Di Balik Berita Palsu yang Bertebaran

Jumat, 26 Mei 2023 18:39 WIB

Ilustrasi fake news. shutterstock.com

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Fake news atau berita palsu adalah satu dari ragam gangguan informasi, yang penyebutannya sering disederhanakan menjadi hoaks. Berita palsu dipolitisasi, seiring masifnya cara-cara manipulasi politik demi tujuan propaganda. Sementara teknologi berubah dengan cepat, sehingga dituding sebagai ancaman baru bagi masyarakat demokratis.

Apakah berita palsu berakar dari memburuknya demokrasi? Atau, justru gejala dari masalah utama yang lebih besar?

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Advertising
Advertising

Prebunking Series (26)
Kabar Palsu Bertebaran, Akarnya Masalah Demokrasi?

Dalam disertasi S3 terbarunya, Johan Farkas dari Universitas Malmö, Swedia, meneliti bagaimana jurnalis dan aktor politik berpendapat soal fake news atau berita palsu. Selain menganalisis perbedaan cara pandangnya, Farkas juga meneliti bagaimana masing-masing pihak mencoba mengatasinya.

Dalam penelitiannya, Farkas menggambarkan bagaimana berita palsu telah menjadi 'penanda mengambang' (floating signifier) dalam perjuangan politik. Ia menjadi sebuah konsep dengan makna yang saling bertentangan dan dimobilisasi oleh kubu yang berlawanan dalam berita maupun debat publik di Pemilu Amerika Serikat maupun Denmark.

Misalnya, beberapa suara berpendapat bahwa berita palsu adalah musuh eksternal, yang membutuhkan jurnalisme "baik" untuk melindungi masyarakat. Namun, pihak lain meyakini bahwa disinformasi adalah produk dari penurunan standar dalam profesi jurnalistik.

Alhasil, berita palsu disebut sebagai jalinan pertentangan pandangan, terutama di antara aktor politik yang mendefinisikan berita palsu dengan cara yang berlawanan. Contohnya Donald Trump, yang mendefinisikan fake news dengan sangat berbeda dari sekitarnya. Inilah yang memunculkan kontroversi, sebab berita palsu digunakan untuk melegitimasi beberapa proyek politik dan mendelegitimasi yang lain.

Farkas menilai, hal ini menunjukkan masalah yang lebih mendalam mengenai jurnalisme dan demokrasi saat ini. Jurnalisme, sebagai ‘penjaga gerbang pengetahuan tradisional’ dan ‘pengungkap kebenaran’ menjadi semakin tidak stabil.

Begitu pula dengan munculnya bentuk-bentuk baru misinformasi dan perdebatan tentang arti berita 'palsu' dan 'nyata' adalah tanda-tanda sesuatu yang lebih besar. Hal ini terkait erat dengan masalah lama di banyak negara demokrasi, yakni meningkatnya ketidaksetaraan, meningkatnya sikap apatis politik, dan berkurangnya partisipasi dalam pemilu.

Makanya, Farkas mengkritik pihak-pihak yang menyebut bahwa kabar palsu adalah masalah utama demokrasi. Serta kritik yang lebih tajam bagi pihak yang menyodorkan solusi agar kembali ke gaya lama, disertai penyensoran atau pengawasan. “Bagaimana kita dapat memperkuat demokrasi tanpa menutup pintu bagi pendapat yang tidak ingin kita dengar?” kata Farkas.

Ditambah lagi dalam konteks media digital, penyedia konten menghasilkan pendapatan iklan berdasarkan jumlah pembaca, pendengar, atau penonton yang mereka miliki. Cuan alias insentif ekonomi untuk produksi konten digital ini jadi pendorong utama berkembangnya berita palsu.

Profesor Komunikasi, Zizi Papacharissi menyodorkan teori: "kontroversi menghasilkan peringkat, dan sayangnya kontroversi dihasilkan seputar fakta vs. pertempuran propaganda." Berdasarkan teori ini, informasi palsu pasti menyuburkan kontroversi dan kontroversi menyuburkan pemilik modal.

