CekFakta #115 Tingkat Antibodi Menurun, Perlukah Booster Vaksin Covid-19

Kamis, 9 September 2021 16:12 WIB

Sejumlah pekerja antre untuk mengikuti Vaksinasi Covid-19 di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, Kamis, 22 Juli 2021. Sebanyak 400 pekerja proyek pembangun gedung baru di lingkungan Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita disuntikkan Vaksin Covid-19 jenis Sinovac. TEMPO/M Taufan Rengganis

Halo pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Sejumlah penelitian melaporkan bahwa setelah beberapa bulan, terjadi penurunan antibodi yang dihasilkan oleh vaksin Covid-19. Namun, CEO dari sebuah produsen vaksin belum yakin bahwa perlu dilakukan vaksinasi dosis ketiga demi memperkuat kembali antibodi dalam tubuh. Sementara itu, sejumlah negara mulai menawarkan—bahkan ada yang mewajibkan—pemberian dosis ketika pada warganya.

Selain kabar tentang Pandemi, kami juga mengumpulkan sejumlah pengecekan fakta, mulai dari berita tentang fungsi dipan kardus di Olimpiade hingga berita tentang jual beli istri di pasar. Tak ketinggalan, trivia tentang kabar pembobolan komputer karyawan BRI dan BRI Life.

Selamat membaca!

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Advertising
Advertising

Tingkat Antibodi Menurun, Perlukah Booster Vaksin Covid-19?

Bagian ini ditulis oleh Siti Aisah, peserta Health Fellowship Tempo yang didukung oleh Facebook.

Baru-baru ini banyak beredar kabar terkait antibodi yang dihasilkan oleh vaksin Sinovac menurun pada enam bulan setelah pemberian dosis kedua. Namun suntikan ketiga dapat menguatkan kembali antibodi. Hal ini tentunya memunculkan pertanyaan baru apakah perlu diberikan vaksin Covid-19 dosis ketiga karena terjadinya penurunan antibodi? Beberapa negara diketahui memang mulai menawarkan pemberian dosis ketiga terhadap kelompok rentan, sementara di Indonesia, pemberian vaksin dosis ketiga masih ditujukan untuk tenaga kesehatan sebagai perlindungan tambahan.

Sejumlah pekerja antre untuk mengikuti Vaksinasi Covid-19 di Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, Jakarta, Kamis, 22 Juli 2021. Sebanyak 400 pekerja proyek pembangun gedung baru di lingkungan Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita disuntikkan Vaksin Covid-19 jenis Sinovac. TEMPO/M Taufan Rengganis

  • Penelitian di Cina melaporkan temuan berdasarkan sampel darah dari orang dewasa sehat berusia antara 18-59 tahun. Makalah yang belum ditinjau oleh rekan sejawat tersebut (preprint) menunjukkan di antara peserta yang menerima dua dosis vaksin Sinovac, baik dengan interval dua atau empat minggu, hanya 16,9 persen dan 35,2 persen yang masih memiliki tingkat antibodi di atas ambang batas pada enam bulan setelah menerima suntikan kedua. Para ilmuwan belum mengetahui secara tepat ambang batas tingkat antibodi dari vaksin agar dapat mencegah penyakit.
  • Namun, penelitian ini menunjukkan pemberian dua dosis vaksin Sinovac menghasilkan memori kekebalan yang baik. Walaupun jumlah antibodi menurun enam bulan setelah dosis kedua, pemberian dosis ketiga vaksin Sinovac sangat efektif dalam mengingat respons imun spesifik terhadap SARS-CoV-2, ditunjukkan dengan peningkatan jumlah antibodi yang signifikan. Penentuan waktu untuk memberikan dosis ketiga vaksin harus memperhitungkan banyak faktor, termasuk imunogenisitas, efektivitas vaksin, situasi epidemi, risiko infeksi, dan ketersediaan pasokan vaksin.
  • Sama halnya dengan Sinovac, tingkat antibodi Covid-19 dari vaksin AstraZeneca dan Pfizer akan berkurang mulai enam minggu setelah pemberian vaksinasi lengkap. Setelah 10 minggu, antibodi terus menurun hingga lebih dari 50 persen. Hal ini diketahui dari penelitian yang diterbitkan dalam jurnal media kedokteran The Lancet. Akibatnya ada kekhawatiran bahwa efek perlindungan dari vaksin mungkin mulai hilang, terutama terhadap varian baru. Para peneliti juga menyoroti meskipun implikasi klinis dari penurunan tingkat antibodi belum jelas, vaksin tetap efektif melawan tingkat keparahan Covid-19.
  • CEO AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan pihaknya belum yakin apakah dosis ketiga dari vaksin Covid-19 akan diperlukan untuk perlindungan lebih lanjut terhadap virus. Ada dua dimensi kekebalan, antibodi yang menurun seiring waktu dan yang sangat penting dari vaksinasi adalah sel-T. Sel T cenderung melindungi orang dari penyakit parah dan juga memberikan daya tahan," kata Soriot. “Dengan teknologi yang kami gunakan, kami memiliki produksi sel-T yang sangat tinggi. Kami berharap kami dapat memiliki vaksin yang melindungi untuk jangka waktu yang lama. Jadi apakah kita akan membutuhkan booster ketiga atau tidak masih belum jelas, hanya waktu yang akan menjawabnya.”
  • Komite Bersama untuk Vaksinasi dan Imunisasi di Inggris (JCVI) memberikan rekomendasi sementara jika program booster vaksinasi Covid-19 diperlukan, vaksin dosis ketiga harus ditawarkan kepada yang paling rentan untuk memaksimalkan perlindungan individu menjelang musim dingin. Kelompok ini termasuk penghuni panti jompo, orang berusia di atas 70 tahun, tenaga kesehatan dan pekerja sosial garda depan, orang dewasa yang sangat rentan secara klinis dan orang yang mengalami imunosupresi. Wei Shen Lim, Ketua Covid-19 untuk JCVI mengatakan, “Tujuan utama dari tiap program vaksin booster Covid-19 yang potensial adalah untuk mengurangi penyakit serius, termasuk kematian”.
  • Sementara, Israel akan mulai menawarkan suntikan dosis ketiga vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech kepada warganya yang berusia 60 tahun ke atas. “Saya mengumumkan bahwa malam ini merupakan awal kampanye untuk menerima vaksin booster, vaksin ketiga”, kata Naftali Bennett. Penerima vaksin yang memenuhi syarat akan mendapatkan suntikan booster setelah menerima dosis kedua lebih dari lima bulan yang lalu. “Kami memberikan suntikan ketiga untuk orang yang mengalami defisiensi imun”, kata Menteri Kesehatan Nitzan Horowitz. Namun, beberapa pihak mengatakan Israel harus menunggu sedikit lebih lama untuk menerima lebih banyak informasi tentang keamanan dan efektivitas pemberian vaksinasi dosis ketiga.
  • Hungaria juga akan menawarkan dosis ketiga vaksin virus corona mulai awal Agustus. Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban pada pertengahan bulan Juli mengatakan, tenaga kesehatan di negara itu wajib mendapatkan vaksin dosis ketiga. Vaksin tambahan akan diberikan empat bulan setelah dosis kedua. “Kami tidak memiliki fakta yang menunjukkan bahwa vaksin ketiga bisa berbahaya sehingga kami tidak perlu khawatir tentang itu,” katanya. Sementara itu, Uni Eropa mengatakan terlalu dini untuk memutuskan saran mengenai suntikan booster, dengan alasan kurangnya data.

Waktunya Trivia!

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab.

Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini, yang mungkin terselip dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.

Data nasabah asuransi BRI Life diduga bocor dan dijual secara online. Menurut perusahaan keamanan siber Hudson Rock, kebocoran data tersebut disebabkan komputer milik karyawan BRI dan BRI Life disusupi. Mereka mengaku telah mengidentifikasi beberapa komputer yang dimaksud di dua perusahaan tersebut.

Mastercard menginvestasikan $100 juta di Airtel Mobile Commerce BV (AMC BV) — bisnis uang seluler telekomunikasi Airtel Afrika. AMC BV adalah anak perusahaan Airtel Afrika dan perusahaan induk untuk beberapa operasi seluler Airtel Afrika di 14 negara Afrika, termasuk Kenya, Uganda, dan Nigeria.

