TEMPO.CO, Jakarta - Luput dari pantauan wartawan, Inspektur Jenderal Ferdy Sambo mendatangi Gedung Badan Reserse Kriminal pada Sabtu pagi, 6 Agustus lalu, di Jalan Trunojoyo, Kebayora Baru, Jakarta Selatan. Sehari sebelumnya, mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri ini juga datang dengan mengenakan pakaian dinas. Ia diperiksa dalam perkara kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat. Brigadir Yosua tewas dengan tujuh luka tembak di rumah dinas Ferdy di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada 8 Juli 2022.
Berbeda dengan pemeriksaan pada Jumat, Ferdy tak pulang seusai diperiksa Tim Khusus dan Inspektorat Khusus pada Sabtu sore, sekitar pukul 17.30. Inspektorat Khusus yang beranggotakan sejumlah jenderal bintang tiga memutuskan Ferdy melanggar kode etik. Ia dianggap terlibat merusak kamera pengawas di sekitar rumahnya. Rekaman tersebut diperkirakan menjadi salah satu kunci misteri kematian Brigadir Yosua.
Ferdy ditahan dengan menggunakan mekanisme Penempatan dalam Tempat Khusus (Patsus) di Markas Korps Brigade Mobil Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Awalnya, tak banyak yang mengetahui penahanan Sambo. Jurnalis hanya mengetahui ada sekitar 20 personel Brimob dan lima kendaraan lapis baja yang mendatangi gedung Bareskrim pada Sabtu siang hingga sore.
Kabar penahanan Sambo kami terima pada Sabtu sore. Kami segera mengecek soal penahanan itu. Jika benar ini berita besar. Akhirnya, polisi berani beranjak lebih jauh mengungkap kematian Yosua yang memantik debat dan wasangka publik selama sebulan terakhir. Polisi terkesan melindungi Ferdy dengan coba menciptakan alibi dan kronologi kematian Yosua dengan keterangan dan penjelasan yang tak masuk akal.
Soal skenario menyelamatkan Ferdy Sambo ini sudah kami rencanakan sepekan lalu untuk menjadi laporan utama pekan ini. Kabar penahanannya mengubah kerangka tulisan yang hampir jadi itu. Penahanan Sambo akan menjadi sejarah kelam Polri: baru kali ini ada jenderal bintang dua yang diduga terlibat merusak bukti-bukti kematian di rumah dinasnya.
Pada 2009, ada Kepala Polres Jakarta Selatan Komisaris Besar Wiliardi Wizar yang terlibat pembunuhan Direktur Utama PT Putra Rajawali Banjaran Nasruddin Zulkarnaen. Pembunuhan itu kemudian menyeret Ketua KPK Antasari Azhar.
Untuk kali pertama pula, Mabes Polri mengabulkan permintaan keluarga Yosua Hutabarat untuk autopsi ulang. Keluarga Yosua curiga anak mereka disiksa terlebih dahulu sebelum meregang nyawa oleh peluru.
Sejauh mana keterlibatan Ferdy Sambo dalam kematian Yosua? Mengapa polisi akhirnya berani menahan Ferdy Sambo? Cara polisi menangani perkara ini akan menjadi pertaruhan besar. Selamat membaca.
Mustafa Silalahi
Redaktur Utama
Bayang-bayang Sambo di Pistol Yosua
Apa saja fakta-fakta baru yang mengungkap peran Ferdy Sambo dalam kematian Brigadir Yosua?
Pernyataan Ferdy Sambo
Setelah sekian lama tak muncul ke publik, apa saja isi pernyataan Ferdy Sambo?
Mengapa LPSK Tak Melindungi Istri Ferdy Sambo
Berburu Luka Autopsi Kedua
Apa saja bukti baru yang ditemukaan dalam autopsi kedua kedua Brigadir Yosua?
OPINI
Mencegah Persekongkolan Jahat Pembunuh Yosua
Menutupi kematian dan merusak barang bukti adalah kejahatan yang sama kejinya dengan kejahatan itu sendiri. Bagaimana seharusnya polisi menangani kematian Yosua?
NASIONAL
Sambang-menyambang Menjadi Satu
Bagaimana koalisi Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa pada Pemilu 2024 nanti?
Ancang-ancang Palagan Ketiga
Jika benar Prabowo Subianto maju lagi dalam pemilihan presiden, ini akan jadi keempat kalinya mantan menantu Presiden Soeharto itu bertarung dalam pemilihan politik. Sekali sebagai calon wakil presiden, dua kali calon presiden. Semuanya kalah.
OPINI
Cukup Sudah, Prabowo
Partai Gerindra sebaiknya mencari calon presiden lain selain Prabowo Subianto. Jika ingin Gerindra jadi alat demokrasi.