru Kenyatta mengundurkan diri setelah dua masa jabatan. Salah satu yang berharap bisa menggantikannya adalah wakilnya, William Ruto. Belakangan, sebuah video yang menunjukkan mantan Presiden AS, Barack Obama, mengumumkan dukungannya untuk Ruto beredar. Namun video tersebut sesungguhnya telah dimanipulasi dan tidak ada hubungannya dengan pemilihan Kenya—Obama tidak mendukung calon manapun.

Periksa Fakta Sepekan Ini

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial sangat beragam. Salah satunya hoaks seputar pencarian anak sulung Wali Kota Jawa Barat Ridwan Kamil yang hilang di Sungai Aare, Swis.

Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CekFakta #277 Mewaspadai Bahaya AI di Tangan Ekstremis dan Teroris

1 jam lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
CekFakta #277 Mewaspadai Bahaya AI di Tangan Ekstremis dan Teroris

Mewaspadai Bahaya AI di Tangan Ekstremis dan Teroris


CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

7 hari lalu

Ilustrasi judi online. Pixlr Ai
CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

Sampai sekarang, masih ada 44 WNI yang terjebak di wilayah konflik perbatasan Myanmar dan Thailand.


CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

14 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

Agustus lalu Kementerian Kesehatan mengumumkan sebanyak 88 kasus cacar monyet (Mpox) di Indonesia.


CekFakta #274 Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter

20 hari lalu

Logo baru media sosial X, dahulu Twitter. REUTERS/Dado Ruvic
CekFakta #274 Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter

Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter


CekFakta #273 Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi"

28 hari lalu

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com
CekFakta #273 Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi"

beragam siasat dilakukan para pelaku online scam alias penipuan daring dalam mencari mangsa. Ada yang bernama "investasi", "kemitraan", "undian".


CekFakta #272 Bagaimana Disinformasi Memecah Belah Masyarakat

35 hari lalu

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #272 Bagaimana Disinformasi Memecah Belah Masyarakat

Disinformasi punya kemampuan yang berbahaya: menebar kebencian dan memecah belah masyarakat.


CekFakta #271 Membaca Penyebab Kecenderungan Percaya Hoaks dan Deepfake saat Pemilu

42 hari lalu

Gambar tangkapan layar video yang memperlihatkan perbedaan antara rekaman asli dengan deepfake. Credit: Kanal YouTube WatchMojo
CekFakta #271 Membaca Penyebab Kecenderungan Percaya Hoaks dan Deepfake saat Pemilu

Membaca Penyebab Kecenderungan Percaya Hoaks dan Deepfake saat Pemilu


CekFakta #270: Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

49 hari lalu

Rekomendasi AI Selain ChatGPT. Foto: Canva
CekFakta #270: Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

CekFakta #270: Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat


CekFakta #270 Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

49 hari lalu

Rekomendasi AI Selain ChatGPT. Foto: Canva
CekFakta #270 Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

CekFakta #270 Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat


CekFakta #269 Di Balik Sikap Tidak Percaya Orang Indonesia Terhadap Perubahan Iklim

56 hari lalu

CekFakta #269 Di Balik Sikap Tidak Percaya Orang Indonesia Terhadap Perubahan Iklim

masih banyak orang yang belum sadar urgensi perubahan iklim