Berita palsu adalah tanda bahwa perpecahan dalam masyarakat semakin meningkat, dan banyak orang merasa jauh dari keputusan politik. Untuk memperbaikinya, tentu diperlukan lebih dari sekadar jargon menyatakan perang melawan kepalsuan.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Indonesia Sudah Dikuasai Komunis?

Sebuah video yang bersumber dari Tiktok beredar ke WhatsApp dan Facebook dengan klaim bahwa Indonesia telah dikuasai komunis dan rezim komunis itu mempersulit umat Islam. Sejumlah polisi di sebuah gerbang dengan tembok bercat putih ditampilkan dalam video tersebut.

| Hasil Pemeriksaan fakta

Isi video yang beredar tersebut adalah pengamanan saat aksi tabligh akbar Presidium Alumni atau PA 212 di Solo, 13 Januari 2019. Polisi menurunkan personilnya untuk memperketat keamanan.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Perdana Menteri Israel Ariel Sharon Masih Hidup dalam Kondisi Koma?

Sebuah video dengan klaim Perdana Menteri Israel Ariel Sharon dalam kondisi koma, beredar di aplikasi perpesanan WhatsApp. Video berdurasi 1 menit tersebut memperlihatkan seseorang terbaring dengan sebagian kepala diperban.

Video juga menunjukkan kondisi mata kirinya yang dipenuhi belatung setelah perban yang menutupinya dibuka. Orang yang membuka perban lalu membersihkan wajahnya dari belatung-belatung tersebut. Keterangan yang disertakan mengatakan video itu menunjukkan saat ini kondisi Ariel Sharon yang koma selama delapan tahun, mengalami kebusukan di sebagian tubuhnya hingga dihinggapi belatung.

| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Berita terkait

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

8 jam lalu

AJI Gelar Indonesia Fact Checking Summit dan Press Freedom Conference

AJI menilai kedua acara ini jadi momentum awal bagi jurnalis di Indonesia dan regional untuk mempererat solidaritas.

Baca Selengkapnya

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

5 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.

Baca Selengkapnya

CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

12 hari lalu

CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

Menelisik Motivasi di Balik Akun Medsos Penyebar Hoaks Melalui Transparansi Halaman

Baca Selengkapnya

CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

19 hari lalu

CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

Baca Selengkapnya

CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

26 hari lalu

CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

Baca Selengkapnya

CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

33 hari lalu

CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

Baca Selengkapnya

CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

40 hari lalu

CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

TikTok disorot sebagai sarang penyebaran misinformasi maupun disinformasi.

Baca Selengkapnya

Dituduh Bikin Sepatu Bergambar Bendera Israel, Ini Kata Nike

47 hari lalu

Dituduh Bikin Sepatu Bergambar Bendera Israel, Ini Kata Nike

Sebuah video memperlihatkan sepasang sepatu Nike bergambar bendera Israel menjadi viral disertai seruan untuk memboikot produsen alat olahraga itu.

Baca Selengkapnya

CekFakta #251 Yang Harus Diteliti Pada Website Saat Mencari Kebenaran Informasi

47 hari lalu

CekFakta #251 Yang Harus Diteliti Pada Website Saat Mencari Kebenaran Informasi

Yang Harus Diteliti Pada Website Saat Mencari Kebenaran Informasi

Baca Selengkapnya

Cekfakta #250 Ujaran Kebencian Menyangkut SARA Meningkat Selama Pemilu 2024

53 hari lalu

Cekfakta #250 Ujaran Kebencian Menyangkut SARA Meningkat Selama Pemilu 2024

Ujaran kebencian ini meningkat ketika hari pemungutan suara. Bahkan hoaks berbau etnis kembali mewarnai, mendaur ulang pola kebohongan.

Baca Selengkapnya