TEMPO.CO, Jakarta - Terbongkarnya suap hakim agung Sudrajad Dimyati membuka tabir jual-beli perkara lembaga tertinggi hukum Indonesia itu. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan sepuluh tersangka. Enam di antaranya, termasuk Dimyati, berstatus pegawai Mahkamah Agung.
Empat tersangka lain merupakan seorang pengacara beserta stafnya, Theodorus Yosep Parera dan Eko Suparno, serta dua pengusaha, Heryanto Tanaka dan Ivan Dwi Kusuma, dituduh sebagai penerima suap. Ini kasus rasuah pertama yang menjerat seorang hakim agung.
Awalnya, KPK menangkap Yosep dan Eko usai menyerahkan uang senilai Sin$ 205 ribu dan 50 juta, atau setara Rp 2,2 miliar kepada Desy Yustria, staf panitera di MA. Desy turut dicokok penyidik di Tambun, Bekasi. Besel itu mengalir ke Sudrajad Dimyati sebanyak Rp 800 juta.
Uang tersebut berasal dari Heryanto Tanaka, pengusaha yang tengah mengajukan gugatan pailit Koperasi Simpan Pinjam Intidana. Dimyati merupakan anggota majelis hakim kasasi gugatan tersebut di MA.
Setelah ditangkap, Yosep dan Heryanto buka-bukaan tentang berapa uang yang ia habiskan mengurus satu perkara hukum hingga tahap peninjauan kembali. Kami menelusuri aliran uang sesuai pengakuan Heryanto. Siapa saja yang ia suap memuluskan gugatannya? Siapa saja hakim agung yang terlibat?
Selamat membaca.
Mustafa Silalahi
Redaktur Utama
Harga Keadilan Hakim Agung
Siapa saja terlibat suap perkara di Mahkamah Agung?
Sulitnya Mencari Pelanggaran Etik
Mengapa Komisi Yudisial tak menemukan pelanggaran etik dalam kasus korupsi?
Tajir Seusai Promosi
Profil Sudrajad Dimyati. Dari mana harta kekayaannya?
OPINI
Penyakit Kronis Lembaga Peradilan
Mengapa korupsi terus terjadi di lembaga hukum kita?
NASIONAL
Tim Bayangan Nadiem Makarim
Menteri Pendidikan Nadiem Makarim membentuk ratusan orang sebagai tim bayang. Buat apa?
Di Balik Gagalnya RUU Sisdiknas
Mengapa Nadiem Makarim gagal meyakinkan DPR dan Presiden mengegolkan RUU Sitem Pendidikan Nasional?
Bahaya Gas Air Mata Kedaluwarsa
Apa saja dampak gas air mata kedaluwarsa dalam tragedi Kanjuruhan?
KOLOM
Kekacauan Pilkada Serentak
Mengapa Pilkada serentak mencederai demokrasi?
OPINI
Tim Bayangan Nadiem Makarim