TEMPO.CO, Jakarta -
Halo pembaca,
Pemilihan kepala daerah Jakarta mulai panas. Putusan Mahkamah Konstitusi pada 20 Agustus 2024 membuyarkan skenario Koalisi Indonesia Maju yang hendak memonopoli pemilu. Dengan mengusung mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, koalisi 12 partai ini hendak menjadikan Pilkada Jakarta diisi calon tunggal. Paling banter calon boneka lewat jalur perseorangan.
Putusan MK mengubah skenario itu. Ambang batas yang tadinya 25 persen suara partai bisa mengusung calon gubernur sendiri, kini jadi 7,5 persen. Akibatnya, PDI Perjuangan yang ditinggal oleh koalisi besar itu kini bisa menjagokan calon gubernur sendiri. Mereka mengusung Pramono Anung-Rano Karno.
Kini Koalisi Indonesia Maju punya lawan sepadan. Ridwan Kamil menggandeng Suswono dari Partai Keadilan Sejahtera—pemenang pemilu Jakarta. Tapi, keduanya menghadapi problem pelik. Ridwan ditolak Jakmania, pendukung klub sepak bola Persija, karena statusnya sebagai mantan Gubernur Jawa Barat. Dua provinsi ini punya rivalitas tajam dalam sepak bola.
Adapun Suswono menghadapi kekecewaan pemilih karena partainya batal mengusung Anies Baswedan. Bujuk rayu KIM, kumpulan partai pendukung Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, membuat PKS menyerah dan bergabung dengan koalisi ini. Anies mengumpulkan suara besar dalam pemilihan presiden lalu.
Belum lagi anggota KIM yang kecewa. NasDem kurang sreg dengan Ridwan Kamil. Begitu juga dengan Partai Kebangkitan Bangsa. Ahmad Sahroni dari NasDem yang sudah didapuk menjadi Ketua Tim Pemenangan Ridwan-Suswono tiba-tiba mundur. Partai Amanat Nasional juga berancang-ancang membelot ke Pramono-Rano.
Bahkan bos KIM, Jokowi dan Prabowo, mulai kendur mendukung Ridwan-Suswono. Dalam rapat pengurus Gerindra, Prabowo mengatakan persaingan dalam Pilkada bagus. Ia menyerahkan dukungan Partai Gerindra kepada para pengurusnya.
Maka kini dua kubu berebut hal sama: menggaet pendukung Anies Baswedan. Keduanya berharap, pendukung Anies memilihnya untuk menang di Jakarta. Program-program membangun Jakarta pun mirip atau meneruskan program-program Anies selama memimpin kota ini.
Agaknya, pertarungan Pilkada Jakarta akan sengit. Benar kata Prabowo, persaingan dalam Pemilu akan seru jika ada banyak pilihan. Apalagi, tidak ada cawe-cawe penguasa mendukung salah satu calon. Kami ulas dinamika Pilkada Jakarta di edisi ini. Selamat membaca.
Bagja Hidayat
Wakil Pemimpin Redaksi
Pilkada 2024: Lupakan Jokowi
PDIP mesti menjauhkan faktor Jokowi dalam pilkada 2024 seraya menolak berkoalisi dengan Prabowo. Demi demokrasi.
Mengapa Calon Gubernur Jakarta Berebut Suara Pendukung Anies Baswedan
Para calon gubernur berupaya mendapatkan suara pendukung Anies Baswedan di pilkada Jakarta. Jokowi ditengarai mengalihkan dukungan.
KIM Plus Goyah di Pilkada Setelah Putusan MK
Dua rival pilkada Jakarta menyiapkan strategi kemenangan. Tim Koalisi Indonesia Maju pecah.
Cegah Pimpinan KPK Titipan Istana
Seleksi pimpinan KPK dipaksakan kelar di ujung masa jabatan DPR dan Jokowi. Waspadai calon titipan Istana.
Humor Paus Fransiskus yang Tak Lekang
Paus Fransiskus mengelaborasi pesan-pesan apostolik dalam perjalanan kembali ke Roma. Ia mengecam kekerasan seksual oleh pastor dan pengerukan sumber daya alam.
Konflik Kepentingan Calon Pimpinan KPK
Konflik kepentingan calon pimpinan KPK dan 44 calon kementerian di pemerintahan Prabowo.
Power Wheeling dan RUU Energi Baru Mengancam Monopoli Listrik PLN
Pasal tentang power wheeling mengganjal pengesahan undang-undang energi baru-terbarukan. Mengancam keistimewaan PLN.