Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #277 Mewaspadai Bahaya AI di Tangan Ekstremis dan Teroris

image-gnews
Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Iklan

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Artificial Intelligence (AI) alias kecerdasan buatan kini sudah bukan lagi barang aneh dan asing di kehidupan kita. Butuh rekomendasi barang terbaru? Tinggal buka gawai, tanya Siri. Butuh inspirasi untuk mengerjakan tugas atau menyelesaikan pekerjaan? Tanyakan ke ChatGPT. Bahkan ingin membuat video untuk sekadar lucu-lucuan? Ada banyak aplikasi dengan beragam filter yang siap sedia digunakan.

Namun sadarkah kita, berbagai kemudahan yang ditawarkan atas bantuan kecerdasan buatan itu bak pisau bermata dua. Di tangan kelompok ekstremis, teknologi juga memudahkan mereka menebarkan teror dan propaganda di tengah masyarakat. 

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Mewaspadai Bahaya AI di Tangan Ekstremis dan Teroris

Kemajuan pesat teknologi kecerdasan buatan (AI) menciptakan jalan baru bagi kelompok-kelompok ekstremis untuk menyebarkan propaganda dan merekrut pengikut, termasuk di Asia Tenggara. Negara-negara dengan penetrasi internet dan media sosial yang tinggi seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina, rentan menghadapi berbagai gerakan ekstremis yang dipersenjatai AI. 

Disarikan dari artikel Fulcrum, peneliti Nuurianti Jalli dan Irma Garnesia mempelajari bagaimana  berbagai organisasi ekstremis, termasuk Negara Islam (IS) dan afiliasinya, semakin intens memanfaatkan perangkat AI. Kecerdasan buatan mereka manfaatkan untuk meningkatkan eksistensi di dunia maya (online presence) dan kemampuan pengiriman pesan secara masif. 

Misalnya dengan membuat video menggunakan AI untuk menciptakan sosok juru bicara buatan yang sedang menyampaikan konten ekstremis. Berkat kemajuan teknologi AI, video-video propaganda tersebut dapat diproduksi dengan cepat dan dengan kualitas yang relatif tinggi. Apalagi kemampuan AI yang terus berkembang dalam menciptakan avatar digital dan deepfake yang meyakinkan dari sosok asli. Audiens tentu semakin sulit membedakan antara konten asli dan palsu.

Potensi penyalahgunaan teknologi AI untuk tujuan ekstremis ini jelas berbahaya dibandingkan konten AI yang kita buat sebagai pengguna biasa. Sebab, konten-konten ekstremis menargetkan interaksi dan keterlibatan yang dipersonalisasi khusus. Salah satunya ialah dengan membikin chatbot berbasis AI yang dirancang untuk meniru militan yang dipenjara, atau bahkan sudah meninggal. 

AI generatif kemudian digunakan untuk "mereinkarnasi" ekstremis yang sudah meninggal di video TikTok. Berikutnya, mereka menciptakan chatbot yang dipersonalisasi seolah-olah militan itu masih hidup untuk berinteraksi menggaet pengikut baru. Tujuannya apa? Secara perlahan-lahan mengarahkan pengikut kepada ideologi ekstremis, bahkan untuk melakukan tindakan kekerasan.

Dalam setahun belakangan, Nurrianti Jalli dan Irma Garnesia meneliti berbagai video bertema ideologi ekstrim dan terorisme dengan polesan AI yang beredar di media sosial. Salah satunya video yang dihasilkan yang menggambarkan para pemimpin Jemaah Islamiyah (JI) dan pelaku bom Bali, dengan narasi cerita secara rinci bagaimana mereka terlibat dalam insiden teror. 

Video di TikTok ini menampilkan “reinkarnasi AI” dari mendiang Dr. Azahari Husin, pembuat bom Malaysia di balik pengeboman Bali (2002, 2005) dan Jakarta (2003, 2004). Di video itu, seolah-olah Dr. Azahari muncul dan menjelaskan perannya dalam jihad bersama JI, yang memiliki hubungan ideologis dan finansial dengan al-Qaeda. Video yang awalnya diunggah pada tahun 2023 oleh seorang kreator konten Indonesia ini, ditonton lebih dari 3,8 juta kali, disukai 120.000 kali, dan dibagikan lebih dari 2.000 kali di TikTok. 

Ada pula video TikTok lainnya yang menampilkan penggambaran Noordin Mohamad Top yang dibuat dengan AI. Noordin M. Top adalah pemimpin Jamaah Islamiyah Malaysia yang bertanggung jawab atas pengeboman hotel Jakarta tahun 2009. Dalam video itu, ia seolah-olah muncul untuk menjelaskan alasan tindakan pengebomannya. Meskipun video ini jelas dibuat dengan AI, peneliti studi menekankan bagaimana video ini ternyata tetap dapat memikat penonton dan menimbulkan respons psikologis, yang berpotensi meningkatkan risiko radikalisasi dan penyebaran ideologi ekstremis.

Anda tentu masih ingat, penggunaan aplikasi perpesanan seperti WhatsApp dan Telegram untuk ekstremisme pernah marak di Asia Tenggara. Terutama di negara kita, Indonesia, seiring bangkitnya Daesh (atau ISIS) pada tahun 2017. Akibatnya, pemerintah lalu melarang Telegram untuk mencegah penyebaran propaganda dan ide-ide ekstremis berbahaya dalam masyarakat.

Menurut Anda, bagaimana seharusnya kita, pemerintah, dan platform bisa mencegah penyebaran ideologi ekstrim dan propaganda teroris itu bangkit lagi?

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Demo Peringatan Darurat adalah Agenda Kudeta dari CIA Terhadap Jokowi?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejumlah akun di X (sebelumnya Twitter) mengunggah konten yang mengklaim unjuk rasa Peringatan Darurat untuk mengawal putusan Mahkamah Konstitusi pada 22 Agustus 2024 lalu adalah kudeta terhadap Jokowi yang disponsori Badan Intelijen Amerika (CIA).

| Hasil Pemeriksaan Fakta

Tempo memeriksa faktanya dengan membagi jadi 2 klaim. Pertama, klaim Aksi ‘Peringatan Darurat’ agenda CIA untuk mengkudeta Jokowi yang pro Palestina dan Cina. Kedua, klaim National Endowment for Democracy (NED) sebagai agen CIA yang berada di balik operasi mengkudeta Jokowi dengan menyalurkan pendanaan kepada NGO.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah 74 Persen Orang Meninggal Akibat Vaksin Covid-19?

Sebuah akun Facebook mengunggah sebuah video yang menyebutkan terdapat 74 persen orang yang meninggal mendadak akibat vaksin Covid-19.

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

WhatsApp Channel

Facebook

Twitter

Instagram 

Telegram

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara Menambahkan Copilot di WhatsApp untuk Chatting dengan Chatbot AI

16 jam lalu

Ilustrasi WhatsApp. shutterstock.com
Cara Menambahkan Copilot di WhatsApp untuk Chatting dengan Chatbot AI

WhatsApp merilis fitur Copilot yang memungkinkan pengguna dapat melakukan chatting dengan Chatbot AI.


CekFakta #281 Siasat Industri Gim Menghadapi Skandal

1 hari lalu

Industri gim di Indonesia memiliki perkembangan signifikan setiap tahun nya. Ketahui informasi lebih lengkap tentang industri gim dan peluangnya. Foto: Canva
CekFakta #281 Siasat Industri Gim Menghadapi Skandal

Siasat Industri Gim Menghadapi Skandal Seksisme dan Sensor Pemerintah Cina


Kreasi Protein Berbuah Hadiah Nobel Kimia 2024 untuk 3 Peneliti Ini

3 hari lalu

Ilmuwan David Baker, Demis Hassabis, dan John Jumper memenangkan Hadiah Nobel Kimia 2024 atas penempuan mereka terkait struktur protein. Credit: Reuters
Kreasi Protein Berbuah Hadiah Nobel Kimia 2024 untuk 3 Peneliti Ini

Di antara tiga pemenang Nobel Kimia 2024, dua datang dari Google Deepmind dengan catatan keberhasilan baru empat tahun lalu.


Geoffrey Hinton "Godfather of AI", Pemenang Nobel Fisika yang Kini Vokal soal Bahaya Kecerdasan Buatan

3 hari lalu

Geoffrey Hinton. Johnny Guatto/University of Toronto/Handout via REUTERS.
Geoffrey Hinton "Godfather of AI", Pemenang Nobel Fisika yang Kini Vokal soal Bahaya Kecerdasan Buatan

Geoffrey Hinton, pemenang Novel Fisika 2024 yang dijuluki "Godfather of AI" kini dikenal vokal soal potensi bahaya kecerdasan buatan bagi manusia.


3 Cara Meningkatkan Kualitas Foto

3 hari lalu

Google Photos. Stgist.com
3 Cara Meningkatkan Kualitas Foto

Berkat kemajuan teknologi, mengubah foto beresolusi rendah menjadi gambar yang lebih tajam dan jernih kini menjadi lebih mudah.


Apple Intelligence Bakal Hadir di iPhone 16 Akhir Oktober dengan Pembaruan iOS 18.1

4 hari lalu

Apple terus berinovasi menghadirkan produk elektronik dan sistem operasi, termasuk Apple Intelligence. Apa itu Apple Intelligence? Foto: Apple
Apple Intelligence Bakal Hadir di iPhone 16 Akhir Oktober dengan Pembaruan iOS 18.1

Salah satu fitur Apple Intelligence pertama yang akan hadir ke iPhone 16 melalui iOS 18.1 adalah ringkasan notifikasi yang didukung oleh AI.


Fitur Gmail Q&A Kini Tersedia untuk iOS, Simak Cara Gunakannya

4 hari lalu

M Gmail. antaranews.com
Fitur Gmail Q&A Kini Tersedia untuk iOS, Simak Cara Gunakannya

Fitur Gmail Q&A yang sebelumnya sudah tersedia untuk sistem operasi android kini siap meluas ke iOS


Konferensi Internet Dunia 2024 Akan Digelar November, Fokus pada AI

5 hari lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
Konferensi Internet Dunia 2024 Akan Digelar November, Fokus pada AI

Konferensi Internet Dunia atau World Internet Conference 2024 akan digelar November mendatang dan berfokus pada kecerdasan buatan atau AI.


4 Fitur AI di Google Photos untuk Edit Gambar secara Gratis

5 hari lalu

Google Photos. Stgist.com
4 Fitur AI di Google Photos untuk Edit Gambar secara Gratis

Fitur AI di Google Photos kini sudah bisa dinikmati penggunanya. Fitur-fitur tersebut dapat digunakan untuk mengedit gambar dengan mudah.


Meta Umumkan Model AI Baru Movie Gen Bisa Menghasilkan Video dan Audio

7 hari lalu

Ilustrasi Logo Meta. REUTERS/Dado Ruvic
Meta Umumkan Model AI Baru Movie Gen Bisa Menghasilkan Video dan Audio

Meta mengklaim Movie Gen dapat menyaingi tools dari perusahaan startup terkemuka seperti OpenAI dan ElevenLabs. Apa hebatnya?