Mencampur listrik dan air dapat memunculkan masalah bagi manusia, sehingga membuat perahu atau kapal bertenaga listrik mungkin akan berisiko. Namun, startup bernama Arc dari California, Amerika Serikat, menawarkan perahu listrik edisi terbatas seharga US$ 300 ribu (Rp 4,3 miliar). Perusahaan rintisannya itu akan memulai dengan menargetkan pasar kelas atas dengan produk terbatasnya itu.

Aplikasi pesan WhatsApp mengumumkan pengaturan baru dari fitur Obrolan yang Diarsipkan. Dengan pembaruan ini, akan memungkinkan pengguna menyimpan obrolan yang diarsipkan bahkan ketika mereka menerima pesan baru di utas pesan yang diarsipkan. Artinya, semua obrolan pengguna yang diarsipkan akan tetap tersimpan secara permanen kecuali jika memilih untuk membatalkan pengarsipannya secara manual.

Periksa Fakta Sepekan Ini

Baru-baru ini, beredar daftar varian baru virus Corona yang diklaim sengaja disebarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), World Economic Forum dan John Hopkin University diunggah di Facebook, 26 Juli 2021. Unggahan itu berisi sebuah tabel dalam bahasa Spanyol yang berisi nama strain, daftar peluncuran serta logo tiga organisasi tersebut.

Tangkapan layar unggahan yang diklaim sebagai jadwal sebar varian baru virus Corona oleh WHO.

Berdasarkan pemeriksaan fakta, Tempo menyimpulkan narasi yang mengklaim varian baru virus Corona sengaja disebarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), World Economic Forum dan John Hopkin University, adalah keliru. Tempo menemukan ketidakakuratan antara pertama kali varian baru diidentifikasi dengan tanggal yang tertulis di tabel. Selain itu, mutasi virus Corona yang memunculkan varian baru adalah hal alami seperti pada virus RNA lainnya.

Selain artikel di atas, kami juga melakukan pemeriksaan fakta terhadap beberapa hoaks yang beredar. Buka tautan ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini.

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Berita terkait

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

2 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

9 hari lalu

CekFakta #256 Langkah Mengecek Transparansi Halaman Media Sosial

Menelisik Motivasi di Balik Akun Medsos Penyebar Hoaks Melalui Transparansi Halaman

Baca Selengkapnya

CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

16 hari lalu

CekFakta #255 5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

5 Langkah Memahami Setiap Kabar yang Kita Terima

Baca Selengkapnya

CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

23 hari lalu

CekFakta #254 Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

Empat Cara Mengecek Fakta Menggunakan Tools Baru Google

Baca Selengkapnya

CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

30 hari lalu

CekFakta #253 CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

CrowdTangle, Alat Pantau Disinformasi di Media Sosial Tutup

Baca Selengkapnya

CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

37 hari lalu

CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

TikTok disorot sebagai sarang penyebaran misinformasi maupun disinformasi.

Baca Selengkapnya

Kejaksaan Agung Geledah Rumah Helena Lim, Kasus Apa? Ini Profil Crazy Rich PIK dan Sederet Kontroversinya

43 hari lalu

Kejaksaan Agung Geledah Rumah Helena Lim, Kasus Apa? Ini Profil Crazy Rich PIK dan Sederet Kontroversinya

Crazy rich PIK Helena Lim menjadi sorotan lantaran rumahnya digeledah Kejaksaan Agung, dugaan kasus korupsi izin tambang timah. Siapakah dia?

Baca Selengkapnya

CekFakta #251 Yang Harus Diteliti Pada Website Saat Mencari Kebenaran Informasi

44 hari lalu

CekFakta #251 Yang Harus Diteliti Pada Website Saat Mencari Kebenaran Informasi

Yang Harus Diteliti Pada Website Saat Mencari Kebenaran Informasi

Baca Selengkapnya

Cekfakta #250 Ujaran Kebencian Menyangkut SARA Meningkat Selama Pemilu 2024

51 hari lalu

Cekfakta #250 Ujaran Kebencian Menyangkut SARA Meningkat Selama Pemilu 2024

Ujaran kebencian ini meningkat ketika hari pemungutan suara. Bahkan hoaks berbau etnis kembali mewarnai, mendaur ulang pola kebohongan.

Baca Selengkapnya