Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #219 Mewaspadai Hoaks dalam Bentuk Video Deepfake

image-gnews
Gambar tangkapan layar video yang memperlihatkan perbedaan antara rekaman asli dengan deepfake. Credit: Kanal YouTube WatchMojo
Gambar tangkapan layar video yang memperlihatkan perbedaan antara rekaman asli dengan deepfake. Credit: Kanal YouTube WatchMojo
Iklan

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Deepfake, alias konten manipulasi yang diciptakan dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI), beberapa tahun terakhir ini telah digunakan terutama dalam penyebaran berita palsu. Deepfake mentransplantasikan wajah seseorang ke dalam sebuah adegan beserta suaranya.

Kecanggihan teknologi ini perlu kita waspadai, karena begitu meyakinkannya, tak semua orang mampu mendeteksinya. Bagaimana dengan Anda?

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Prebunking Series (36)
Mewaspadai Hoaks dalam Bentuk Video Deepfake

Mungkin Anda sudah pernah mencoba aneka filter di media sosial atau aplikasi pihak ketiga yang mengolah ucapan menggunakan Artificial Intelligence (AI). Namun penelitian terbaru oleh University College London menyebutkan bahwa 529 responden hanya mampu mendeteksi ucapan yang dibuat secara artifisial sebesar 73% sepanjang hidup mereka. 

Penelitian ini adalah yang pertama secara spesifik menilai kemampuan manusia untuk mendeteksi ucapan yang dibuat secara buatan, dalam bahasa selain bahasa Inggris. Dikutip dari The Guardian, para peneliti menggunakan algoritma text-to-speech, yang dilatih dengan dua set data yang tersedia untuk umum, untuk menghasilkan 50 sampel ucapan deepfake ke dalam bahasa Inggris dan Mandarin.

Sampel suara tersebut diputar untuk mengetahui apakah para responden dapat mendeteksi sampel asli dari ucapan palsu. Para peserta hanya mampu mengidentifikasi ucapan palsu sebanyak 73% dari waktu yang tersedia. Kemampuan mereka sedikit meningkat setelah para peserta dilatih untuk mengenali tanda-tanda suara atau ucapan palsu.

Para peserta sangat bagus dalam mendeteksi deepfake apabila mereka sudah melihat contoh yang sama selama fase pelatihan. Misalnya, jika pembicaranya sama atau klip direkam dalam lingkungan audio yang sama. “Tetapi mereka tidak dapat diandalkan ketika ada perubahan dalam kondisi audio uji, seperti jika ada pembicara yang berbeda,” ujar Kimberly Mai, peneliti pertama dalam riset tersebut.

Hasil penelitian tersebut mungkin menggambarkan pentingnya kita meningkatkan kewaspadaan terhadap hoaks di sekitar kita, terutama yang berupa video deepfake. Sejak tahun 2020, kekhawatiran terhadap bahaya deepfake ini sudah diperbincangkan.

Laporan investigasi Trend Micro yang diterbitkan pada 1 Juni 2020 menyebutkan peningkatan minat anggota forum-forum di dark web mengenai potensi memonetisasi deepfake. Para pengguna forum bawah tanah tersebut kerap membahas bagaimana AI dapat digunakan untuk “eWhoring” atau pemerasan seksual (sextortion), serta untuk menghindari otentikasi ID wajah, terutama di situs-situs kencan.

Trend Micro juga mencontohkan bahwa pelaku bisa memulai aksinya hanya dengan mengumpulkan video-video yang berisi wajah korban serta sampel-sampel suara korban dari akun media sosialnya. Video dan audio itu lalu dibuat menjadi deepfake dan diunggah ke sebuah situs. Kemudian, pelaku bisa memulai hitung mundur dan mengancam bakal mengirim tautan video palsu itu ke semua nomor ponsel di buku kontak korban jika tidak membayar tebusan hingga batas waktu yang ditentukan.

Tak hanya potensi pemerasan, konten deepfake juga bisa memecah belah masyarakat melalui konten-konten di media sosial seputar sosial dan politik. Baru-baru ini, konten deepfake ditemukan Tim Cek Fakta Tempo dalam tips kesehatan abal-abal yang mencatut wajah dokter Terawan.

Bukan tidak mungkin, di masa depan, deepfake seputar dugaan pemalsuan surat suara atau pernyataan para kandidat, bakal beredar. Ini perlu diwaspadai lantaran kita akan menghadapi Pemilu 2024. 

