Halo pembaca,
Teman dekat saling mengingatkan dalam kebaikan, bukan bersekongkol dalam keburukan. Barangkali pepatah klasik ini cocok untuk diingatkan kembali kepada Pratikno, Menteri Sekretaris Negara. Ia mantan Rektor Universitas Gadjah Mada, ahli politik, guru besar ilmu politik. Tentu ia tahu hasrat melanggengkan kekuasaan tak boleh ada dalam demokrasi.
Karena itu, sebagai teman dekat, Pratikno seharusnya mengingatkan Presiden Joko Widodo ketika ia bernafsu menjadikan anaknya sebagai penerus kekuasaan. Pratikno mestinya mengingatkan bahwa Jokowi akan mengakhiri kekuasaan presidennya dengan buruk jika merekayasa hukum agar anaknya bisa menjadi calon wakil presiden.
Nyatanya, bukannya mengingatkan, Pratikno malah menjadi operator memuluskan hasrat berkuasa Jokowi. Dari seorang teman, Pratikno menjelma jadi pelayan. Dari seorang rektor, menjadi sekadar operator. Dari ahli politik yang paham norma dan etika, menjadi memakai politik untuk bermanuver melanggengkan kekuasaan.
Kata orang kekuasaan itu candu. Agaknya, kita bisa melihat candu itu telah merasuk dalam diri Jokowi dan Pratikno. Mereka mabuk kekuasaan yang mereka nikmati selama hampir sepuluh tahun. Menjadi raja, menjadi pemimpin itu memang harus orang terpilih. Terpilih secara pengetahuan, secara mental, secara spiritual. Mereka yang tak siap akan seperti pepatah Jawa, kere munggah bale.
Jokowi dan Pratikno pasti paham semua itu. Sebagai guru besar politik, Pratikno paham betul apa itu Politik dengan “P” besar. Kata Otto von Bismarck, politik itu bukan ilmu eksak, tapi seni. Tentu saja seni di sana untuk memperjuangkan kepentingan publik. Begitu ia berkaitan dengan publik, orang banyak, ia terikat pada nilai-nilai: demokrasi, keadilan sosial, norma hukum. Politik tak semata mengakomodasi kepentingan sesaat, tapi kepentingan jangka panjang dan orang banyak.
Ceramah ini akan terus. Pratikno juga pasti sudah paham. Yang dia tidak paham: politik tanpa nilai akan menelanjangi integritas. Jadi di sanalah ia: seorang ilmuan politik, yang paham etika politik, sedang menjadi pelayan kekuasaan tanpa reserve.
Di luar soal-soal politik yang makin tak menentu dan bernilai, kami menyajikan edisi khusus film Indonesia. Seperti tradisi tahun-tahun lewat, kami memilih film Indonesia yang bernilai secara sinematografi, cerita, dan akting. Film Indonesia tak kalah bagus dibanding film negara lain yang sudah maju. Cerita sosial kita kaya. Suatu saat sutradara film kita mesti menyelami duet Jokowi dan Pratikno dalam melanggengkan kekuasaan.
Aduh, kok, kembali lagi. Selamat membaca.
Bagja Hidayat
Wakil Pemimpin Redaksi
Benarkah Pratikno Jadi Operator Politik Jokowi?
Pratikno menjadi operator politik Jokowi untuk melanggengkan kekuasaan. Namanya juga disebut dalam korupsi BTS.
Bagaimana Pratikno Menjadi Operator Politik Jokowi
Pratikno terlibat berbagai manuver politik Jokowi. Melobi hakim konstitusi memuluskan jalan politik Gibran Rakabuming Raka. Apa saja sepak terjangnya?
Menteriku di Kampus Biru
Pratikno membantu pemenangan Jokowi sebagai Wali Kota Solo pada 2005. Bagaimana pengaruhnya di UGM meski tak jadi rektor lagi?
Mitra Besar Bekas Rektor
Pratikno diduga mendirikan yayasan untuk menampung duit CSR. Menghimpun berbagai tokoh dan pengusaha besar.
Pratikno: Kedekatan Saya dengan Presiden Profesional
Di Balik Pelonggaran Impor Batik. Pesanan Siapa?
Aturan baru memperlebar peluang impor batik. Mekanisme impor diperlonggar dengan alasan keperluan lembaga negara.
Tambang Terlarang Tol Yogyakarta
Proyek jalan tol Yogyakarta-Bawen diduga menggunakan tanah uruk ilegal. Dari mana asalnya?