Halo pembaca,
Kecintaan umat Muslim pada Nabi Muhammad membuat popularitas keturunannya tak pernah surut. Ada yang percaya bahwa keturunan Rasul itu melekat pada mereka yang memiliki gelar habib. Setelah peristiwa Karbala pada 680, keturunan Nabi menyebar ke Madinah lalu menetap di Yaman pada 929.
Dari Hadramaut, Yaman, itu keturunan-keturunan Nabi menyebar ke banyak negara lain. Kedatangan kaum Hadrami ke Indonesia dimulai pada 1176. Lonjakan para pedagang Yaman ke Indonesia terjadi pada abad 19. Karena itu, pada 1928, berdiri Rabithah Alawiyah, organisasi yang hendak menjaga kemurnian garis keturunan Nabi Muhammad dari putrinya, Fatimah Az-Zahro, yang menikah dengan Ali.
Ada saja yang memanfaatkan kepercayaan yang berkembang di kalangan umat Islam itu. Ada seorang yang memalsukan logo Rabithah Alawiyah untuk “menjual” gelar habib kepada mereka yang memintanya. Karena dijual ada tarifnya. Belakangan, pengurus Rabithah mengumumkan para habib palsu dan melaporkan penjual gelar habib ini ke polisi.
Rabithah Alawiyah memang menerima penerbitan buku nasab kepada mereka yang mengklaim memiliki garis keturunan Nabi Muhammad. Kini ada 200-300 pemohon nasab yang ada di Rabithah Alawiyah. Hingga 2024, ahlul bait yang tercatat lebih dari 100 ribu orang.
Tujuan mereka mencatatkan silsilah keluarga dalam buku nasab bermacam-macam: keperluan menikah hingga menjaga garis keturunan. Namun, berbeda dari yang terlihat di publik, banyak penyandang marga yang dipercaya berhubungan dengan Nabi Muhammad yang enggan diketahui bergelar habib. Sebagian besar malah risih jika ada yang tahu mereka ahlul bait.
Menurut catatan Rabithah Alawiyah setidaknya ada 68 marga habib yang ada di Indonesia. Yang terbesar adalah Al-Attas, lalu Al-Haddad, Assegaf, Allaydrus, Al-Habsyi, Al-Baidi. Namun, nasab itu goyah setelah Imaduddin Utsman Al Bantanie membuat penelitian yang menyimpulkan nasab Nabi Muhammad terputus pada keturunan ke-10.
Dari kitab-kitab rujukannya, Imaduddin menyimpulkan tak ada nama Ubaidillah yang menjadi leluhur Bani Alawi—marga Hadrami yang datang ke Indonesia. Ubaid adalah anak Ahmad bin Isa, keturunan ke-10 Rasulullah itu. Karuan saja kesimpulan ini segera memicu kontroversi. Rabithah Alawiyah menolak kesimpulan itu dengan menyebut Imaduddin hanya merujuk kitab-kitab modern.
Perdebatan kedua kubu berlangsung seru. Kami menyajikan ulasan para habib dan garis keturunan Nabi di Indonesia berikut kontroversi dan upaya melacak garis keturunan Muhammad di sini dalam edisi khusus Lebaran pekan ini. Anda bisa membacanya di edisi cetak yang sudah terbit pada Kamis pekan lalu.
Selamat membaca,
Bagja Hidayat
Wakil Pemimpin Redaksi
Baca Selengkapnya di Majalah Tempo:
- Para Pemuja Habib dan Sayid di Nusantara
- Ngalap Berkah Habib Sejak Zaman Belanda
- Dijual: Gelar Habib Rp 4 Juta
- Garis Keturunan Nabi Muhammad di Indonesia
- Apa Itu Rabithah Alawiyah? Organisasi Pencatat Keturunan Nabi Muhammad
- Cara Mendapatkan Buku Nasab Habib Lewat Rabithah Alawiyah
- Benarkah Nasab Habib Keturunan Nabi Muhammad Terputus?
- Usaha Mencari Nasab Sunan Gunung Jati Hingga Nabi Muhammad
- Bagaimana Rabithah Alawiyah Melacak Keturunan Nabi Muhammad
- Dari Bangsa Manakah Kaum Hadrami?