CekFakta #177 Membedakan Antara Konspirasi Nyata dan Teori Konspirasi

Senin, 10 Oktober 2022 13:45 WIB

Ada tujuh ciri pemikiran teori konspirasi yang bisa Anda deteksi. Tujuh ciri ini disingkat dengan akronim CONSPIR

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Banyak hoaks atau misinformasi yang kita dapatkan memuat narasi seputar teori konspirasi. Ketika teori konspirasi menyebar, tak sedikit masyarakat yang menerimanya begitu saja sebagai kebenaran tanpa memeriksa atau memverifikasi dengan sumber yang kredibel.

Teori konspirasi menyimpan bahaya terselubung karena dapat merusak masyarakat dalam banyak hal. Seperti membuat orang enggan divaksin, tidak mau mengurangi jejak emisi karbon, dan banyak lagi.

Lalu, pernahkah Anda mengetahui perbedaan antara konspirasi dan teori konspirasi? Untuk meminimalkan efek berbahaya ini, kami mengajak Anda memahami mengapa teori konspirasi begitu populer dan bagaimana cara mengidentifikasi ciri-ciri pemikiran teori konspirasi. Penjelasan mengenai teori ini disadur dari The Conspiracy Theory Handbook yang disusun oleh Stephan Lewandowsky, peneliti dari School of Psychological Science, University of Bristol dan John Cook dari Pusat Komunikasi Perubahan Iklim, Universitas George Mason.

Dalam nawala ini pula, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap berbagai klaim tadi di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini, aneka klaim yang beredar memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan.

Advertising
Advertising

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Membedakan Antara Konspirasi Nyata dan Teori Konspirasi

Menurut KBBI, konspirasi adalah komplotan; persekongkolan. Konspirasi (sungguhan) memang nyata dan bisa terjadi.

Sebut saja skandal Dieselgate oleh Volkswagen yang terungkap pada tahun 2015. Produsen mobil ternama asal Jerman ini bersekongkol untuk menipu tes emisi untuk mesin diesel mereka. Contoh lain, Badan Keamanan Nasional AS (U.S. National Security Agency) diam-diam memata-matai pengguna internet sipil pada tahun 2014. Industri tembakau menipu masyarakat tentang efek kesehatan yang berbahaya dari merokok sejak tahun 1980-an.

Kasus-kasus di atas merupakan bentuk konspirasi. Kita bisa mengetahui konspirasi-konspirasi tersebut melalui bukti-bukti nyata; dokumen internal industri, investigasi pemerintah, liputan investigasi media, atau pelapor.

Sebaliknya, teori konspirasi, cenderung bercokol dalam waktu yang lama, bahkan ketika sudah tidak ada lagi bukti yang meyakinkan. Teori konspirasi dibangun atas berbagai pola pikir yang tidak bisa diandalkan untuk menelusuri suatu kenyataan. Alhasil, teori konspirasi biasanya tidak didukung oleh bukti-bukti konkret.

Misalnya, ada banyak orang yang percaya bahwa serangan teroris 9/11 adalah “ulah orang dalam”. Pemikiran ini bertahan selama bertahun-tahun setelah peristiwa tersebut.

Konspirasi sebenarnya memang ada, tetapi jarang terkuak melalui metode teori konspirasi. Konspirasi nyata justru ditemukan melalui pemikiran konvensional. Yaitu dengan skeptisisme yang sehat terhadap laporan resmi, sambil mempertimbangkan dengan cermat bukti yang terpampang dan konsisten.

Sebaliknya, pemikiran teori konspirasi ditandai dengan sikap skeptis secara berlebihan terhadap semua informasi yang tidak sesuai dengan narasi teori. Lalu, menafsirkan bukti secara berlebihan yang mendukung teori yang disukai, serta tidak konsisten alias selalu berubah-ubah.

Mengapa orang suka teori konspirasi?

Media sosial menciptakan semesta tersendiri, tempat setiap individu dapat dengan mudah menjangkau satu sama lain. Begitu pula dengan kalangan yang mempercayai teori konspirasi, menemukan kerumunannya di media sosial.

Sama seperti misinformasi/disinformasi, teori konspirasi menyebar lebih jauh dan lebih cepat secara online daripada informasi yang sebenarnya. Didorong oleh akun palsu atau “bot”, konsumen teori konspirasi lebih rentan untuk memberi like dan berbagi postingan teori konspirasi di media sosial.

Menurut The Conspiracy Theory Handbook, ada beberapa alasan mengapa seseorang mudah tertarik oleh teori konspirasi. Berikut ulasannya agar kita tidak terkecoh:

Orang-orang yang merasa tak berdaya atau lemah, cenderung mendukung dan menyebarkan teori konspirasi. Anda bisa lihat bagaimana orang-orang tiba-tiba merasa terancam bersama-sama saat satu akun mengunggah teori konspirasi di forum online.

Teori konspirasi ‘bisa menjelaskan’ kejadian yang mustahil terjadi. Untuk itulah, orang cenderung menawarkan suatu pemikiran konspirasi untuk menjelaskan peristiwa yang rumit atau bahkan mustahil. Teori konspirasi bertindak sebagai coping mechanism (mekanisme koping) untuk membantu orang menemukan solusi atas ketidakpastian.

Teori konspirasi juga tampak menyelesaikan masalah dan ancaman. Hal ini membuat orang menemukan solusi bagi suatu peristiwa yang mengancam, yakni dengan memfokuskan kesalahan pada sekelompok konspirator. Masyarakat umum akan sulit menerima dan mencerna bahwa peristiwa “besar” (misalnya, kematian Putri Diana) dapat memiliki penyebab biasa (mengemudi sambil mabuk). Di sinilah sebuah teori konspirasi berperan memenuhi kebutuhan jawaban akan peristiwa “besar”. Sehingga, banyak yang percaya Putri Diana dibunuh oleh operasi MI5.

Biasanya menentang politik arus utama. Maka, kelompok konspirasi sering menggunakan narasi seperti itu untuk mengklaim status minoritas untuk membantah interpretasi politik arus utama.

Ciri-ciri pemikiran mengandung teori konspirasi

Ada tujuh ciri pemikiran teori konspirasi yang bisa Anda deteksi. Tujuh ciri ini disingkat dengan akronim CONSPIR:

Ada tujuh ciri pemikiran teori konspirasi yang bisa Anda deteksi. Tujuh ciri ini disingkat dengan akronim CONSPIR

Contradictory (Kontradiktif atau bertolak belakang): Teori konspirasi biasanya secara bersamaan percaya pada ide-ide yang saling bertentangan. Misalnya, percaya teori bahwa Putri Diana dibunuh tetapi juga percaya bahwa dia memalsukan kematiannya sendiri.

Overriding suspicion (Mengesampingkan kecurigaan): Teori konspirasi melibatkan tingkat skeptisisme nihilistik terhadap laporan resmi. Tingkat kecurigaan yang ekstrem ini mencegah orang untuk percaya pada apa pun yang tidak sesuai dengan teori konspirasi.

Nefarious intent (Niat jahat): Selalu menganggap siapapun jahat. Teori konspirasi tidak pernah menganggap bahwa pihak lawan memiliki motivasi baik sedikitpun.

Something must be wrong (Pasti ada yang salah): Pendirian kaum teori konspirasi selalu berpendapat "ada sesuatu yang salah" dan otoritas resmi selalu dituding “menipu”. Meskipun teori konspirasi kadang-kadang dapat terbantahkan oleh perkembangan terbaru sehingga tudingan mereka tidak lagi dapat dipertahankan, hal itu tak mengubah kesimpulan keseluruhan pemikiran mereka.

Persecuted victim (Korban teraniaya): Teori konspirasi memandang dan menampilkan diri mereka sebagai korban persekusi terorganisir. Pada saat yang sama, mereka melihat diri mereka sebagai antagonis pemberani yang melawan para konspirator jahat. Mereka mempersepsikan diri sebagai korban dan pahlawan secara bersamaan.

Immune to evidence (Kebal terhadap bukti): Teori konspirasi menyegel diri dari bukti-bukti yang bisa ditafsirkan sebagai melawan teori konspirasi itu sendiri. Mereka menganggap bukti yang membantah teori mereka adalah konspirasi berikutnya.

Re-interpreting randomness (Menafsirkan ulang keserampangan): Pemikiran teori konspirasi selalu menaruh kecurigaan besar dan menilai bahwa “tidak yang namanya kebetulan”. Peristiwa acak kecil, seperti jendela utuh di Pentagon setelah serangan 9/11, ditafsirkan kembali sebagai disebabkan oleh konspirasi. Karena menurut mereka, jika sebuah pesawat menabrak Pentagon, maka semua jendela akan pecah.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Waktunya Trivia!

Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.

Sekelompok peneliti di Universitas McGill melakukan penelitian tentang misinformasi online dan dampaknya pada masa pemilihan umum. Mathieu Lavigne, project director of the Canadian Election Misinformation Project menjelaskan, mereka menemukan tiga tema populer misinformasi, yakni pandemi, jajak pendapat dan media yang menunjukkan adanya kolusi untuk mengubah hasil jajak pendapat. Serta pemilu dan proses pemungutan suara.

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com

Di California, dokter yang menyebarkan misinformasi tentang Covid-19 akan didisiplinkan. Pasalnya, hal itu menandakan tindakan tidak profesional seorang dokter. Aturan itu tercantum dalam undang-undang yang ditandatangani Jumat oleh Gubernur Gavin Newsom.

Rusia menggunakan trik digital untuk menyebarkan disinformasi tentang invasinya ke Ukraina. Upaya ini dilakukan untuk menghindari pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah dan berbagai perusahaan teknologi. Caranya, mereka menautkan akun ke media yang dikontrol pemerintah Rusia untuk menyebarkan lusinan video dalam 18 bahasa berbeda, tanpa memberikan sumbernya.

Peramban dalam aplikasi menawarkan pengguna perangkat seluler kenyamanan memuat halaman web tanpa harus meninggalkan aplikasi tempat mereka berada saat ini, tetapi tanpa sepengetahuan beberapa aplikasi juga dapat memasukkan kode mereka sendiri ke dalam halaman. Meta dituduh melanggar aturan privasi Apple dengan cara ini, karena serangkaian gugatan class action yang diusulkan menggambarkannya menggunakan browsernya untuk melacak aktivitas tanpa sepengetahuan atau persetujuan pengguna.

Periksa Fakta Sepekan Ini

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Berita terkait

Pendukung Sambangi Rumah Anies Baswedan Buntut Undangan Halalbihalal Hoaks

16 jam lalu

Pendukung Sambangi Rumah Anies Baswedan Buntut Undangan Halalbihalal Hoaks

Pendukung menyambangi rumah Anies di Lebak Bulus, Ahad, 5 Mei 2024. Mereka melihat undangan halalbihalal dari pesan berantai yang ternyata hoaks

Baca Selengkapnya

CekFakta #258 Energi Positif yang Palsu selama Pilpres 2024

3 hari lalu

CekFakta #258 Energi Positif yang Palsu selama Pilpres 2024

Toxic Positivity; Energi Positif yang Palsu selama Pilpres 2024

Baca Selengkapnya

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

10 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.

Baca Selengkapnya

CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

17 hari lalu

CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

Menelisik Motivasi di Balik Akun Medsos Penyebar Hoaks Melalui Transparansi Halaman

Baca Selengkapnya

CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

24 hari lalu

CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

Baca Selengkapnya

6 Film Horor yang Mengambil Tema Teori Konspirasi untuk Alur Ceritanya

29 hari lalu

6 Film Horor yang Mengambil Tema Teori Konspirasi untuk Alur Ceritanya

Untuk menemani waktu lebaran, berikut ini rekomendasi film horor yang mengambil tema teori konspirasi. Film ini memiliki alur cerita unik dan berbeda.

Baca Selengkapnya

Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

30 hari lalu

Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

Jubir OIKN sebut video viral soal kandungan gas di wilayah IKN adalah hoaks.

Baca Selengkapnya

CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

31 hari lalu

CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

Baca Selengkapnya

CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

38 hari lalu

CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

Baca Selengkapnya

Sumardji Pastikan Isu Hotel Timnas Indonesia Diserang Kembang Api Hoaks

42 hari lalu

Sumardji Pastikan Isu Hotel Timnas Indonesia Diserang Kembang Api Hoaks

Ketua BTN Sumardji menduga kembang api yang muncul di dekat lokasi Timnas Indonesia latihan berasal dari pesta rakyat setempat.

Baca Selengkapnya