TEMPO.CO, Jakarta - Seperti sudah diduga, penguasa akan kian tergoda menyalahgunakan kekuasaan untuk melanjutkan penyalahgunaan kekuasaan sebelumnya. Setelah Presiden Jokowi diduga mengintervensi putusan Mahkamah Konstitusi melalui adik iparnya untuk meloloskan anaknya menjadi calon wakil presiden, kini muncul banyak laporan aparat negara coba menggalang dukungan untuknya.
Ada operasi senyap di daerah terhadap kepala daerah dan kepala desa agar mereka mendukung pasangan atau memberikan suara untuk Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Dari telepon kepada kepala daerah agar tak terlalu serius mendukung rival Prabowo-Gibran, sampai ancaman memperkarakan penggunaan dana desa.
Pengusutan dana desa menjadi alat paling efektif menekan kepala desa. Ada banyak kasus korupsi penggunaan dana desa Rp 1 miliar sehingga para kepala desa itu terkunci untuk ikut anjuran mendukung Prabowo-Gibran. Sebaliknya, pimpinan organisasi kepala desa memakai dana desa untuk bargain dukungan dengan calon presiden. Mereka meminta perpanjangan masa jabatan kepala desa dan penambahan dana desa.
Aparat negara tak netral jelas mencederai demokrasi. Karena itu aturan dan undang-undang jelas melarangnya. Aparat negara ibarat wasit dalam pertandingan sepak bola. Jika mereka condong pada salah satu calon, pertandingan tak akan fair dan pasti berat sebelah. Tak asyik. Tapi sekarang siapa peduli pada aturan, pada etika, pada tanggung jawab moral menjunjung nilai-nilai kejujuran?
Pemilihan presiden baru memasuki masa kampanye, tapi kita makin muak dengan segala intrik-intriknya. Semoga Anda tetap bisa menikmati akhir pekan.
Salam,
Bagja Hidayat
Redaktur Eksekutif
Benarkah Polisi Menggalang Dukungan untuk Prabowo-Gibran?
Polisi disinyalir membantu pemenangan Prabowo-Gibran. Menekan pendukung Ganjar dan Anies, dari kepala desa hingga pengusaha.
Polisi di Belakang Prabowo-Gibran. Jawaban Juru Bicara Polri
Bagaimana Calon Presiden Berebut Dukungan Kepala Desa
Perangkat desa bermanuver memenangkan Prabowo-Gibran setelah mendapat instruksi Istana. Kubu Ganjar dan Anies bergerak senyap.
Risiko Inbreng Saham Waskita Karya ke Hutama Karya
Waskita Karya terus mengalami penurunan kinerja keuangan akibat beban utang yang besar. Pemerintah membuka opsi inbreng dengan Hutama Karya.
Setahun Wafatnya Edi Sedyawati: Membaca Ulang Arca Ganesha
Setahun wafatnya arkeolog Edi Sedyawati diperingati dalam Borobudur Writers Cultural Festival. Membaca ulang Ganes.