Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Dalam situasi peperangan, kekurangan informasi yang kredibel dan akurat niscaya memberikan celah bagi disinformasi dan propaganda. Hal itu pula yang terjadi di Ukraina sejak diinvasi Rusia pada 24 Februari 2022 silam.
Walaupun kedua negara itu berjarak ribuan kilometer dari Indonesia, hoaks seputar invasi Rusia ke Ukraina menyeberang jauh hingga Nusantara. Bahkan kabar bohong tadi sanggup mengaburkan perhatian terhadap kemanusiaan. Kok bisa?
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
Prebunking Series (14)
Memahami Anatomi Hoaks Seputar Invasi Rusia ke Ukraina
Selain menyebabkan korban jiwa warga sipil yang tak bersalah, invasi Rusia ke Ukraina memunculkan peperangan baru di dunia maya. Sejak tahun 2022, Tim Cek Fakta Tempo telah membongkar 69 jenis konten hoaks terkait invasi tersebut dengan narasi yang berbeda-beda.
“Tempo berjejaring dengan 70 negara lain yang tergabung dalam International Fact-Checking Network (IFCN) untuk melawan misinformasi/disinformasi seputar invasi. Polanya sama: diimpor, lalu ditambahkan dengan konteks lokal,” ujar Koordinator Tim Cek Fakta Tempo, Ika Ningtyas dalam seminar yang diadakan oleh AJI Indonesia, Rabu, 8 Februari 2023.
Di Indonesia, Tempo menemukan 7 kategori narasi hoaks invasi Rusia ke Ukraina yang jamak beredar:
- Narasi kedekatan Rusia dengan Indonesia, yang kemudian memberikan kesan Indonesia mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Begitu pula sebaliknya, Indonesia digambarkan mendapat dukungan Rusia dalam isu-isu global. Seperti melawan peringatan WTO dalam larangan ekspor nikel hingga seolah-oleh siap berperang dengan Australia dalam isu Pulau Pasir
- Narasi ini adalah perang antara Rusia melawan Eropa dan Amerika Serikat
- Narasi keliru soal situasi konflik dengan menggunakan video-video lama, supaya menggambarkan bahwa pasukan Rusia lebih unggul
- Narasi seputar kondisi pemerintah Ukraina melalui bentuk parodi (lucu-lucuan). Sehingga memberikan persepsi seolah-olah perang ini tidak berdampak serius
- Narasi kedekatan Rusia dengan Islam, mulai dari “Vladimir Putin masuk Islam”, “Putin akan invasi Israel karena menyerang Masjidil Aqsha”, dan sebagainya. Ini menunjukkan bagaimana si pembuat hoaks memahami betul Indonesia yang memiliki populasi Muslim besar
- Narasi Presiden Jokowi atau pemerintah Indonesia berperan dalam meredam peperangan
- Narasi tentang kondisi pengungsi dan korban, yang menggiring audiens tidak perlu berempati
Seluruh konten hoaks yang dibongkar Tempo, menunjukkan konten pro Rusia. Ini terlihat dari akun penyebar yang rata-rata baru dibentuk pascainvasi Rusia. “Sulit membantah jika ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan propaganda yang digencarkan. Untuk video suntingan berdurasi 5-8 menit, sulit membayangkan ini hanya kerjaan iseng atau tanpa agenda khusus,” jelas Ika.
Pakar Komunikasi Strategis dan Ancaman Hibrida, Liubov Tsybulska, menyatakan justru Rusia memiliki sumber daya yang sangat besar untuk berinvestasi dalam menyebarkan disinformasi. Sebagai negara demokratis, Ukraina tidak memiliki sumber daya dan anggaran untuk propaganda sama sekali.
Pada akhirnya, ini bukan tentang keberpihakan terhadap Rusia atau Ukraina. “Tapi tentang berpegang teguh pada kemanusiaan. Sebab orang beradab tidak akan mentolerir apa yang dilakukan Rusia ke Ukraina,” ujarnya.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Jokowi Diberi Misi Oleh PBB Hentikan Perang Rusia-Ukraina?
Sebuah akun Facebook membagikan video dengan narasi Presiden Jokowi diberi misi oleh PBB untuk menghentikan Rusia-Ukraina. Video ini beredar pada 31 Januari 2023. Pengunggah konten tersebut memasukkan sejumlah potongan video sejumlah pemimpin negara-negara di dunia, termasuk Presiden RI, Joko Widodo, yang bertemu dalam sebuah forum.
Dalam postingan berdurasi 8 menit 5 detik ini, narator video mengatakan Pemerintah Rusia berharap agar Presidensi Indonesia di kelompok 20 negara ekonomi terbesar dunia atau G20 pada tahun 2022 dapat menghasilkan agenda yang menyatukan negara-negara dunia dalam berbagai aspek.
| Hasil Pemeriksaan fakta
Verifikasi Tempo menunjukkan, kolase video itu gabungan dari beberapa agenda dan waktu berbeda yang diikuti Presiden RI, Joko Widodo, termasuk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Osaka, Jepang 29 Juni 2019, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Italia 30 Oktober 2021 dan acara The 1st Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting 17 Februari 2022.
Waktunya Trivia!
Benarkah Klaim Ahli Jantung Temukan Cara Menormalkan Tekanan Darah?
Sebuah poster berisi klaim bahwa seorang ahli jantung menemukan cara menormalkan tekanan darah, beredar di Facebook sejak 11 Januari 2023. Teks tersebut disertai dengan foto seorang pria yang disebut sebagai ahli jantung dan profesor dari perguruan tinggi terkemuka. Poster tersebut juga menyertakan tautan hasil wawancara sang dokter yang diperkenalkan sebagai dr. Mariadi Sirait.
| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Video Penculikan Anak dengan Dimasukkan ke Karung di Perumahan Wisma Asri Bekasi?
- Benarkah Foto dengan Klaim Munculnya Awan Pertanda Gempa Turki?
- Benarkah Pasukan Bersenjata Indonesia Menyerang Australia?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: