Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Sebagai salah satu negara dengan hutan hujan tropis terluas di dunia, kita patut khawatir dengan ancaman perubahan iklim. Sebab sejak tahun 1990, seluas 25 persen hutan tua di Indonesia lenyap. Tak hanya deforestasi, bahaya berbagai bencana alam sudah nyata terjadi.
Sayangnya, masih banyak orang yang belum sadar urgensi perubahan iklim ini. Berdasarkan survei tahun 2021 oleh Development Dialogue Asia, mayoritas orang Indonesia belum memandang perubahan iklim sebagai akibat dari ulah manusia. Alih-alih percaya perubahan iklim, mereka malah menganggap ini semua dikendalikan oleh elit global.
Kondisi ini diperparah dengan banyaknya misinformasi seputar perubahan iklim.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
Di Balik Sikap Tidak Percaya Orang Indonesia Terhadap Perubahan Iklim
Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada menyebutkan, umumnya kelompok penentang krisis iklim berpendapat bahwa krisis iklim terjadi karena hukum alam, bukan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Banyak narasi yang beredar justru mengaitkan perubahan iklim dengan unsur politik, kepercayaan, dan agama, dibanding sains.
CfDS melakukan survei terhadap 2.401 responden tentang tiga aspek, yakni pemahaman dan kesadaran tentang krisis iklim, pola konsumsi informasi, dan kemampuan literasi digital. Hasilnya, sebanyak 21,5% responden setuju dan 11% sangat setuju bahwa krisis iklim disebabkan oleh semakin banyaknya manusia yang melakukan maksiat dan tidak mematuhi agamanya. Termasuk 25% responden yang setuju bahwa ilmuwan yang meneliti krisis iklim dikendalikan oleh kaum elit global.
“Kelompok penentang ini tidak hanya memproduksi konten-konten menyangkal krisis iklim, tapi juga terus berusaha mempengaruhi opini publik melalui konten tersebut,” kata peneliti dan dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM, Dr. Novi Kurnia, M.Si., MA.
Menurut penelitian dalam Jurnal “Environmental Communication”, misinformasi perubahan iklim di berbagai platform media sosial umumnya berbicara dalam 3 jenis narasi utama. Pertama, menolak keberadaan perubahan iklim alias existence denial. Produsen hoaks menggunakan taktik ini untuk mempertanyakan terjadinya perubahan iklim, dengan menegaskan bahwa hal itu tidak terjadi secara signifikan.
Kedua, menolak menyebut perubahan iklim terjadi akibat aktivitas manusia. Bahkan turut memperdebatkan apakah manusia benar-benar menyebabkan perubahan iklim. Ketiga, hoaks dalam bentuk meremehkan potensi dampak buruk perubahan iklim terhadap manusia dan lingkungan.
Namun jika ditilik dari aspek budaya, penolakan terhadap perubahan iklim di Asia, khususnya Cina, berbeda dengan narasi yang lazim beredar di negara-negara Barat. Di Barat, perubahan iklim seringkali disebut sebagai agenda aktor jahat yang ingin membatasi kebebasan warga. “Sedangkan di Cina, perubahan iklim digambarkan sebagai sebuah teori konspirasi yang ingin menghambat pembangunan Cina oleh pihak Barat,” tulis Liang Chen, peneliti Sekolah Jurnalisme dan Komunikasi, Universitas Tsinghua itu.
Meski begitu, ada faktor lain yang menyebabkan masyarakat Indonesia tersesat di tengah gempuran hoaks soal perubahan iklim ini. Informasi yang menyesatkan juga dipengaruhi banyaknya kepentingan politik global. Substansi informasi dan pemahaman yang menyesatkan itu dirancang untuk memahami sesuatu yang salah, agar mendapat dukungan politik dalam pembicaraan iklim secara global.
Contohnya, negara-negara industri mengalami perdebatan yang tajam dengan negara selatan, termasuk Indonesia. Perubahan iklim ini diakibatkan dua emisi terbesar, satu emisi industri dan emisi deforestasi. “Nah, negara industri mengakui bahwa kegiatan industri mereka melepas banyak emisi karbon, tapi mereka menyangkal solusi dari krisis iklim ini adalah menurunkan emisi dari industri mereka,” ujar Direktur Eksekutif Nasional WALHI, Zenzi Suhadi.
Maka, kesadaran kita tentang hoaks perubahan iklim ini sangat penting agar tetap peduli terhadap lingkungan, bukan malah skeptis dan menolak. Sebab tanpa kepedulian bersama, kenaikan suhu global yang terus-menerus dapat menimbulkan kerusakan besar bagi bumi kita.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Tinta Tak Kasat Mata Dimasukkan ke Vaksin?
Sebuah video pendek diunggah di Instagram tentang tinta tak terlihat dapat mengungkap status vaksin seseorang. Video tersebut memperlihatkan sebuah magnet kecil ditempelkan pada lengan seseorang yang telah divaksin. Video juga diberi narasi yang mengklaim bahwa tinta tak kasat mata sudah dimasukkan pula pada vaksin Covid-19 untuk anak-anak. Pekerjaan ini didanai oleh Bill and Melinda Gates Foundation karena permintaan langsung dari pendiri Microsoft dan filantropis Bill Gates.
| Hasil Pemeriksaan fakta
Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim di atas dengan mewawancarai epidemiolog Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman. Menurutnya, narasi-narasi tersebut sudah lama beredar yang disebarkan oleh kelompok penganut teori konspirasi. Video yang melihatkan seseorang menempelkan magnet pada lengan yang disuntik vaksin menunjukan bahwa ada chip yang dimasukan ke dalam tubuh adalah tidak benar. Tidak ada komponen magnetik dalam vaksin.
Waktunya Trivia!
Benarkah Ilustrasi Perbedaan Pikiran Perempuan dan Laki-laki?
Sebuah ilustrasi kerangka otak manusia diklaim merupakan perbedaan pikiran antara laki-laki dan perempuan beredar di Threads. Dalam ilustrasi digambarkan pikiran perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan yang cukup mencolok seperti perempuan berfikir lebih banyak terkait seks sementara laki-laki cenderung berpikir bekerja dan mencari uang.
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Kata Jancok Berasal Dari Nama Tank Belanda?
- Benarkah Video Ikan Bermotif Harimau Pembawa Keberuntungan?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: