Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Di tengah era post-truth atau pasca-kebenaran, masyarakat lebih percaya apa yang diyakininya sebagai realitas alternatif daripada fakta. Kebenaran dinilai berdasarkan pada keyakinan diri dan kelompok.
Sementara itu, media sosial memungkinkan seseorang menyuarakan dan menyebarkan opini yang tidak berdasarkan fakta atau kebenaran. Bagaimana kita menavigasi diri, serta membedakannya.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
Prebunking Series (20):
Menggunakan Filsafat untuk Membedakan Kebenaran dari Hoaks
Politik post-truth memiliki arah yang bertentangan dengan tradisi filsafat. Dikutip dari “Teori-Teori Kebenaran dalam Filsafat: Urgensi dan Signifikansinya dalam Upaya Pemberantasan Hoaks”, Abdul Aziz Faradi menyebutkan bahwa budaya post-truth lebih mengutamakan terbentuknya opini publik. Caranya dengan mengeksploitasi sisi emotif dan keyakinan personal masyarakat untuk mencapai target politik tanpa mengindahkan kebenaran faktual.
Sementara di sisi lain, filsafat sejak era Yunani kuno selalu fokus untuk mencari dan merumuskan kebenaran sebagai orientasi arah kehidupan manusia. Karena itu, kebenaran bergantung pada perspektif yang digunakan.
Dalam ilmu filsafat, terdapat berbagai teori kebenaran. Di antaranya adalah teori korespondensi, teori performatif, teori koherensi, teori pragmatis, dan teori konsensus Teori-teori ini bisa jadi landasan dalam kita menyaring kabar palsu.
Teori korespondensi misalnya, teori kebenaran yang didasarkan pada fakta obyektif sebagai dasar kebenarannya. Teori ini menyatakan bahwa sebuah pernyataan dianggap benar hanya jika pernyataan tersebut berhubungan dengan fakta obyektif yang bisa ditangkap panca indera, baik berupa tampilan visual, gelombang suara, rasa maupun tekstur. Teori ini bisa kita terapkan saat menerima informasi berupa kabar terkini yang bersifat faktual, karena bisa diakses secara langsung melalui panca indera.
Di sisi lain, tak sedikit gambar atau video yang beredar di media sosial adalah palsu. Sehingga, kita memerlukan fakta lain sebagai pendukung atau pembanding untuk membuktikan validitas data faktual (gambar atau video) tersebut.
Lalu ada teori performatif yang bisa diterapkan untuk menyaring sumber berita. Jika terdapat berita yang terkait dengan isu-isu tertentu, akan lebih bijak jika kita melakukan konfirmasi kepada pihak yang memiliki otoritas di bidang tersebut.
Ketika kita mendapatkan dua atau lebih pernyataan atau yang bertentangan, maka penerapan teori koherensi sangat diperlukan. Pernyataan yang dianggap benar tentu saja adalah pernyataan yang konsisten dengan berita lain yang sudah terbukti sebelumnya sebagai berita yang benar.
Sedangkan teori konsensus bisa diterapkan untuk menyaring situs atau portal berita yang tidak mencukupi syarat bagi terbentuknya komunikasi rasional. Situs atau portal berita semacam ini biasanya dicirikan dengan adanya klaim kebenaran dalam reportase beritanya dan tidak menyajikan fakta yang berimbang.
Berbagai teori kebenaran ini sebenarnya menunjukkan keberagaman kebenaran dalam filsafat, yang bisa menjadi petunjuk standar kebenaran bagi masyarakat. Artinya, kita semestinya bisa lebih bijak, tidak lagi memandang validitas kebenaran dalam sebuah pernyataan dalam oposisi biner; hitam-putih atau benar-salah.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Paus Fransiskus Menggunakan Brand Mewah?
Melalui Tipline ChatBot, pembaca Cek Fakta Tempo menanyakan kebenaran 3 foto Paus Fransiskus yang mengenakan pakaian dengan brand mewah. Ketiga foto tersebut sebelumnya diunggah oleh akun Twitter ini pada tanggal 26 Maret 2023. Pada foto tersebut Paus Fransiskus terlihat mengenakan mantel atau jaket tebal berwarna putih lengkap dengan kalung salib yang biasa digunakannya.
| Hasil Pemeriksaan fakta
Tempo melakukan verifikasi terhadap narasi dan foto tersebut dengan menggunakan Google Image, Reverse Image, Yandex Images, dan pemberitaan media-media kredibel. Berdasarkan penelusuran Tempo, gambar ini merupakan satu dari empat gambar yang diposting melalui akun resmi Midjourney di platform Reddit. Dilansir laman resminya, Midjourney merupakan laboratorium independen yang fokus pada design, infrastruktur manusia dan AI. Saat ini platform ini tersedia dalam versi beta.
Waktunya Trivia!
Benarkah Video yang Diklaim Makam Nabi Muhammad SAW?
Salah satu akun di Facebook membagikan sebuah video yang diklaim makam Nabi Muhammad SAW. Video itu memuat seorang pria membuka pintu berwarna perak yang penuh dengan ukiran. Di balik tersebut, terdapat makam seseorang yang dilapisi kain berwarna biru dengan tulisan Arab. Dua pria lainnya terlihat menunggu di luar sambil membacakan doa. “Indahnya makam Rasulullah,” demikian teks yang muncul dalam video.
| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Eksperimen Rekayasa Bill Gates Berkaitan dengan Pengembangan Vaksin Covid-19?
- Benarkah Jokowi Percepat Proses Eksekusi Mati Ferdy Sambo?
- Benarkah Rusia Gempur Gedung ICC di Den Haag dengan Rudal?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: