Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #261 Hoaks Kesehatan Masih Beredar, Lebih dari Sekadar Minimnya Literasi

image-gnews
Ilustrasi kecerdasan buatan untuk kesehatan. Kredit: Antaranews
Ilustrasi kecerdasan buatan untuk kesehatan. Kredit: Antaranews
Iklan

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Suhu panas politik di Indonesia sedikit mereda usai penyelenggaraan Pilpres pada 14 Februari silam. Hoaks dan ujaran kebencian selama kampanye dan menjelang penetapan kandidat presiden terpilih juga berkurang. Bisa dibilang, hoaks bernuansa politik kini cenderung menurun.

Namun, apakah Anda merasakan bahwa hoaks seputar kesehatan seolah tak ada habisnya. Ada saja aneka informasi menyesatkan, mulai pengobatan alternatif yang menjanjikan kesembuhan instan, teori konspirasi seputar vaksin, hingga iklan obat abal-abal tak terdaftar BPOM. Mengapa hal itu masih saja beredar, ya?

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Hoaks Kesehatan Masih Beredar, Lebih dari Sekadar Minimnya Literasi

Pandemi Covid-19 (coronavirus disease 2019) memang telah berlalu, tapi tak bisa kita pungkiri bahwa hoaks kesehatan masih merajalela di tengah masyarakat. Berdasarkan survei yang digelar Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) antara 18 Desember 2023-19 Januari 2024, konten hoaks terkait kesehatan masih jadi salah satu hoaks yang patut diwaspadai. 

Meski persentasenya kalah besar dibandingkan hoaks politik maupun infotainment, misalnya, dampak yang ditimbulkan tak main-main. Ini bisa terlihat dari fenomena serupa di negara-negara lain.

Jurnalis senior India, Jisha Khrisnan memaparkan betapa hoaks kesehatan masih banyak beredar dan menghambat gerakan nasional vaksinasi HPV (human papillomavirus) bagi anak perempuan. Sayangnya, walau penelitian menunjukkan bahwa vaksin HPV sangat efektif dalam mencegah kanker serviks, para remaja putri enggan divaksin lantaran termakan narasi menakut-nakuti yang tersebar di media sosial.

Begitu pula di Afrika. Orang-orang takut dan tidak percaya terhadap vaksin HPV. Sebagian besar salah memahami soal dampak vaksin terhadap kesuburan dan pengendalian populasi. Jangan kaget, narasi bohong yang serupa, juga beredar di Indonesia. Tim Cek Fakta Tempo pernah membongkarnya pada tahun 2023.

Sejak upaya vaksinasi Covid-19 selama pandemi, rasa ketidakpercayaan dan ketakutan di masyarakat dunia perlahan merebak. Akibatnya tak hanya masyarakat menghindari vaksin HPV, penyakit lain yang membutuhkan vaksinasi mengalami hambatan serupa.

Di Amerika Serikat, kasus campak muncul kembali meski penyakit itu dinyatakan telah teratasi sejak tahun 2000. Namun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyatakan bahwa pada 14 Maret, total 58 kasus campak dilaporkan oleh 17 yurisdiksi. Bahkan tahun 2023 tercatat sebagai capaian vaksinasi rutin terendah dalam 10 tahun terakhir.

Ini pula yang dialami Indonesia. Persisnya, saat hoaks dengan narasi Kemenkes sengaja menutupi kasus kejadian luar biasa kasus lumpuh layu di Aceh akibat vaksinasi polio beredar di WhatsApp dan media sosial. Padahal pada 2014, Indonesia sudah ditetapkan bebas polio oleh WHO.

Yang terbaru, si penyebar hoaks mengaitkan vaksin Covid-19 sebagai penyebab meningkatnya kasus demam berdarah. Teori konspirasi global juga masih laris didengungkan berulang kali oleh tokoh publik di ranah politik.

Dr. Peter Hotez, seorang ilmuwan dan dokter anak yang terkenal, menolak untuk menyebut retorika anti-vaksinasi sebagai “informasi yang salah” atau “infodemik.” Dalam buku terbarunya “The Deadly Rise of Anti-Science: a Scientist's Warning,” ia menyebut fenomena hoaks kesehatan ini sebagai gerakan anti-ilmu pengetahuan alias anti sains. “Karena gerakan ini terorganisir, didanai dengan baik, dan bermotif politik.”

Alhasil, kerja-kerja pemeriksaan fakta dan menyebarluaskan hasil pemeriksaan fakta tidak bisa menjadi tanggung jawab sebagian dari kita saja. Bahkan, ini bukan lagi soal ketidaktahuan masyarakat tentang mana informasi yang salah dan benar. Tapi solusi bagaimana menghadapi sikap dan perilaku masyarakat yang pada dasarnya sudah anti-sains.