Lalu, bagaimana caranya agar kita terhindar dari pemerasan melalui video deepfake? Gunakan sedikit pemikiran analitis daripada fokus hanya pada suara itu sendiri. Apakah Anda diminta untuk memberikan informasi sensitif? Jika ya, ini mengindikasikan adanya motif penipuan.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Gambar Anies Baswedan Terbaring Kritis?

Video berdurasi 12 menit 9 detik dengan narasi Anies Baswedan terbaring kritis, beredar di media sosial Facebook. Anies Baswedan digambarkan sedang terbaring dengan perban di bagian kepala. Video tersebut dibagikan pada Selasa, 1 Agustus 2023 dan diberi judul “Tragis. Anies Baswedan Kritis akibat dikeroyok belasan orang tidak dikenal”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

| Hasil Pemeriksaan fakta

Untuk membuktikan klaim di atas, Cek Fakta Tempo mula-mula menonton video yang dibagikan tersebut secara keseluruhan. Hasilnya, narasi yang dibacakan dalam video tersebut mengutip dari berita Liputan6 yang tayang pada 3 Januari 2023. Pemberitaan itu sebenarnya menceritakan tentang pengeroyokan ketua relawan Anies Baswedan di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, bukan Anies Baswedan.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Tautan Nomor WhatsApp yang Diklaim Pendaftaran Bantuan Sosial dari Jokowi?

Sebuah akun di Facebook membagikan video dengan klaim bahwa Presiden Jokowi akan membagikan uang Bantuan Sosial untuk biaya sekolah, modal usaha, bayar utang, dan renovasi rumah ke masyarakat. Unggahan ini memuat pernyataan yang diklaim dari Presiden Jokowi.

| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

1 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.


Wanita Korsel Ditipu Elon Musk Palsu Lewat Deepfake, Rugi Rp 811 Juta

1 hari lalu

Elon Musk berencana menghapus judul dari artikel berita yang dibagikan di X (X/Kylie Robison)
Wanita Korsel Ditipu Elon Musk Palsu Lewat Deepfake, Rugi Rp 811 Juta

Elon Musk palsu menipu seorang wanita di Korea Selatan dengan menggunakan aplikasi deepfake. Bagaimana modusnya?


Deepfake Ancam Bisnis di Indonesia, Tren Penggunaannya Meningkat Berkat AI

3 hari lalu

Founder and Group CEO VIDA, Niki Luhur, saat diwawancarai perihal bahaya teknologi deepfake terhadap keamanan bisnis di Indonesia, Rabu, 24 April 2024. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Deepfake Ancam Bisnis di Indonesia, Tren Penggunaannya Meningkat Berkat AI

Teknologi deepfake meningkat pesat. Salah satunya dipicu oleh hadirnya kecerdasan buatan alias AI.


Apa Itu Deepfake? Mengenali Kecenderungan Bahayanya

4 hari lalu

Ilustrasi artificial intelligence (AI). (Antara/Pixabay)
Apa Itu Deepfake? Mengenali Kecenderungan Bahayanya

Deepfake video palsu yang dibuat menggunakan perangkat lunak digital


Video Deepfake Aktor Bollywood Kritik Narendra Modi Tersebar selama Masa Pemilu India

5 hari lalu

Pendukung Perdana Menteri India Narendra Modi mengenakan masker yang menutupi wajahnya, saat mereka menghadiri kampanye pemilu di Meerut, India, 31 Maret 2024. REUTERS/Anushree Fadnavis
Video Deepfake Aktor Bollywood Kritik Narendra Modi Tersebar selama Masa Pemilu India

Beberapa video deepfake tersebar selama masa pemilu India, menampilkan dua aktor Bollywood papan atas yang tampak mengkritik Perdana Menteri Narendra Modi.


CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

8 hari lalu

Logo twitter, facebook dan whatsapp. Istimewa
CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

Menelisik Motivasi di Balik Akun Medsos Penyebar Hoaks Melalui Transparansi Halaman


CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

15 hari lalu

Ilustrasi internet. (abc.net.au)
CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima


CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

22 hari lalu

Logo Google. REUTERS
CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google


CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

29 hari lalu

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup


CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

35 hari lalu

Logo TikTok terlihat di smartphone di depan logo ByteDance yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 27 November 2019. [REUTERS / Dado Ruvic / Illustration / File Photo]
CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

TikTok disorot sebagai sarang penyebaran misinformasi maupun disinformasi.