TEMPO.CO, Jakarta - Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami menurunkan edisi khusus untuk ikut bersama merayakan Lebaran. Kali ini, cerita dari pesantren yang secara progresif menekankan pada pentingnya menjaga lingkungan, mengajarkan kesetaraan gender, dan perlindungan terhadap kekerasan seksual. Tak hanya konsep, mereka mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tema ini menjadi penting di tengah krisis iklim dan berbagai kasus kekerasan seksual yang terungkap dari balik tembok pesantren belakangan ini. Pada awal April lalu, misalnya, Pengadilan Tinggi Bandung memvonis mati Herry Wirawan, pemilik pesantren yang mencabuli belasan santrinya. Kita pun dihadapkan pada kondisi bumi yang semakin panas akibat kerusakan lingkungan.
Empat dari tujuh pesantren itu memiliki rekam jejak panjang menangani korban kekerasan seksual. Pesantren Putri Al-Ihya Ulumaddin di Cilacap, Jawa Tengah, misalnya, selama belasan tahun menampung dan mendampingi korban kekerasan seksual. Kami pun menemui seorang korban yang menceritakan peran pengasuh pondok membantu memulihkannya.
Ada juga Pesantren Nurulhuda di Cianjur, Jawa Barat, yang mengadvokasi berbagai kasus kekerasan seksual yang menimpa santrinya. Pengelola pesantren tidak menutupi peristiwa yang kerap dianggap aib itu. Mereka justru menggandeng lembaga lain, serta pasang badan melindungi korban dan menghadapi pelakunya.
Tiga pesantren lain bergiat menjaga bumi. Salah satunya, Pesantren Annuqayah di Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur, yang menjadi pelopor pesantren hijau ketika isu krisis iklim belum terlalu ramai di Indonesia. Ketika pemerintah masih jauh panggang dari api mengubah energi kotor ke terbarukan, mereka sudah memakai energi bersih. Pesantren itu juga gencar menentang penambangan fosfat yang merusak lingkungan.
Tujuh pondok itu telah menunjukkan bahwa pesantren bukan lagi sekadar sekolah pendidikan agama yang eksklusif. Mereka tak terkungkung di balik tembok, melainkan bergerak untuk manusia dan alam. Krisis iklim yang menjadi problem planet bumi akan menjadi perhatian tiap orang jika memakai institusi keagaaman untuk menkampanyekannya. Pesantren punya peran signifikan.
Selamat membaca. Selamat merayakan Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin.
Stefanus Pramono
Redaktur Pelaksana
Mengapa Kami Memilih Pesantren
Rumah Aman Nyai Gender
Ponpes Kempek Cirebon menyediakan rumah aman bagi korban kekerasan seksual.
https://majalah.tempo.co/read/laporan-khusus/165860/kisah-pondok-pesantren-
Bani Adam dari Cilacap
Pengasuh Al Ihya Ulumaddin menginisiasi rumah aman bagi korban kekerasan seksual dan KDRT.
Pesantren Putri Ramah Penyintas
Ponpes Al-Hidayat Salaman, Magelang, memiliki pengalaman menangani korban kekerasan seksual.
Telepon Gelap Predator Santri
Pesantren Nurulhuda di Cirebon mendampingi para santri yang menjadi korban kekerasan seksual.
Menyelami Islam Lewat Alam
Di Pesantren At-Thaariq, ajaran Islam dan prinsip-prinsip ekologi berpadu.
Karena Ibadah Butuh Air
Pesantren Annuqayah di Guluk-guluk, Sumenep konsisten melek lingkungan.
Dakwah Ekologi di Lembah Madani
KOLOM: Pesantren dan Tantangan Global
Pesantren didirikan untuk menghadapi tantangan global, yakni kolonialisme.
OPINI: Pembawa Agama Tetap Relevan dengan Zaman
Pesantren yang mengajarkan Pendidikan lingkungan dan kesetaraan gender membuka ortodoksi.