Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Pemilihan umum semakin dekat, tepatnya pada 14 Februari 2024 nanti. Narasi politik dari para kandidat pun semakin mengalir deras di lini masa platform-platform digital.
Namun sayangnya, informasi politik yang tampil di layar gawai kita juga kerap berupa misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Bahkan dalam sebuah survei baru-baru ini, terungkap bahwa hampir 50 persen responden percaya hoaks seputar Pemilu. Bagaimana bisa?
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
Pilpres 2024 Semakin Dekat, Mengapa Hoaks Pilpres Masih Dipercaya?
Gangguan informasi politik ini sudah lama menjadi ancaman serius bagi demokrasi dan integritas penyelenggaraan Pemilu di Indonesia, baik saat Pemilihan Umum Presiden maupun Pemilihan Umum Gubernur. Keduanya kerap menjadi ladang kabar palsu.
Menjelang Pemilu 2024, tingkat penyebaran gangguan informasi kembali meningkat dan mulai mengkhawatirkan. Hampir setengah dari populasi atau 42,3 persen responden percaya pada gangguan informasi. Hasil ini diungkap dalam Survei Opini Publik: Proyeksi dan Mitigasi Gangguan Informasi Pemilu 2024 yang digelar The Safer Internet Lab (Sail) dan Center for Strategic and International Studies (CSIS) dalam rentang 4-10 September 2023.
Peneliti menguji 7 informasi salah yang sudah terverifikasi sebagai berita salah atau palsu oleh Koalisi Cek Fakta. Tujuh jenis hoaks yang diujikan ini dipilih karena kerap disebarkan secara berulang atau mempunyai pola yang jelas. Antara lain pengelabuan jumlah pemilih, anggota KPU tidak netral, surat suara yang sudah dicoblos, pencurian surat suara, KTP palsu dalam pemilu, tenaga kerja asing (TKA) Cina sebagai pemilih, serta penundaan Pemilu 2024.
Para peneliti survei ini juga mengukur pada dua isu hoaks bertema Pemilu yang sudah beredar lama sejak 2014. Dua isu tersebut ialah Presiden Jokowi dianggap keturunan Tionghoa dan isu KTP elektronik untuk WNA Cina mencoblos dalam Pemilu.
Meski isu tersebut sudah beredar lama, tapi dari 41,5 persen responden yang mendengar bahwa Jokowi adalah keturunan Tionghoa saat itu, 21,7 persen di antaranya mengaku mempercayainya. Artinya, gangguan informasi diatas mampu bertahan di benak publik dalam jangka waktu yang panjang.
Begitu pula dari 28,2 persen responden yang pernah mendengar isu KTP elektronik untuk WNA Cina, sebanyak 42,3 persen mempercayainya. Ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan terhadap gangguan informasi tersebut masih relatif tinggi, bahkan setelah dilakukan pengecekan fakta atau klarifikasi.
Walau para responden pernah mendengar hoaks tersebut dan ada yang masih mempercayainya, hanya sebagian kecil dari mereka yang tertarik untuk menyebarkannya. Bahkan, sebanyak 41,2 persen responden menganggap berita bohong yang tersebar di internet/media sosial adalah kerjaan orang iseng belaka.
Artinya, publik tidak banyak mengetahui bahwa gangguan informasi adalah gerakan yang terstruktur dan terorganisir. Padahal jika kita jeli, ketidaktertarikan untuk meneruskan informasi keliru ini justru bisa mengundang pemikiran kritis di benak. “Lalu, siapa yang membuat hoaks kalau banyak orang malas sembarangan share? Wah, bisa jadi ini memang ada gerakan terencana untuk menyebarkan hoaks.”
Nah, apakah Anda berpikir hal yang sama?
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Prabowo Subianto Diseret Keluar Istana?
Sebuah video beredar di Facebook berisi klaim bahwa Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto diseret keluar Istana Negara. Dia dikatakan menjadi korban permainan politik Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Bagian thumbnail video memperlihatkan Presiden Jokowi di depan barisan menterinya, sementara dua orang berbaju putih mengangkat Prabowo keluar ruang Istana Negara. Format video tersebut mirip tayangan berita.
| Hasil Pemeriksaan fakta
Tempo memverifikasi narasi tersebut menggunakan layanan reverse image search dari mesin pencari Google dan Yandex. Ditemukan bahwa video dalam unggahan di Facebook tersebut tidak sesuai dengan klaim yang disertakan.
Waktunya Trivia!
Benarkah Tentara Arab Saudi Bergerak Menuju Palestina?
Klaim bahwa tentara Arab Saudi telah bergerak menuju Palestina beredar di media sosial. Klaim tersebut beredar seiring serangan Israel atas Palestina pada Oktober 2023. Klaim tersebut dibagikan akun Facebook ini [arsip] bersama sebuah video yang memperlihatkan iring-iringan kendaraan di jalanan yang membelah sebuah bukit. Beberapa kendaraan membawa bendera Arab Saudi.
| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah video-video serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023?
- Benarkah Dita Indah Sari berafiliasi dengan komunis dan kongres PKI tahun 2010?
- Benarkah badai hancurkan Israel setelah menyerang Palestina pada Oktober 2023?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: