Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #177 Membedakan Antara Konspirasi Nyata dan Teori Konspirasi

image-gnews
Ada tujuh ciri pemikiran teori konspirasi yang bisa Anda deteksi. Tujuh ciri ini disingkat dengan akronim CONSPIR
Ada tujuh ciri pemikiran teori konspirasi yang bisa Anda deteksi. Tujuh ciri ini disingkat dengan akronim CONSPIR
Iklan

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Banyak hoaks atau misinformasi yang kita dapatkan memuat narasi seputar teori konspirasi. Ketika teori konspirasi menyebar, tak sedikit masyarakat yang menerimanya begitu saja sebagai kebenaran tanpa memeriksa atau memverifikasi dengan sumber yang kredibel. 

Teori konspirasi menyimpan bahaya terselubung karena dapat merusak masyarakat dalam banyak hal. Seperti membuat orang enggan divaksin, tidak mau mengurangi jejak emisi karbon, dan banyak lagi.

Lalu, pernahkah Anda mengetahui perbedaan antara konspirasi dan teori konspirasi? Untuk meminimalkan efek berbahaya ini, kami mengajak Anda memahami mengapa teori konspirasi begitu populer dan bagaimana cara mengidentifikasi ciri-ciri pemikiran teori konspirasi. Penjelasan mengenai teori ini disadur dari The Conspiracy Theory Handbook yang disusun oleh Stephan Lewandowsky, peneliti dari School of Psychological Science, University of Bristol dan John Cook dari Pusat Komunikasi Perubahan Iklim, Universitas George Mason.

Dalam nawala ini pula, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap berbagai klaim tadi di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini, aneka klaim yang beredar memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Membedakan Antara Konspirasi Nyata dan Teori Konspirasi

Menurut KBBI, konspirasi adalah komplotan; persekongkolan. Konspirasi (sungguhan) memang nyata dan bisa terjadi. 

Sebut saja skandal Dieselgate oleh Volkswagen yang terungkap pada tahun 2015. Produsen mobil ternama asal Jerman ini bersekongkol untuk menipu tes emisi untuk mesin diesel mereka. Contoh lain, Badan Keamanan Nasional AS (U.S. National Security Agency) diam-diam memata-matai pengguna internet sipil pada tahun 2014. Industri tembakau menipu masyarakat tentang efek kesehatan yang berbahaya dari merokok sejak tahun 1980-an. 

Kasus-kasus di atas merupakan bentuk konspirasi. Kita bisa mengetahui konspirasi-konspirasi tersebut melalui bukti-bukti nyata; dokumen internal industri, investigasi pemerintah, liputan investigasi media, atau pelapor.

Sebaliknya, teori konspirasi, cenderung bercokol dalam waktu yang lama, bahkan ketika sudah tidak ada lagi bukti yang meyakinkan. Teori konspirasi dibangun atas berbagai pola pikir yang tidak bisa diandalkan untuk menelusuri suatu kenyataan. Alhasil, teori konspirasi biasanya tidak didukung oleh bukti-bukti konkret.

Misalnya, ada banyak orang yang percaya bahwa serangan teroris 9/11 adalah “ulah orang dalam”. Pemikiran ini bertahan selama bertahun-tahun setelah peristiwa tersebut. 

Konspirasi sebenarnya memang ada, tetapi jarang terkuak melalui metode teori konspirasi. Konspirasi nyata justru ditemukan melalui pemikiran konvensional. Yaitu dengan skeptisisme yang sehat terhadap laporan resmi, sambil mempertimbangkan dengan cermat bukti yang terpampang dan konsisten. 

Sebaliknya, pemikiran teori konspirasi ditandai dengan sikap skeptis secara berlebihan terhadap semua informasi yang tidak sesuai dengan narasi teori. Lalu, menafsirkan bukti secara berlebihan yang mendukung teori yang disukai, serta tidak konsisten alias selalu berubah-ubah.

Mengapa orang suka teori konspirasi?

Media sosial menciptakan semesta tersendiri, tempat setiap individu dapat dengan mudah menjangkau satu sama lain. Begitu pula dengan kalangan yang mempercayai teori konspirasi, menemukan kerumunannya di media sosial. 

Sama seperti misinformasi/disinformasi, teori konspirasi menyebar lebih jauh dan lebih cepat secara online daripada informasi yang sebenarnya. Didorong oleh akun palsu atau “bot”, konsumen teori konspirasi lebih rentan untuk memberi like dan berbagi postingan teori konspirasi di media sosial.

Menurut The Conspiracy Theory Handbook, ada beberapa alasan mengapa seseorang mudah tertarik oleh teori konspirasi. Berikut ulasannya agar kita tidak terkecoh: 

Orang-orang yang merasa tak berdaya atau lemah, cenderung mendukung dan menyebarkan teori konspirasi. Anda bisa lihat bagaimana orang-orang tiba-tiba merasa terancam bersama-sama saat satu akun mengunggah teori konspirasi di forum online.

Teori konspirasi ‘bisa menjelaskan’ kejadian yang mustahil terjadi. Untuk itulah, orang cenderung menawarkan suatu pemikiran konspirasi untuk menjelaskan peristiwa yang rumit atau bahkan mustahil. Teori konspirasi bertindak sebagai coping mechanism (mekanisme koping) untuk membantu orang menemukan solusi atas ketidakpastian.

Teori konspirasi juga tampak menyelesaikan masalah dan ancaman. Hal ini membuat orang menemukan solusi bagi suatu peristiwa yang mengancam, yakni dengan memfokuskan kesalahan pada sekelompok konspirator. Masyarakat umum akan sulit menerima dan mencerna bahwa peristiwa “besar” (misalnya, kematian Putri Diana) dapat memiliki penyebab biasa (mengemudi sambil mabuk). Di sinilah sebuah teori konspirasi berperan memenuhi kebutuhan jawaban akan peristiwa “besar”. Sehingga, banyak yang percaya Putri Diana dibunuh oleh operasi MI5.

Biasanya menentang politik arus utama. Maka, kelompok konspirasi sering menggunakan narasi seperti itu untuk mengklaim status minoritas untuk membantah interpretasi politik arus utama. 

Ciri-ciri pemikiran mengandung teori konspirasi

Ada tujuh ciri pemikiran teori konspirasi yang bisa Anda deteksi. Tujuh ciri ini disingkat dengan akronim CONSPIR:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada tujuh ciri pemikiran teori konspirasi yang bisa Anda deteksi. Tujuh ciri ini disingkat dengan akronim CONSPIR

Contradictory (Kontradiktif atau bertolak belakang): Teori konspirasi biasanya secara bersamaan percaya pada ide-ide yang saling bertentangan. Misalnya, percaya teori bahwa Putri Diana dibunuh tetapi juga percaya bahwa dia memalsukan kematiannya sendiri.

Overriding suspicion (Mengesampingkan kecurigaan): Teori konspirasi melibatkan tingkat skeptisisme nihilistik terhadap laporan resmi. Tingkat kecurigaan yang ekstrem ini mencegah orang untuk percaya pada apa pun yang tidak sesuai dengan teori konspirasi.

Nefarious intent (Niat jahat): Selalu menganggap siapapun jahat. Teori konspirasi tidak pernah menganggap bahwa pihak lawan memiliki motivasi baik sedikitpun.

Something must be wrong (Pasti ada yang salah): Pendirian kaum teori konspirasi selalu berpendapat "ada sesuatu yang salah" dan otoritas resmi selalu dituding “menipu”. Meskipun teori konspirasi kadang-kadang dapat terbantahkan oleh perkembangan terbaru sehingga tudingan mereka tidak lagi dapat dipertahankan, hal itu tak mengubah kesimpulan keseluruhan pemikiran mereka.

Persecuted victim (Korban teraniaya): Teori konspirasi memandang dan menampilkan diri mereka sebagai korban persekusi terorganisir. Pada saat yang sama, mereka melihat diri mereka sebagai antagonis pemberani yang melawan para konspirator jahat. Mereka mempersepsikan diri sebagai korban dan pahlawan secara bersamaan.

Immune to evidence (Kebal terhadap bukti): Teori konspirasi menyegel diri dari bukti-bukti yang bisa ditafsirkan sebagai melawan teori konspirasi itu sendiri. Mereka menganggap bukti yang membantah teori mereka adalah konspirasi berikutnya.

Re-interpreting randomness (Menafsirkan ulang keserampangan): Pemikiran teori konspirasi selalu menaruh kecurigaan besar dan menilai bahwa “tidak yang namanya kebetulan”. Peristiwa acak kecil, seperti jendela utuh di Pentagon setelah serangan 9/11, ditafsirkan kembali sebagai disebabkan oleh konspirasi. Karena menurut mereka, jika sebuah pesawat menabrak Pentagon, maka semua jendela akan pecah.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Waktunya Trivia!

Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.

Sekelompok peneliti di Universitas McGill melakukan penelitian tentang misinformasi online dan dampaknya pada masa pemilihan umum. Mathieu Lavigne, project director of the Canadian Election Misinformation Project menjelaskan, mereka menemukan tiga tema populer misinformasi, yakni pandemi, jajak pendapat dan media yang menunjukkan adanya kolusi untuk mengubah hasil jajak pendapat. Serta pemilu dan proses pemungutan suara.

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com

Di California, dokter yang menyebarkan misinformasi tentang Covid-19 akan didisiplinkan. Pasalnya, hal itu menandakan tindakan tidak profesional seorang dokter. Aturan itu tercantum dalam undang-undang yang ditandatangani Jumat oleh Gubernur Gavin Newsom.

Rusia menggunakan trik digital untuk menyebarkan disinformasi tentang invasinya ke Ukraina. Upaya ini dilakukan untuk menghindari pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah dan berbagai perusahaan teknologi. Caranya, mereka menautkan akun ke media yang dikontrol pemerintah Rusia untuk menyebarkan lusinan video dalam 18 bahasa berbeda, tanpa memberikan sumbernya.

Peramban dalam aplikasi menawarkan pengguna perangkat seluler kenyamanan memuat halaman web tanpa harus meninggalkan aplikasi tempat mereka berada saat ini, tetapi tanpa sepengetahuan beberapa aplikasi juga dapat memasukkan kode mereka sendiri ke dalam halaman. Meta dituduh melanggar aturan privasi Apple dengan cara ini, karena serangkaian gugatan class action yang diusulkan menggambarkannya menggunakan browsernya untuk melacak aktivitas tanpa sepengetahuan atau persetujuan pengguna.

Periksa Fakta Sepekan Ini

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


7 Tips Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Arus Deras Kampanye Negatif di Media Sosial

4 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
7 Tips Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Arus Deras Kampanye Negatif di Media Sosial

Kampanye negatif di media sosial semakin rawan saat pilkada.


CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

5 hari lalu

Ilustrasi judi online. Pixlr Ai
CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

Sampai sekarang, masih ada 44 WNI yang terjebak di wilayah konflik perbatasan Myanmar dan Thailand.


CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

12 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

Agustus lalu Kementerian Kesehatan mengumumkan sebanyak 88 kasus cacar monyet (Mpox) di Indonesia.


CekFakta #274 Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter

19 hari lalu

Logo baru media sosial X, dahulu Twitter. REUTERS/Dado Ruvic
CekFakta #274 Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter

Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter


CekFakta #273 Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi"

26 hari lalu

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com
CekFakta #273 Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi"

beragam siasat dilakukan para pelaku online scam alias penipuan daring dalam mencari mangsa. Ada yang bernama "investasi", "kemitraan", "undian".


Tempo Buka Lowongan Kerja Penulis Artikel Cek Fakta

27 hari lalu

Tempo menjadikan independensi sebagai roh dalam pemberitaan sehingga menjadi media yang tepercaya sejak terbit pertama kali dalam format majalah pada 1971. Dengan itu pula Tempo turut merawat Indonesia. TEMPO
Tempo Buka Lowongan Kerja Penulis Artikel Cek Fakta

PT Tempo Inti Media Tbk atau Tempo Media Group membuka lowongan kerja untuk bergabung menjadi awak Cek Fakta Tempo. Informasi lowongan pekerjaan ini diperoleh dari akun linkedin Yenny Rositia. Ia adalah seorang recruiter di Tempo Media Group.


CekFakta #272 Bagaimana Disinformasi Memecah Belah Masyarakat

33 hari lalu

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #272 Bagaimana Disinformasi Memecah Belah Masyarakat

Disinformasi punya kemampuan yang berbahaya: menebar kebencian dan memecah belah masyarakat.


Polisi Lepas Peluang Selidiki Bandar Judi Online MR T, Tuduh Benny Rhamdani Sebar Hoaks

33 hari lalu

Polisi menuduh Kepala BP2MI Benny Ramdhani menyebarkan berita bohong soal identitas Mister T sebagai pengendali judi online.
Polisi Lepas Peluang Selidiki Bandar Judi Online MR T, Tuduh Benny Rhamdani Sebar Hoaks

Polisi menuduh Benny Rhamdani menyebarkan berita bohong atau hoaks saat menyebut identitas Mister T sebagai bandar judi online.


Kronologi Kerusuhan Inggris: Rumor Palsu Hingga Serangan ke Hotel Penampung Imigran

34 hari lalu

Sebuah mobil terbakar selama demonstrasi anti-imigrasi di Sunderland, Inggris, 2 Agustus 2024 dalam gambar diam yang diperoleh dari video media sosial. Kerusuhan dalam sepekan terakhir menjadi yang terburuk di Inggris dalam 13 tahun terakhir. TikTok @whatsthecracklike/via REUTERS
Kronologi Kerusuhan Inggris: Rumor Palsu Hingga Serangan ke Hotel Penampung Imigran

Kerusuhan Inggris dipicu rumor palsu yang menyebar bahwa tersangka adalah seorang imigran muslim.


Google Search Punya Algoritma Baru untuk Cegah Deepfake, Bagaimana Cara Kerjanya?

35 hari lalu

Google Search (Google)
Google Search Punya Algoritma Baru untuk Cegah Deepfake, Bagaimana Cara Kerjanya?

Google memperkuat filter perambannya untuk memangkas penyebaran konten deepfake dan hoaks. Salinan konten hasil manipulasi AI juga akan dihapus.