Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #284 Ancaman Konten Dewasa di Platform X bagi Generasi

image-gnews
Logo X terlihat di bagian atas kantor pusat platform X, dahulu Twitter, di pusat kota San Francisco, California, AS. REUTERS/Carlos Barria
Logo X terlihat di bagian atas kantor pusat platform X, dahulu Twitter, di pusat kota San Francisco, California, AS. REUTERS/Carlos Barria
Iklan

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Apakah Anda pengguna X yang dulu bernama Twitter? Sudahkah Anda mendengar kabar bahwa X menerapkan peraturan baru yang mengizinkan konten dewasa (adult content) di platform-nya, sebagai bagian dari kebebasan berekspresi? Meski menuai kecaman, perubahan peraturan ini mungkin menjadi sinyal bahwa media sosial cenderung berlomba-lomba menjadikan atensi kita sebagai ladang cuan.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Ancaman Konten Dewasa di Platform X bagi Generasi

Jika Anda amati, perubahan peraturan X yang mengizinkan konten dewasa sudah menghebohkan warganet sejak pertengahan tahun. Pemilik X, Elon Musk, berdalih bahwa konten pornografi di platformnya tetap akan diblokir agar tidak dilihat oleh pengguna yang berusia di bawah 18 tahun atau yang tidak memilih untuk melihatnya. Ini memicu memicu perdebatan sengit, terutama karena kekhawatiran akan potensi dampak negatif bagi masyarakat. 

Secara historis, X yang sebelumnya bernama Twitter, tidak mencegah orang mem-posting konten dewasa di platform tersebut. Pekerja seks yang menggunakan layanan berlangganan seperti OnlyFans sudah lama menggunakan X untuk mempromosikan diri mereka selama bertahun-tahun.

Namun dengan adanya peraturan baru ini, para pengkritik memperingatkan soal peningkatan paparan konten pornografi pada anak di bawah umur. Penelitian Komisioner Anak di Inggris tahun 2023 menunjukkan bahwa remaja sudah lebih sering terpapar materi pornografi di X dibandingkan situs dewasa khusus. Normalisasi konten dewasa di platform bisa memperparah situasi ini yang mungkin mendorong paparan pornografi lebih dini di kalangan remaja. Kelak, dapat berdampak negatif seperti pandangan yang keliru tentang hubungan dan peningkatan risiko eksploitasi seksual.

Peraturan konten baru ini juga memiliki implikasi terhadap lanskap periklanan online secara keseluruhan. Keputusan untuk mengizinkan konten dewasa bisa membuat pengiklan yang ragu terhadap materi kontroversial atau ofensif semakin menjauh. Sebenarnya, kepergian pengiklan ini dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi X. Kerugian itu bisa menghambat investasinya dalam moderasi konten dan perlindungan pengguna. Apalagi X menyatakan konten dewasa atau seksual toh juga tidak bisa dimonetisasi.

Namun peraturan ini bisa menciptakan preseden yang berbahaya bagi platform media sosial lainnya. Hal itu mungkin mendorong mereka untuk lebih mengutamakan keterlibatan dan keuntungan daripada pertimbangan etika, sehingga dapat memperburuk standar konten di seluruh internet. Artinya, X bisa jadi mencoba berbeda dari platform lain tapi membuat citranya tidak lebih baik.

Pemerintah Indonesia sendiri sempat mengancam akan memblokir X akibat aturan baru konten dewasa ini. Namun belakangan, Kemenkominfo membatalkan ancaman tersebut usai meminta penjelasan dan memperingatkan pihak X untuk tidak mengizinkan masuknya konten pornografi. Pemerintah memilih memakai mekanisme take down dan firewall untuk menangani konten pornografi yang terdistribusi di media sosial X.

Artinya, konten yang dinilai melanggar akan dihapus, sekaligus merancang sistem untuk mencegah akses ataupun konten yang tidak diinginkan dari atau ke dalam suatu jaringan internal, termasuk media sosial.

Di sisi lain, menormalisasi konten dewasa di X bisa turut memperburuk standar etika dan membuat pengguna terbiasa dengan konten-konten yang cenderung merugikan. Paparan terus-menerus terhadap konten eksplisit bisa menyebabkan penurunan empati dan rasa iba, membuat kita lebih mudah untuk mengabaikan atau menyepelekan dampak negatif dari pornografi dan bentuk eksploitasi lainnya. Tak hanya itu, anak-anak yang terpapar pornografi bisa kehilangan daya ingat dan konsentrasi akibat rangsangan berlebihan pada otak yang mengganggu gangguan fungsinya. Kemampuan untuk fokus dalam jangka panjang pun jadi berkurang.

Anda sendiri apakah sepakat dengan adanya bahaya konten dewasa di media sosial?

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Huruf M Pada Logo McD, Marathon, dan M&M's Merupakan Simbol Illuminati?

Sebuah video beredar di Instagram [arsip] yang disertai narasi bahwa huruf M yang dicetak besar dalam brand McD (McDonald’s), Marathon, dan M&M’s, adalah simbol perkumpulan rahasia Illuminati. Video itu memperlihatkan seorang pria berkaus biru dan berkacamata hitam, tengah menjelaskan pendapatnya bahwa huruf M dalam tiga produk  tersebut berkaitan sebagai simbol kelompok Illuminati. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

| Hasil Pemeriksaan Fakta

Tempo menggunakan layanan reverse image search dari mesin pencari untuk memverifikasi pria dalam video yang beredar dan foto-foto yang disertakan. Ditemukan sejumlah sumber informasi terkonfirmasi terkait konten-konten tersebut.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Video Menkes Budi Gunadi Membahas Lockdown Terkait 'Great Reset'?

Sebuah konten beredar di Instagram [arsip] dan Facebook pada akun ini dan ini, yang diklaim Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut tentang lockdown dan sertifikasi digital untuk vaksinasi. Konten itu berisi video yang memperlihatkan Budi berbicara dalam bahasa Inggris di sebuah forum. Dalam teks yang menerjemahkan pernyataan Budi tersebut, tertulis bahwa lockdown saat pandemi berkaitan dengan tata ulang dunia (great reset).

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

WhatsApp Channel

Facebook

Twitter

Instagram 

Telegram

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CekFakta #283 Dua Wajah Rusia, Berpura-pura Pro-Palestina

7 hari lalu

Ilustrasi bendera Rusia - Amerika Serikat. Sumber: REUTERS/Maxim Shemetov
CekFakta #283 Dua Wajah Rusia, Berpura-pura Pro-Palestina

Dua Wajah Rusia, Berpura-pura Pro-Palestina


CekFakta #282 Hati-Hati, Penipuan Online Modus "Penjagalan Babi" Menggunakan Deepfake

14 hari lalu

Deepfake AI. Foto: Canva
CekFakta #282 Hati-Hati, Penipuan Online Modus "Penjagalan Babi" Menggunakan Deepfake

Hati-Hati, Penipuan Online Modus "Penjagalan Babi" Menggunakan Deepfake


CekFakta #281 Siasat Industri Gim Menghadapi Skandal

21 hari lalu

Industri gim di Indonesia memiliki perkembangan signifikan setiap tahun nya. Ketahui informasi lebih lengkap tentang industri gim dan peluangnya. Foto: Canva
CekFakta #281 Siasat Industri Gim Menghadapi Skandal

Siasat Industri Gim Menghadapi Skandal Seksisme dan Sensor Pemerintah Cina


CekFakta #280 Kacamata Pintar, Inovasi Teknologi yang Rawan Langgar Privasi

28 hari lalu

kacamata pintar Ray-Ban Meta (Dok. Web Meta)
CekFakta #280 Kacamata Pintar, Inovasi Teknologi yang Rawan Langgar Privasi

Kacamata Pintar, Inovasi Teknologi yang Rawan Langgar Privasi


CekFakta #279 Mengenal "Halusinasi" AI Generatif

35 hari lalu

Ilustrasi Kecerdasan Buatan (Yandex)
CekFakta #279 Mengenal "Halusinasi" AI Generatif

Mengenal "Halusinasi" AI Generatif, Ketika Kecerdasan Buatan 'Gagal Paham'


CekFakta #278 Belajar dari Kencangnya Ujaran Kebencian terhadap Perempuan dan Minoritas di Pilpres 2024

42 hari lalu

Ilustrasi Ujaran Kebencian. shutterstock.com
CekFakta #278 Belajar dari Kencangnya Ujaran Kebencian terhadap Perempuan dan Minoritas di Pilpres 2024

Belajar dari Kencangnya Ujaran Kebencian terhadap Perempuan dan Minoritas di Pilpres 2024


Bisa Diidentifikasi, Ini 5 Eror pada Gambar atau Foto Palsu Bangkitan AI

49 hari lalu

Paus Francis dari Midjourney yang menggunakan AI. Foto : Midjourney
Bisa Diidentifikasi, Ini 5 Eror pada Gambar atau Foto Palsu Bangkitan AI

Sebuah studi oleh Google menemukan lonjakan pesat proporsi gambar-gambar bangkitan AI dalam klaim-klaim cek-fakta hoax sejak awal 2023 lalu.


CekFakta #277 Mewaspadai Bahaya AI di Tangan Ekstremis dan Teroris

49 hari lalu

Ilustrasi kecerdasan buatan atau AI. Dok. Shutterstock
CekFakta #277 Mewaspadai Bahaya AI di Tangan Ekstremis dan Teroris

Mewaspadai Bahaya AI di Tangan Ekstremis dan Teroris


CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

56 hari lalu

Ilustrasi judi online. Pixlr Ai
CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

Sampai sekarang, masih ada 44 WNI yang terjebak di wilayah konflik perbatasan Myanmar dan Thailand.


Memahami Perseteruan Elon Musk dan Hakim Agung Brasil

1 September 2024

Elon Musk
Memahami Perseteruan Elon Musk dan Hakim Agung Brasil

X milik Elon Musk akhirnya diblokir di Brasil membuat sekitar 40 juta penggunanya harus keluar dari platform tersebut.