Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #269 Di Balik Sikap Tidak Percaya Orang Indonesia Terhadap Perubahan Iklim

image-gnews
Iklan

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Sebagai salah satu negara dengan hutan hujan tropis terluas di dunia, kita patut khawatir dengan ancaman perubahan iklim. Sebab sejak tahun 1990, seluas 25 persen hutan tua di Indonesia lenyap. Tak hanya deforestasi, bahaya berbagai bencana alam sudah nyata terjadi.

Sayangnya, masih banyak orang yang belum sadar urgensi perubahan iklim ini. Berdasarkan survei tahun 2021 oleh Development Dialogue Asia, mayoritas orang Indonesia belum memandang perubahan iklim sebagai akibat dari ulah manusia. Alih-alih percaya perubahan iklim, mereka malah menganggap ini semua dikendalikan oleh elit global.

Kondisi ini diperparah dengan banyaknya misinformasi seputar perubahan iklim.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Di Balik Sikap Tidak Percaya Orang Indonesia Terhadap Perubahan Iklim

Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gadjah Mada menyebutkan, umumnya kelompok penentang krisis iklim berpendapat bahwa krisis iklim terjadi karena hukum alam, bukan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Banyak narasi yang beredar justru mengaitkan perubahan iklim dengan unsur politik, kepercayaan, dan agama, dibanding sains. 

CfDS melakukan survei terhadap 2.401 responden tentang tiga aspek, yakni pemahaman dan kesadaran tentang krisis iklim, pola konsumsi informasi, dan kemampuan literasi digital. Hasilnya, sebanyak 21,5% responden setuju dan 11% sangat setuju bahwa krisis iklim disebabkan oleh semakin banyaknya manusia yang melakukan maksiat dan tidak mematuhi agamanya. Termasuk 25% responden yang setuju bahwa ilmuwan yang meneliti krisis iklim dikendalikan oleh kaum elit global. 

“Kelompok penentang ini tidak hanya memproduksi konten-konten menyangkal krisis iklim, tapi juga terus berusaha mempengaruhi opini publik melalui konten tersebut,” kata peneliti dan dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM, Dr. Novi Kurnia, M.Si., MA. 

Menurut penelitian dalam Jurnal “Environmental Communication”, misinformasi perubahan iklim di berbagai platform media sosial umumnya berbicara dalam 3 jenis narasi utama. Pertama, menolak keberadaan perubahan iklim alias existence denial. Produsen hoaks menggunakan taktik ini untuk mempertanyakan terjadinya perubahan iklim, dengan menegaskan bahwa hal itu tidak terjadi secara signifikan.

Kedua, menolak menyebut perubahan iklim terjadi akibat aktivitas manusia. Bahkan turut memperdebatkan apakah manusia benar-benar menyebabkan perubahan iklim. Ketiga, hoaks dalam bentuk meremehkan potensi dampak buruk perubahan iklim terhadap manusia dan lingkungan. 

Namun jika ditilik dari aspek budaya, penolakan terhadap perubahan iklim di Asia, khususnya Cina, berbeda dengan narasi yang lazim beredar di negara-negara Barat. Di Barat, perubahan iklim seringkali disebut sebagai agenda aktor jahat yang ingin membatasi kebebasan warga. “Sedangkan di Cina, perubahan iklim digambarkan sebagai sebuah teori konspirasi yang ingin menghambat pembangunan Cina oleh pihak Barat,” tulis Liang Chen, peneliti Sekolah Jurnalisme dan Komunikasi, Universitas Tsinghua itu.

Meski begitu, ada faktor lain yang menyebabkan masyarakat Indonesia tersesat di tengah gempuran hoaks soal perubahan iklim ini. Informasi yang menyesatkan juga dipengaruhi banyaknya kepentingan politik global. Substansi informasi dan pemahaman yang menyesatkan itu dirancang untuk memahami sesuatu yang salah, agar mendapat dukungan politik dalam pembicaraan iklim secara global. 

Contohnya, negara-negara industri mengalami perdebatan yang tajam dengan negara selatan, termasuk Indonesia. Perubahan iklim ini diakibatkan dua emisi terbesar, satu emisi industri dan emisi deforestasi. “Nah, negara industri mengakui bahwa kegiatan industri mereka melepas banyak emisi karbon, tapi mereka menyangkal solusi dari krisis iklim ini adalah menurunkan emisi dari industri mereka,” ujar Direktur Eksekutif Nasional WALHI, Zenzi Suhadi.

Maka, kesadaran kita tentang hoaks perubahan iklim ini sangat penting agar tetap peduli terhadap lingkungan, bukan malah skeptis dan menolak. Sebab tanpa kepedulian bersama, kenaikan suhu global yang terus-menerus dapat menimbulkan kerusakan besar bagi bumi kita.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Tinta Tak Kasat Mata Dimasukkan ke Vaksin?

AD_4nXc8g9A418iCU3Q3f0xW_tngboun5Hd1gIBCgnO4ZNHzW75_WY2SpMSCxl56TsbCEHiJNbA17bHFRXCJRMPpsPC3vx0uPY2j7rgR76-ngjKC7xR8S5evBfGKCBK5QGIK5c-EDKntUdl-tc0CBA34.png

Sebuah video pendek diunggah di Instagram tentang tinta tak terlihat dapat mengungkap status vaksin seseorang. Video tersebut memperlihatkan sebuah magnet kecil ditempelkan pada lengan seseorang yang telah divaksin. Video juga diberi narasi yang mengklaim bahwa tinta tak kasat mata sudah dimasukkan pula pada vaksin Covid-19 untuk anak-anak. Pekerjaan ini didanai oleh Bill and Melinda Gates Foundation karena permintaan langsung dari pendiri Microsoft dan filantropis Bill Gates.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

| Hasil Pemeriksaan fakta

Tim Cek Fakta Tempo memverifikasi klaim di atas dengan mewawancarai epidemiolog Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman. Menurutnya, narasi-narasi tersebut sudah lama beredar yang disebarkan oleh kelompok penganut teori konspirasi. Video yang melihatkan seseorang menempelkan magnet  pada lengan yang disuntik vaksin menunjukan bahwa ada chip yang dimasukan ke dalam tubuh adalah tidak benar. Tidak ada komponen magnetik dalam vaksin.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Ilustrasi Perbedaan Pikiran Perempuan dan Laki-laki?

AD_4nXcB5kpY8Ly1s1Z2Nj6q-bUn2TG9UYMyiZ6YZNZXhfP488lDoldsZEWaHNMkPLl1WhByqHHpz7Qz_yLEeI9tEoZbG_vLGh9Pk0rXseGDN2BqskIkmJ9RbqYACKN7pXiXd2UzwOdl0AoPsrqh3zjk.png

Sebuah ilustrasi kerangka otak manusia diklaim merupakan perbedaan pikiran antara laki-laki dan perempuan beredar di Threads. Dalam ilustrasi digambarkan pikiran perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan yang cukup mencolok seperti perempuan berfikir lebih banyak terkait seks sementara laki-laki cenderung berpikir bekerja dan mencari uang. 

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

WhatsApp Channel

Facebook

Twitter

Instagram 

Telegram

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

1 hari lalu

Ilustrasi judi online. Pixlr Ai
CekFakta #276 Saling Jaga agar Tak Jadi Korban Perdagangan Orang

Sampai sekarang, masih ada 44 WNI yang terjebak di wilayah konflik perbatasan Myanmar dan Thailand.


Menhan Singapura: Perlu Tindakan Korektif untuk Hadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Senior Minister and Coordinating Minister for National Security H.E Teo Chee Hean menyampaikan paparan saat menjadi keynote speaker dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis, 5 September 2024. Paparan tersebut mengangkat terkait dengan ASEAN Sustainability Pathways. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Menhan Singapura: Perlu Tindakan Korektif untuk Hadapi Perubahan Iklim

Menhan Singapura menilai untuk menghadapi perubahan iklim diperlukan tindakan kolektif dan konsisten dari semua pemangku kepentingan


Jokowi Sebut Masalah Iklim Tak Akan Selesai

2 hari lalu

Presiden Jokowi ditemui usai acara di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur pada Jumat, 30 Agustus 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Jokowi Sebut Masalah Iklim Tak Akan Selesai

Presiden Jokowi kembali menyoroti tantangan berat dalam mengatasi masalah perubahan iklim. Apa katanya?


Soal Ketersediaan Padi, Kebijakan Kementan Efektif Merespons Perubahan Iklim

4 hari lalu

Anomali Harga Gabah di Musim Kemarau BPS melaporkan penurunan harga gabah kering panen di tingkat petani sebesar 1,15% pada Agustus 2024, di tengah tantangan El Nino dan kemarau panjang. Dok. Kementan
Soal Ketersediaan Padi, Kebijakan Kementan Efektif Merespons Perubahan Iklim

Penurunan harga beras sebagian besar disebabkan oleh beberapa wilayah sentra yang tengah memasuki masa panen raya. Sementara itu, kenaikan harga di sejumlah daerah umumnya terjadi di wilayah yang tidak sedang dalam masa panen.


CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

8 hari lalu

Ilustrasi MPOX. Shutterstock
CekFakta #275 Hindari Panik, Bekali Diri untuk Tangkal Hoaks Seputar Cacar Monyet

Agustus lalu Kementerian Kesehatan mengumumkan sebanyak 88 kasus cacar monyet (Mpox) di Indonesia.


Koalisi Masyarakat Sipil Serahkan Rekomendasi untuk SNDC: Ingatkan Dampak Perubahan Iklim terhadap Kelompok Rentan

8 hari lalu

Seorang petani menunjukkan tanaman padi berumur sekitar satu bulan mati akibat kekeringan di area persawahan Desa Suak Raya, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Selasa 30 Juli 2024. Sebagian sawah petani di Kecamatan Johan Pahlawan, Meureubo dan Kecamatan Samatiga mengalami kekeringan dan terancam gagal panen. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Koalisi Masyarakat Sipil Serahkan Rekomendasi untuk SNDC: Ingatkan Dampak Perubahan Iklim terhadap Kelompok Rentan

Koalisi Masyarakat Sipil mendorong pemerintah menjadikan momentum penyerahan dokumen kontribusi iklim dalam SNDC sebagai upaya koreksi komitmen iklim.


Kebakaran Hutan Ekstrem di Kanada 2023 Rilis 647 Megaton Karbon ke Atmosfer

9 hari lalu

Asap dan api dari kebakaran hutan menjadi latar belakang rumah-rumah di seberang Danau Okanagan di West Kelowna, British Columbia, Kanada, 17 Agustus 2023. REUTERS/Dan Riedlhuber
Kebakaran Hutan Ekstrem di Kanada 2023 Rilis 647 Megaton Karbon ke Atmosfer

Kuantifikasi emisi karbon dari kebakaran hutan ekstrem di Kanada pada tahun lalu tersebut dilakukan lewat kajian tim di Laboratorium Propulsi Jet NASA


Serba-serbi tentang Paus Fransiskus jelang Tur Asia Tenggara, termasuk Indonesia

9 hari lalu

Paus Fransiskus mengadakan audiensi umum mingguan di Vatikan, Rabu, 28 Agustus 2024. REUTERS/Ciro De Luca
Serba-serbi tentang Paus Fransiskus jelang Tur Asia Tenggara, termasuk Indonesia

Paus Fransiskus akan menempuh perjalanan sejauh 33.000 km untuk mengunjungi empat negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.


3 Situs Warisan Dunia di Indonesia Terancam Punah

12 hari lalu

Sejumlah petani menampilkan atraksi kesenian budaya subak saat pembukaan Jatiluwih Festival 2024 di Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih, Tabanan, Bali, Sabtu 6 Juli 2024. Kegiatan yang digelar di objek wisata yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia tersebut menampilkan atraksi budaya tradisional, kuliner, UMKM, dan potensi desa yang berkaitan dengan pertanian untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang berlangsung pada 6-7 Juli 2024. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
3 Situs Warisan Dunia di Indonesia Terancam Punah

Penelitian Climate X , menyoroti Situs Warisan Dunia mana saja yang dapat musnah karena perubahan iklim.


Dampak Perubahan Iklim, Pakar UI Peringatkan Tren Naiknya Masalah Kesehatan

12 hari lalu

Gedung Rektorat Universitas Indonesia (UI). (ANTARA/Feru Lantara)
Dampak Perubahan Iklim, Pakar UI Peringatkan Tren Naiknya Masalah Kesehatan

Pengajar UI Budi Haryanto mengingatkan soal dampak perubahan iklim terhadap meningkatnya masalah kesehatan.