Karena jika tidak ada perubahan, misinformasi kesehatan akan terus menyebar dan mengikis kepercayaan di antara dokter, pasien, pemerintah, institusi, dan masyarakat.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Ada Pemasangan Microchip Melalui Vaksinasi di Indonesia?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebuah konten berisi klaim tentang penyuntikan microchip ke tubuh manusia melalui vaksin beredar di media sosial Facebook [arsip]. Pengunggah konten menyebut bahwa bahwa Covid-19 dan virus penyebabnya, SARS-CoV-2 adalah hoaks sehingga tidak perlu vaksinasi.  Berikut ini narasi lengkap yang diunggah penyebar konten: “Sudah sampai TV Indonesia. Perhatikan baik-baik jangan mau sampai anda dipasang ya. Apalagi anda ditakut-takuti Covid dan virus. Semua itu hoax. Jangan mau sampai di vaksin ya! Semua didesain untuk total kontrol penuh terhadap populasi agar anda tidak punya apa-apa di masa mendatang. Alias rumah, mobil, motor, sertifikat rumah semua akan mereka ambil”.

| Hasil Pemeriksaan fakta

Tim Cek Fakta Tempo menelusuri foto yang diunggah akun di atas dengan bantuan Google Lens dan mesin pencarian YouTube. Hasilnya, foto yang diunggah adalah hasil tangkapan layar tayangan di kanal YouTube CBS Evening News ini. Gambar tersebut ada di detik ke-48. Pada tahun 2017, foto yang sama sudah pernah beredar di media sosial dengan klaim chip 666.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Video Viral yang Diklaim Pasangan Berhubungan Seksual Hingga Gancet?

Tempo memperoleh permintaan dari pemeriksa fakta di Bangladesh untuk memeriksa video yang diklaim sepasang saudara kandung dari Indonesia yang berhubungan seks hingga terkunci (gancet). Dalam video yang  beredar di Facebook [arsip] tampak darah mengucur dari balik kain yang menutupi tubuh keduanya.  

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


7 Tips Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Arus Deras Kampanye Negatif di Media Sosial

4 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
7 Tips Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Arus Deras Kampanye Negatif di Media Sosial

Kampanye negatif di media sosial semakin rawan saat pilkada.


CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

5 hari lalu

Ilustrasi judi online. Pixlr Ai
CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

Sampai sekarang, masih ada 44 WNI yang terjebak di wilayah konflik perbatasan Myanmar dan Thailand.


CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

12 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

Agustus lalu Kementerian Kesehatan mengumumkan sebanyak 88 kasus cacar monyet (Mpox) di Indonesia.


CekFakta #274 Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter

19 hari lalu

Logo baru media sosial X, dahulu Twitter. REUTERS/Dado Ruvic
CekFakta #274 Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter

Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter


CekFakta #273 Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi"

26 hari lalu

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com
CekFakta #273 Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi"

beragam siasat dilakukan para pelaku online scam alias penipuan daring dalam mencari mangsa. Ada yang bernama "investasi", "kemitraan", "undian".


Tempo Buka Lowongan Kerja Penulis Artikel Cek Fakta

27 hari lalu

Tempo menjadikan independensi sebagai roh dalam pemberitaan sehingga menjadi media yang tepercaya sejak terbit pertama kali dalam format majalah pada 1971. Dengan itu pula Tempo turut merawat Indonesia. TEMPO
Tempo Buka Lowongan Kerja Penulis Artikel Cek Fakta

PT Tempo Inti Media Tbk atau Tempo Media Group membuka lowongan kerja untuk bergabung menjadi awak Cek Fakta Tempo. Informasi lowongan pekerjaan ini diperoleh dari akun linkedin Yenny Rositia. Ia adalah seorang recruiter di Tempo Media Group.


CekFakta #272 Bagaimana Disinformasi Memecah Belah Masyarakat

33 hari lalu

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #272 Bagaimana Disinformasi Memecah Belah Masyarakat

Disinformasi punya kemampuan yang berbahaya: menebar kebencian dan memecah belah masyarakat.


Polisi Lepas Peluang Selidiki Bandar Judi Online MR T, Tuduh Benny Rhamdani Sebar Hoaks

33 hari lalu

Polisi menuduh Kepala BP2MI Benny Ramdhani menyebarkan berita bohong soal identitas Mister T sebagai pengendali judi online.
Polisi Lepas Peluang Selidiki Bandar Judi Online MR T, Tuduh Benny Rhamdani Sebar Hoaks

Polisi menuduh Benny Rhamdani menyebarkan berita bohong atau hoaks saat menyebut identitas Mister T sebagai bandar judi online.


Kronologi Kerusuhan Inggris: Rumor Palsu Hingga Serangan ke Hotel Penampung Imigran

34 hari lalu

Sebuah mobil terbakar selama demonstrasi anti-imigrasi di Sunderland, Inggris, 2 Agustus 2024 dalam gambar diam yang diperoleh dari video media sosial. Kerusuhan dalam sepekan terakhir menjadi yang terburuk di Inggris dalam 13 tahun terakhir. TikTok @whatsthecracklike/via REUTERS
Kronologi Kerusuhan Inggris: Rumor Palsu Hingga Serangan ke Hotel Penampung Imigran

Kerusuhan Inggris dipicu rumor palsu yang menyebar bahwa tersangka adalah seorang imigran muslim.


Google Search Punya Algoritma Baru untuk Cegah Deepfake, Bagaimana Cara Kerjanya?

35 hari lalu

Google Search (Google)
Google Search Punya Algoritma Baru untuk Cegah Deepfake, Bagaimana Cara Kerjanya?

Google memperkuat filter perambannya untuk memangkas penyebaran konten deepfake dan hoaks. Salinan konten hasil manipulasi AI juga akan dihapus.