Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Berbagai ulasan muncul saat subvarian BA.2 dari mulai menggantikan subvarian BA.1 yang merupakan strain “asli” Omicron. Subvarian BA.2 ini mulai merebak di Denmark. Varian yang juga disebut ‘Son of Omicron’ ini 33 persen lebih berisiko menularkannya kepada orang lain, dibandingkan dengan pasien yang terpapar subvarian BA.1.
Dalam nawala ini, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap klaim tadi di kanal Cek Fakta Tempo. Salah satu klaim yang diperiksa adalah berbagai narasi terkait vaksin coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo MediaLab
Tingkat Penularan Subvarian Omicron BA.2
Sebuah penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Statens Serum Institut (SSI), Copenhagen University, Statistics Denmark menemukan subvarian Omicron, BA.2, lebih cepat menular daripada subvarian sebelumnya, yaitu BA.1. Varian ini belakangan populer disebut ‘Son of Omicron’. Bahkan dapat menginfeksi orang yang sudah divaksinasi Covid-19.
Berdasarkan data yang tercatat peneliti ini, di Denmark, varian ‘Son of Omicron’ ini 33 persen lebih berisiko menularkannya kepada orang lain, dibandingkan dengan pasien yang terpapar subvarian BA.1. Adapun saat ini, subvarian BA.1 menyebabkan lebih dari 98 persen kasus Covid-19 varian Omicron secara global.
Ilustrasi virus Corona (Covid-19) varian MU. Shutterstock
Laporan penelitian ini menyimpulkan bahwa Omicron BA.2 secara signifikan jauh lebih menular daripada BA.1. Varian BA.2 juga dapat menghindari kekebalan yang mengurangi efek perlindungan vaksinasi terhadap infeksi. “Jika Anda terpapar Omicron BA.2 di rumah, Anda memiliki kemungkinan 39 persen telah terinfeksi dalam rentang tujuh hari. Jika Anda terpapar (subvarian) BA.1, kemungkinan (terinfeksinya) adalah 29 persen,” kata penulis utama studi, Frederik Plesner.
Di samping itu, para peneliti mengungkapkan tentang ‘Son of Omicron’ subvarian BA.2 relatif lebih mampu menginfeksi orang yang divaksinasi dan mendapatkan vaksin booster dibandingkan subvarian BA.1. Sebab, varian ini memiliki sifat yang dapat menghindari imunitas yang dibentuk vaksin.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, subvarian BA.2 sudah terdeteksi di 57 negara. Kendati demikian, WHO menyampaikan bahwa sampai saat ini, informasi yang diketahui tentang subvarian tersebut masih sangat sedikit. Termasuk karakteristik, seberapa cepat penularannya, hingga bagaimana virulensi atau kemampuan virus untuk menginfeksi seseorang.
“Kami ingin orang-orang sadar bahwa virus (varian Omicron) ini terus menyebar dan terus berkembang. Sangat penting bagi kita untuk mengambil langkah dalam mengurangi paparan terhadap virus varian apa pun,” kata Kepala Tim Teknis WHO Maria Van Kerkhove.
Belakangan, subvarian ini juga disebutkan sudah dominan di Filipina, Nepal, Qatar, India dan Denmark, kata Pavlin. “Vaksinasi sangat melindungi terhadap penyakit parah, termasuk untuk Omicron. BA.2 dengan cepat menggantikan BA.1. Dampaknya tidak mungkin substansial, meskipun lebih banyak data diperlukan," katanya.
Waktunya Trivia!
Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.
Perusahaan induk Facebook, Meta, sedang memperkenalkan avatar 3D ke dalam penggunaan direct message dan Story Instagram sekaligus memperbarui avatar yang sudah ada di Facebook dan Messenger. Menurut General Manager Meta untuk Avatar dan Identitas, Aigerim Shorman, avatar-avatar terbaru ini termasuk bentuk wajah yang baru serta mengakomodasi perangkat yang melekat seperti alat bantu dengar dan kursi roda untuk membuatnya semakin terbuka bagi pengguna dengan disabilitas. Shorman mengumumkan hal tersebut dalam pos di blog perusahaan, Senin 31 Januari 2022.
Kominfo Siapkan Regulasi terkait Identitas Digital Indonesia. Identitas digital semakin banyak digunakan seiring dengan perkembangan teknologi. Khusus di tahun 2022, identitas digital punya arti penting. Tahun ini menjadi tahun akselerasi transformasi digital di Indonesia sesuai roadmap digital Indonesia. Kondisi ini juga didukung oleh terpilihnya Indonesia menjadi tuan rumah G20 dengan tiga agenda utama di sektor ekonomi digital, yakni pemulihan dan konektivitas pasca-Covid-19, literasi digital dan keterampilan digital, serta arus data lintas batas negara yang terpercaya.
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tengah menguji versi baru dari e-KTP, yang nantinya disebut sebagai e-KTP Digital atau Identitas Digital. Pelaksanaan E-KTP Digital rencananya bakal diterapkan secara bertahap mulai tahun ini.
Facebook melaporkan adanya penurunan pengguna harian secara global pada kuartal pertama. Di saat bersamaan pertumbuhan iklan lebih rendah dari perkiraan. Hal ini membuat sahamnya anjlok sekitar 20 persen. Perubahan strategi bisnis Metaverse tetap tidak memperbaiki masalah utama, yaitu lambatnya pertumbuhan user dan iklan.
Pemerintahan Biden telah mengeluarkan serangkaian perintah keamanan siber kepada agen-agen federal pada tahun lalu. Salah satu komponennya adalah janji untuk pada akhirnya memindahkan semua sistem pemerintah ke ‘Zero Trust Strategy”. Namun, jalan yang jelas ke arah itu belum ditetapkan. Beberapa di lembaga di Amerika Serikat tetap kebingungan tentang apa arti konsep itu bagi mereka. Pemerintah AS telah mengambil langkah konkret pertama untuk benar-benar menerapkan ‘Strategi Nol Kepercayaan’ dengan menerbitkan memorandum yang ditujukan kepada semua lembaga federal. Memorandum itu menguraikan tujuan dasar yang harus dicapai pada akhir tahun fiskal 2024.
Platform musik Spotify menghadapi banyak kritik atas misinformasi yang disiarkan di podcast paling populernya, Joe Rogan Experience. Episode podcast yang dimaksud adalah saat Joe Rogan menampilkan ahli virologi Robert Malone. Episode itu menuai kritik dari pakar kesehatan masyarakat atas berbagai klaim konspirasi tentang program vaksinasi Covid-19. Platform yang didirikan di Swedia serta memiliki 400 juta pengguna aktif ini menanggapinya dengan berjanji untuk menautkan konten kontroversial terkait Covid-19 itu ke “hub” yang berisi informasi yang dapat dipercaya. Tapi ia tak berjanji untuk sekaligus menghapus informasi yang salah.
Periksa Fakta Sepekan Ini
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial lebih beragam dari pekan sebelumnya. Namun, di antara klaim-klaim tersebut masih banyak klaim terkait Covid-19. Salah satunya, Keliru, 10 Negara telah Menganggap Covid-19 hanya Flu Biasa dan Membatalkan Semua Prosedur Wajib Karantina. Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Keliru, Video yang Diklaim Pernyataan Perdana Menteri Israel tentang Cara Membunuh Orang Islam
- Menyesatkan, Nigeria Menghancurkan Satu Juta Dosis Vaksin Covid-19 atas Desakan Kekuatan Rakyat
- Keliru, 10 Negara telah Menganggap Covid-19 hanya Flu Biasa dan Membatalkan Semua Prosedur Wajib Karantina
- Keliru, Jokowi Merayakan Imlek tanpa Protokol Kesehatan
- Keliru, Menepuk Lengan Dapat Mencegah Segala Penyakit dan Serangan Jantung
- Tidak Terbukti, Video Dokumen Berbahaya yang Melibatkan Gibran dan Kaesang Terungkap
- Keliru, Cerita tentang Seorang Ayah Disebut Hero di Texas yang Membunuh Pria karena Memperkosa Anaknya
- Keliru, Pesan Berantai Berisi Resep Obat Covid-19 dari Perkumpulan Dokter di RS Wisma Atlet
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini.
Ikuti kami di media sosial: