TEMPO.CO, Jakarta - Umat Buddha kembali bisa merayakan Waisak di Candi Borobudur, Jawa Tengah, setelah dua tahun terhalang pandemi. Prosesi arak-arakan jalan kaki Waisak dari Candi Mendut ke Candi Borobudur berlangsung cukup khidmat. Sepanjang jalan masyarakat menyambut percikan air suci dari para biku.
Ritual sakral itu merupakan bagian dari perayaan puncak Waisak bertema “Jalan Kebijaksanaan Menuju Kebahagiaan Sejati” di Candi Borobudur yang dihelat oleh Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dan Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi). Borobudur bukan satu-satunya candi tempat berlangsungnya upacara Waisak. Pemeluk Buddha lain menyelenggarakan Waisak di Candi Sewu.
Wartawan Tempo mengikuti upacara Waisak bersama ribuan umat Buddha di Borobudur. Kami menelusuri sejarah asal mula peringatan Waisak di Candi Borobudur yang dipelopori oleh Bhante Ashin Jinarakkhita. Selamat membaca.
Nurdin Kalim
Redaktur Utama
SELINGAN
Waisak Pertama Setelah Pandemi
Reportase perayaan Waisak yang pertama setelah pandemi Covid-19. Apa yang berbeda?
Pelopor Waisak Borobudur
Dia pelopor upacara Waisak secara nasional di Candi Borobudur. Siapa Bhante Ashin Jinarakkhita?
SENI
Tarung Grafis di Bandung
Seni grafis karya konvensional dan yang sudah mengalami perluasan bertarung di Galeri Lawangwangi, Bandung. Karya grafis konvensional diwakili perupa Bali dan karya grafis eksperimental diwakili perupa Yogyakarta. Siapa menang?
Serba Semar Nasirun
Perupa Nasirun menggelar pameran menyambut perayaan 70 tahun Romo Sindhunata di Yogyakarta. Mengapa ia memilih sosok semar?