Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #270: Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

image-gnews
Rekomendasi AI Selain ChatGPT. Foto: Canva
Rekomendasi AI Selain ChatGPT. Foto: Canva
Iklan

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) kini sudah bukan barang asing. Kita yang dulu mungkin menolak, sekarang sudah familiar–bahkan turut menikmati manfaatnya. Bentuknya dapat sesederhana generative AI alias AI generatif seperti ChatGPT atau Google Bard. Dua kecerdasan tersebut mampu membantu kita mencari ide hingga memoles tulisan.

Namun, pernahkah Anda berpikir bahwa teknologi ini memiliki sisi gelap yang bisa sewaktu-waktu berbalik merugikan kita? Namanya FraudGPT dan WormGPT; dua AI tanpa batasan etika. Keduanya berlengkapan ketepatan dan kecepatan yang membahayakan.

Kondisi ini diperparah dengan banyaknya misinformasi seputar perubahan iklim.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

FraudGPT adalah AI generatif berbahaya berbasis langganan. Kecerdasan itu menggunakan algoritma pembelajaran mesin yang canggih untuk menghasilkan konten yang menipu. Platform ini bertindak bak peralatan dasar bagi penyerang siber untuk melakukan peretasan khusus hanya dengan memanfaatkan alat serangan seadanya.

FraudGPT bekerja dengan melatih kumpulan data yang sangat besar dari konten yang dibuat oleh manusia dari berbagai sumber dan kemudian menggunakan data ini untuk membuat konten baru yang tidak terdeteksi.

Studi oleh para peneliti Monash University Indonesia menyebutkan bahwa salah satu adaptasi yang paling jahat dari AI saat ini adalah penciptaan “Dark Large Language Models” atau Dark LLMs (model bahasa besar yang gelap). Model bahasa versi tanpa sensor ini direkayasa ulang untuk kegiatan kriminal. 

Penjahat siber menggunakan LLM gelap untuk mengotomatiskan dan meningkatkan kampanye phishing, membuat malware canggih, dan menghasilkan konten penipuan. Mereka melakukan “jailbreaking” LLM, yakni membobol menggunakan perintah untuk membuat model melewati perlindungan dan filter bawaannya. 

Misalnya, FraudGPT menulis kode berbahaya, membuat halaman phishing, dan lantas menghasilkan malware yang tidak terdeteksi. Dia menawarkan alat untuk mengatur beragam kejahatan dunia maya, mulai dari penipuan kartu kredit hingga peniruan digital.

Contoh lainnya, WormGPT, menghasilkan surel phishing persuasif yang dapat mengelabui pengguna yang waspada sekalipun.

Agar tak menjadi korban, ada alat pendeteksi ancaman berbasis AI yang bisa digunakan untuk memantau malware dan merespons serangan dunia maya dengan lebih efektif. Namun, kita tetap memegang peranan untuk mengawasi sendiri.

Sebagai bekal pertahanan, berikut beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk melawan kejahatan FarudGPT dan sebangsanya itu:

  1. Perbarui semua perangkat lunak (software) semua gawai Anda sampai mutakhir. Ini  sangat penting untuk keamanan. Memang terkesan merepotkan karena bikin memori gawai cepat penuh. Namun, pembaruan software ini menambal kerentanan yang dicari celahnya oleh para penjahat siber.
  2. Lakukan pencadangan secara teratur. Selain bertujuan untuk menjaga file jika terjadi kegagalan sistem, pencadangan secara teratur adalah strategi perlindungan yang mendasar. Jika suatu saat kita menjadi sasaran serangan ransomware dan penjahat mengunci data-data dan meminta pembayaran tebusan sebelum melepaskannya, kita tidak sampai merana.
  3. Peka terhadap setiap pesan atau email apapun yang Anda terima. Penjahat siber biasanya mengirim pesan phishing (pancingan) yang janggal jika diperhatikan. Misalnya, menggunakan tata bahasa yang buruk, sapaan yang umum atau sok akrab, alamat email yang mencurigakan, permintaan yang terlalu mendesak, atau tautan yang mencurigakan. Mengembangkan kepekaan terhadap tanda-tanda ini ibarat betapa pentingnya mengunci pintu rumah di malam hari.

Sikap terbaik adalah selalu proaktif terhadap keamanan diri kita di dunia maya. Dengan begitu, Anda bisa tetap selangkah lebih maju dalam medan pertempuran sibar yang terus berkembang

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Bocah 12 Tahun Kecanduan Judi Slot Marjan898?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

AD_4nXd9Iovw0pcQ_Mzcjw2BEbSEn6S3GuolRPjtxbQkoixc-I3j3DIrZB9Qv0zynKIv_EHm44JlZhL40muDRDGfWTogAi6PaAgezUCc6Ldkt8HX4Oz15Tyd6Hq6AE2RSqTF6-7vvq8H88g-PF6sLwScvQ.png

Sebuah akun Facebook [arsip] membagikan video berisi klaim bahwa seorang anak berusia 12 tahun kecanduan judi slot. Secara keseluruhan video itu mempromosikan aplikasi judi online bernama Marjan898. Dalam video itu, ibu dari bocah tersebut menyatakan anaknya kecanduan karena selalu menang saat bermain game slot di Marjan898. Bocah itu disebut menjadikan Marjan898 sebagai tempat mencari uang dan tak pernah lagi meminta uang ke orangtuanya. 

| Hasil Pemeriksaan fakta

Untuk memverifikasi kebenaran klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo memfragmentasi video itu menjadi gambar dan menelusurinya menggunakan Yandex Image Search. Penelusuran Tempo menemukan, video yang diunggah tersebut bukan tentang anak yang kecanduan judi slot, seperti klaim pengunggah konten. Konteks sebenarnya adalah terkait seorang anak yang kecanduan gadget sehingga membuat matanya memerah.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Video Warga Kalimantan Bertingkah Tak Wajar Karena Mabuk Kecubung?

AD_4nXehjmAC3VxwZraFgrg0orrUImloYrE1gptpSu2TUCN4xf0rNF-OJhiyt6v2SHZCIKP47hAnk6DrtJj5ewXJgYtw8GqAdbZG6kpCcRckyHuMmCv4K1KS0qPlKneL7Qljl89_2rL6_DrNl2eY_y9wgQ.png

Sebuah video beredar di WhatsApp, YouTube, serta unggahan Facebook ini, ini, dan ini, yang diklaim memperlihatkan dampak maraknya konsumsi buah kecubung di Kalimantan. Konten itu berisi beberapa video yang memperlihatkan sejumlah perempuan menari di jalan, seseorang duduk di tengah jalan, dan perilaku-perilaku tak biasa lainnya. Dikatakan bahwa orang-orang tersebut merupakan warga Kalimantan korban konsumsi buah kecubung, yang berakibat linglung dan melakukan kegiatan yang tak wajar.

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

WhatsApp Channel

Facebook

Twitter

Instagram 

Telegram

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

1 hari lalu

Ilustrasi judi online. Pixlr Ai
CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

Sampai sekarang, masih ada 44 WNI yang terjebak di wilayah konflik perbatasan Myanmar dan Thailand.


CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

8 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

Agustus lalu Kementerian Kesehatan mengumumkan sebanyak 88 kasus cacar monyet (Mpox) di Indonesia.


CekFakta #274 Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter

15 hari lalu

Logo baru media sosial X, dahulu Twitter. REUTERS/Dado Ruvic
CekFakta #274 Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter

Operasi Gelap Menenggelamkan Narasi #KawalPutusanMK di Twitter


CekFakta #273 Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi"

22 hari lalu

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com
CekFakta #273 Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi"

beragam siasat dilakukan para pelaku online scam alias penipuan daring dalam mencari mangsa. Ada yang bernama "investasi", "kemitraan", "undian".


CekFakta #272 Bagaimana Disinformasi Memecah Belah Masyarakat

29 hari lalu

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #272 Bagaimana Disinformasi Memecah Belah Masyarakat

Disinformasi punya kemampuan yang berbahaya: menebar kebencian dan memecah belah masyarakat.


CekFakta #271 Membaca Penyebab Kecenderungan Percaya Hoaks dan Deepfake saat Pemilu

36 hari lalu

Gambar tangkapan layar video yang memperlihatkan perbedaan antara rekaman asli dengan deepfake. Credit: Kanal YouTube WatchMojo
CekFakta #271 Membaca Penyebab Kecenderungan Percaya Hoaks dan Deepfake saat Pemilu

Membaca Penyebab Kecenderungan Percaya Hoaks dan Deepfake saat Pemilu


CekFakta #270 Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

43 hari lalu

Rekomendasi AI Selain ChatGPT. Foto: Canva
CekFakta #270 Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat

CekFakta #270 Membekali Diri Menghadapi FraudGPT dan Berbagai AI Jahat


CekFakta #269 Di Balik Sikap Tidak Percaya Orang Indonesia Terhadap Perubahan Iklim

50 hari lalu

CekFakta #269 Di Balik Sikap Tidak Percaya Orang Indonesia Terhadap Perubahan Iklim

masih banyak orang yang belum sadar urgensi perubahan iklim


CekFakta #268 Ketika Akun Palsu dan Hoaks Sengaja Dibudidayakan

57 hari lalu

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #268 Ketika Akun Palsu dan Hoaks Sengaja Dibudidayakan

Ketika Akun Palsu dan Hoaks Sengaja Dibudidayakan


CekFakta #267 AS Terbukti Menggunakan Hoaks Propaganda Anti-vaksin Selama Pandemi Covid-19

5 Juli 2024

Ilustrasi - Vaksin COVID-19 buatan CanSinoBIO . (ANTARA/Shutterstock)
CekFakta #267 AS Terbukti Menggunakan Hoaks Propaganda Anti-vaksin Selama Pandemi Covid-19

laporan investigasi Reuters menguak jahatnya operasi militer Amerika Serikat yang sengaja menebar hoaks agar orang-orang tak mau divaksin.