CekFakta #264 Tipu Daya Industri Rokok: Memproduksi Hoaks untuk Mengelabui Masyarakat
Reporter
Artika Rachmi Farmita (Kontributor)
Editor
Inge Klara Safitri
Jumat, 14 Juni 2024 20:53 WIB
Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Disinformasi tak hanya beredar dalam bentuk saling menjatuhkan antar lawan politik saat Pemilu atau penipuan berkedok artis bagi-bagi uang. Informasi palsu juga diembuskan oleh industri rokok untuk mengeruk untung dari ketidaktahuan masyarakat atas bahaya rokok yang sesungguhnya. Memperdaya dari sisi kesehatan maupun politik regulasinya.
Manipulasi informasi ini bagai senjata dengan beraneka racun; menjauhkan perokok aktif agar makin kuat keyakinannya dan tetap merokok, melemahkan keyakinan yang tidak merokok bahwa merokok membawa manfaat kesehatan, hingga mengelabui masyarakat dengan narasi industri rokok menolong ekonomi negara. Namun, motif apa yang sesungguhnya berada di balik itu?
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
Tipu Daya Industri Rokok: Memproduksi Hoaks untuk Mengelabui Masyarakat
Di era media sosial, disinformasi atau hoaks kini mengepung kita dari segala arah. Strategi inilah yang dimanfaatkan industri rokok untuk menebar jala disinformasi dengan berbagai narasi demi menutupi fakta bahwa rokok benar-benar berbahaya bagi kesehatan. Termasuk berpotensi mempengaruhi opini publik dan pengambil kebijakan demi melindungi industri rokok.
Berdasarkan bank data disinformasi Komnas Pengendalian Tembakau bersama Masyarakat Anti fitnah Indonesia (Mafindo), terkumpul 100 disinformasi terkait produk tembakau dan industrinya yang tersebar di media sosial. Hoaks pendukung rokok ini kemudian dianalisis kelompok isu dan asal-usulnya. Dari situ terbukti ada upaya industri dan afiliasinya yang secara aktif memproduksi dan mendorong beredarnya disinformasi maupun misinformasi tentang produk tembakau.
Anggota Pengurus Komnas Pengendalian Tembakau, Tari Menayang mengatakan, selama ini masyarakat Indonesia dibohongi dengan rentetan narasi tentang industri tembakau sebagai pengusaha yang dermawan yang selama bertahun-tahun menopang ekonomi rakyat, berkontribusi luar biasa ke pembangunan lewat cukai dan pajak, banyak menyumbang kegiatan sosial, bahkan menjadi penjaga budaya Indonesia.
“Narasi-narasi yang kemudian tersebar luas di media sosial ini harus diluruskan karena berdampak pada pandangan masyarakat terhadap produk zat adiktif dan industrinya, dan bahkan berpotensi menggiring opini para pejabat yang kemudian ragu-ragu membuat kebijakan pengaturannya,” ujarnya dalam diseminasi “Disinformasi Produk Tembakau di Media Sosial Berpotensi Menggiring Opini dan Mempengaruhi Kebijakan” secara daring, Rabu, 12 Juni 2024.
Peneliti dari Pusat Kajian Jaminan Sosial (PKJS) UI, Risky Kusuma Hartono, Ph.D, menerangkan bahwa disinformasi mendorong orang untuk merokok, tetap merokok, dan menunda berhenti merokok. “Memang ada akun-akun sosmed penyebar misinformasi ini berasal dari perseorangan, yang mungkin bisa jadi mereka korban ketidaktahuan,” ujarnya.
Contoh narasi-narasi menyesatkan yang diproduksi para pendukung rokok dan industri rokok ini beragam. Dari aspek kesehatan, mereka menyebarkan hoaks seperti di antaranya: rokok tidak menyebabkan kecanduan bahkan membuat rileks (padahal efek rileks tersebut adalah tanda kecanduan) dan atau rokok elektrik tidak berbahaya (padahal berbahaya).
Hoaks juga menyasar aspek ekonomi. Narasi disinformasi yang paling kencang didengungkan adalah industri rokok menyumbang besar bagi pendapatan negara dan pengendalian tembakau justru memiskinkan petani. “Padahal konsumen sendiri yang membayar cukai, bukan industri. Dan yang memiskinkan negara adalah rokok. Setiap 1% kenaikan belanja rokok meningkatkan 6% kemiskinan,” ujar Risky.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Minum Air Dingin Sebelum Mandi Mengurangi Risiko Stroke?
Sebuah video beredar di Facebook berisi klaim bahwa minum air dingin sebelum mandi air dapat mengurangi risiko stroke. Konten tersebut menyebut bahwa kematian di dalam kamar mandi dipicu karena langsung mengguyur air dingin di kepala.
| Hasil Pemeriksaan fakta
Dikutip dari pemeriksa fakta AAP, Juru bicara Royal Australian College of General Practitioners (RACGP) Dr Mark Morgan, narasi minum air dingin sebelum mandi bisa mengurangi risiko stroke adalah klaim keliru. RACGP adalah organisasi dokter umum perkotaan dan perdesaan di Australia.
Waktunya Trivia!
Benarkah Benarkah Lingkaran Merah pada Gas Elpiji sebagaio Penanda Ledakan??
Sebuah konten beredar di media sosial dengan klaim lingkaran merah pada tabung gas elpiji diklaim sebagai penanda bahwa tabung gas tersebut rawan meledak. Klaim tersebut beredar disertai sebuah foto yang memperlihatkan tabung gas dengan lingkaran merah, serta narasi: “Mungkin kita mengira lingkaran merah yang terdapat di tengah tabung lpg itu hanya variasi warna saja. jika dugaan seperti itu salah besar.!!! lingkaran merah itu memiliki fungsi yang penting.. yaitu sebagai tanda untuk rambu2 menandakan gawat darurat (l3d4k4n),” bunyi klaim pada foto tersebut.
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial didominasi oleh klaim soal kesehatan dan pengobatan alternatif. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Biji Pepaya Sembuhkan Asam Lambung, Diabetes, Asam Urat, Wasir, dan Infeksi Saluran Pencernaan?
- Benarkah Pijat Jari Tangan untuk Sembuhkan Stroke dan Penyumbatan Pembuluh Darah?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: