TEMPO.CO, Jakarta - Ende jadi tempat spesial bagi Bung Karno. Ia tinggal di kabupaten di Pulau Flores selatan ini selama empat tahun, 19434-1938. Ia diasingkan oleh pemerintah kolonial Belanda karena aktivitas politiknya. Di sini, Bung Karno menggali nilai-nilai Pancasila.
Karena itu pada bekas rumah pembuangannya, kini menjadi Taman Renungan Bung Karno. Di sini ia berinteraksi dengan sejumlah biarawan di Biara Santo Yosef. Ia berbincang dan bertukar pikiran, terutama dengan dua rohaniwan asal Belanda di biara itu.
Hampir setiap hari, Bung Karno membaca buku, majalah, atau surat kabar koleksi perpustakaan biara milik anggota Serikat Sabda Allah/Societas Verbi Divini (SVD) di Ende. Sukarno juga mendirikan perkumpulan sandiwara. Ia menjadi penulis naskah dan sutradara teater. Setidaknya, dia mementaskan 12 lakon drama karyanya.
Kami menyajikan kisah jejak Bung Karno selama masa pembuangan di Ende, 1934-1938, tersebut dalam rubrik Selingan. Ada juga kisah perlawanan massa keturunan Tionghoa terhadap Orde Baru di Gunung Bara, hutan pedalaman Kalimantan Barat, pada sekitar 1967.
Selamat membaca.
Nurdin Kalim
Redaktur Utama
SELINGAN
Bung Karno dan Ilham Pancasila
Sukarno menggali butir-butir sila Pancasila di sebuah taman yang di Ende yang kini menjadi Taman Renungan Bung Karno. Dari mana Bung Karno mendapatkan ilham?
Pergulatan Intelektual Sukarno
Perlawanan Lewat Tonil
Selama masa pengasingan di Ende, ia mementaskan belasan lakon karyanya. Ia menulis naskahnya.
BUKU
Kesaksian dari Gunung Bara
Pernah dengar Gunung Bara? Ada buku yang mengulas gunung di Kalimantan Barat yang menyimpan kisah perlawanan massa keturunan Tionghoa terhadap Orde Baru pada 1967.
SINEMA
Top Gun Setelah 36 Tahun
Film Top Gun yang populer pada 1986. Sekuelnya dibikin sekarang.
BAHASA
Tentang Pigura
CATATAN PINGGIR
Beur