Halo pembaca nawala cek fakta Tempo!
Sebuah studi ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada Maret 2021 menemukan bahwa banyak orang membagikan informasi yang salah di media sosial karena tidak memperhatikan kontennya. Sebaliknya, masyarakat akan cenderung tidak membagikan informasi yang salah setelah diminta benar-benar jeli dalam menilai keakuratan suatu berita atau informasi. Artinya, masyarakat–terutama lansia–bisa membedakan mana hoaks dan fakta dengan cukup meluangkan lebih banyak waktu untuk mengevaluasi sumber yang sedang dibaca.
Dikutip dari NPR, berikut ini lima tips untuk mencegah penyebaran misinformasi dan disinformasi di kalangan lansia, termasuk orang tua kita:
Periksa sumber dan konteksnya
Apakah situs yang ditemukan, tergolong sumber yang terpercaya atau tidak? Sebabnya, informasi yang salah dapat datang dari berbagai arah.
“Yang terbaik adalah memiliki filter yang diterapkan pada semua informasi,” kata Breana Clark, direktur asosiasi operasi program Older Adults Technology Services (OATS).
Sumber yang terpercaya bisa diketahui dari sufiks alias akhiran alamat situs web. Misalnya, jika memang valid dari pemerintahan, biasanya diakhiri dengan .gov atau .go.id. Atau jika situs web resmi lembaga pendidikan, diakhiri dengan .edu atau ac.id.
Perhatikan gambar; rekayasa atau sungguhan
Cari sudut yang terputus-putus dan/atau pencahayaan yang aneh untuk mendeteksi apakah suatu gambar sudah direkayasa.
Selain itu, perhatikan sumber dan konteksnya. Orang tua juga perlu memahami konteks apakah konten yang diterima adalah fakta alias realita yang lucu, atau sekadar sindiran maupun guyonan.
Direktur pendidikan di News Literacy Project, John Silva, membahas foto ular dengan tonjolan berbentuk senapan di tubuhnya di suatu kelas. Ketika dia menanyakan pendapat peserta lansia mengenai gambar tersebut, salah satu dari mereka bertanya mengapa ada ular yang memakan senjata.
Ternyata, ular palsu itu adalah sebuah karya seni. Karena diambil di luar konteks, orang-orang mungkin mengira ada ular sungguhan yang menelan pistol.
Opini atau fakta?
Lansia musti mampu membedakan antara opini dan fakta, karena di era digital, siapa pun dapat memposting konten secara online.
Maka, lansia juga perlu menguasai bagaimana memverifikasi informasi saat Anda membaca melalui teknik ‘membaca lateral’. Istilah membaca lateral ini pertama kali digunakan oleh Stanford History Education Group. Pertanyaan kunci untuk ditanyakan pada diri sendiri saat melakukannya: “Siapa di balik informasi itu? Apa buktinya? Apa kata sumber lain?” Cek Fakta Tempo pernah mengulasnya di sini.
Beri jeda sebelum bereaksi atau berbagi
Jeda, pertimbangkan, dan tahan klik ‘share’. Ingatlah bahwa ada aktor jahat yang mengambil keuntungan berupa pendapatan uang dari likes, memancing emosi, dan komentar di dunia maya.
Jika teman atau keluarga berbagi informasi salah secara online, tawarkan diri untuk mengecek faktanya sebelum ada orang lain terpedaya.
Hati-hati dengan bot dan troll
Bot adalah akun otomatis palsu. Sedangkan trolls adalah manusia yang mengoperasikan akun dan dengan sengaja menjadi pembuat onar di dunia maya.
Identifikasi mereka dengan mengamati apakah suatu akun itu baru. Apalagi jika sedikit pengikutnya, tanpa foto, namanya aneh dengan banyak nomor, dan komentar yang tidak masuk akal atau menghasut. Baik bot maupun troll seringkali bikin rusuh.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Penemuan Kitab Suci Al-Qur'an Raksasa yang Jatuh dari Langit?
Akun Facebook ini mengunggah sebuah video penemuan kitab bertuliskan huruf Arab disertai klaim bahwa kitab tersebut merupakan kitab suci Al-Qur'an raksasa yang jatuh dari langit. Video berdurasi 2 menit 17 detik tersebut diunggah pada 11 Juli 2023.
| Hasil Pemeriksaan fakta
Untuk memverifikasi klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri pemberitaan terkait di internet dengan menggunakan kata kunci "Al-Qur'an jatuh dari langit". Hasilnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) wilayah Sidoarjo Jawa Timur memastikan kitab tersebut adalah mushaf yang dibeli seharga Rp 24 juta. Pemilik rumah mengakui keberadaan kitab raksasa itu bukan turun dari langit, tetapi sengaja diatur agar seperti kejadian tidak biasa.
Waktunya Trivia!
Benarkah Makan Buah-buahan saat Perut Kosong Bisa Obati Kanker?
Sebuah klaim beredar menyebutkan bahwa makan buah-buahan saat perut kosong atau sedang merasa sangat lapar, bisa mengobati kanker. Narasi itu berdasarkan pengalaman dokter Stephen Mak, yang menyatakan tingkat keberhasilan terapi tersebut 80 persen. Kemudian diterangkan beberapa jenis terapi buah untuk kesehatan. Salah satunya dari Dr Herbert Shelton menyarankan masyarakat memakan jeruk dan lemon sebelum makan nasi. Asam tinggi yang terkandung, dikatakan akan menjadi alkalin (basa) di dalam tubuh bila dimakan dalam keadaan perut kosong.
| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Tanah di Arab Saudi Mengandung Magnet?
- Benarkah makan telur ikan berbahaya?
- Benarkah ilmuwan Cina menghidupkan naga dan hewan punah?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: