Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Apakah Anda pengguna X yang dulu bernama Twitter? Sudahkah Anda mendengar kabar bahwa X menerapkan peraturan baru yang mengizinkan konten dewasa (adult content) di platform-nya, sebagai bagian dari kebebasan berekspresi? Meski menuai kecaman, perubahan peraturan ini mungkin menjadi sinyal bahwa media sosial cenderung berlomba-lomba menjadikan atensi kita sebagai ladang cuan.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
Ancaman Konten Dewasa di Platform X bagi Generasi
Jika Anda amati, perubahan peraturan X yang mengizinkan konten dewasa sudah menghebohkan warganet sejak pertengahan tahun. Pemilik X, Elon Musk, berdalih bahwa konten pornografi di platformnya tetap akan diblokir agar tidak dilihat oleh pengguna yang berusia di bawah 18 tahun atau yang tidak memilih untuk melihatnya. Ini memicu memicu perdebatan sengit, terutama karena kekhawatiran akan potensi dampak negatif bagi masyarakat.
Secara historis, X yang sebelumnya bernama Twitter, tidak mencegah orang mem-posting konten dewasa di platform tersebut. Pekerja seks yang menggunakan layanan berlangganan seperti OnlyFans sudah lama menggunakan X untuk mempromosikan diri mereka selama bertahun-tahun.
Namun dengan adanya peraturan baru ini, para pengkritik memperingatkan soal peningkatan paparan konten pornografi pada anak di bawah umur. Penelitian Komisioner Anak di Inggris tahun 2023 menunjukkan bahwa remaja sudah lebih sering terpapar materi pornografi di X dibandingkan situs dewasa khusus. Normalisasi konten dewasa di platform bisa memperparah situasi ini yang mungkin mendorong paparan pornografi lebih dini di kalangan remaja. Kelak, dapat berdampak negatif seperti pandangan yang keliru tentang hubungan dan peningkatan risiko eksploitasi seksual.
Peraturan konten baru ini juga memiliki implikasi terhadap lanskap periklanan online secara keseluruhan. Keputusan untuk mengizinkan konten dewasa bisa membuat pengiklan yang ragu terhadap materi kontroversial atau ofensif semakin menjauh. Sebenarnya, kepergian pengiklan ini dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan bagi X. Kerugian itu bisa menghambat investasinya dalam moderasi konten dan perlindungan pengguna. Apalagi X menyatakan konten dewasa atau seksual toh juga tidak bisa dimonetisasi.
Namun peraturan ini bisa menciptakan preseden yang berbahaya bagi platform media sosial lainnya. Hal itu mungkin mendorong mereka untuk lebih mengutamakan keterlibatan dan keuntungan daripada pertimbangan etika, sehingga dapat memperburuk standar konten di seluruh internet. Artinya, X bisa jadi mencoba berbeda dari platform lain tapi membuat citranya tidak lebih baik.
Pemerintah Indonesia sendiri sempat mengancam akan memblokir X akibat aturan baru konten dewasa ini. Namun belakangan, Kemenkominfo membatalkan ancaman tersebut usai meminta penjelasan dan memperingatkan pihak X untuk tidak mengizinkan masuknya konten pornografi. Pemerintah memilih memakai mekanisme take down dan firewall untuk menangani konten pornografi yang terdistribusi di media sosial X.
Artinya, konten yang dinilai melanggar akan dihapus, sekaligus merancang sistem untuk mencegah akses ataupun konten yang tidak diinginkan dari atau ke dalam suatu jaringan internal, termasuk media sosial.
Di sisi lain, menormalisasi konten dewasa di X bisa turut memperburuk standar etika dan membuat pengguna terbiasa dengan konten-konten yang cenderung merugikan. Paparan terus-menerus terhadap konten eksplisit bisa menyebabkan penurunan empati dan rasa iba, membuat kita lebih mudah untuk mengabaikan atau menyepelekan dampak negatif dari pornografi dan bentuk eksploitasi lainnya. Tak hanya itu, anak-anak yang terpapar pornografi bisa kehilangan daya ingat dan konsentrasi akibat rangsangan berlebihan pada otak yang mengganggu gangguan fungsinya. Kemampuan untuk fokus dalam jangka panjang pun jadi berkurang.
Anda sendiri apakah sepakat dengan adanya bahaya konten dewasa di media sosial?
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Huruf M Pada Logo McD, Marathon, dan M&M's Merupakan Simbol Illuminati?
Sebuah video beredar di Instagram [arsip] yang disertai narasi bahwa huruf M yang dicetak besar dalam brand McD (McDonald’s), Marathon, dan M&M’s, adalah simbol perkumpulan rahasia Illuminati. Video itu memperlihatkan seorang pria berkaus biru dan berkacamata hitam, tengah menjelaskan pendapatnya bahwa huruf M dalam tiga produk tersebut berkaitan sebagai simbol kelompok Illuminati.
| Hasil Pemeriksaan Fakta
Tempo menggunakan layanan reverse image search dari mesin pencari untuk memverifikasi pria dalam video yang beredar dan foto-foto yang disertakan. Ditemukan sejumlah sumber informasi terkonfirmasi terkait konten-konten tersebut.
Waktunya Trivia!
Benarkah Video Menkes Budi Gunadi Membahas Lockdown Terkait 'Great Reset'?
Sebuah konten beredar di Instagram [arsip] dan Facebook pada akun ini dan ini, yang diklaim Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut tentang lockdown dan sertifikasi digital untuk vaksinasi. Konten itu berisi video yang memperlihatkan Budi berbicara dalam bahasa Inggris di sebuah forum. Dalam teks yang menerjemahkan pernyataan Budi tersebut, tertulis bahwa lockdown saat pandemi berkaitan dengan tata ulang dunia (great reset).
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Video yang Memperlihatkan Penghinaan Al Quran di Tempat Hiburan Malam Arab Saudi?
- Benarkah Mata Uang BRICS Resmi Menggantikan Dolar AS?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: