Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #66 Ramai-ramai Boikot Iklan Facebook

image-gnews
Ilustrasi Penyebaran Hoax di Facebook. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Ilustrasi Penyebaran Hoax di Facebook. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration
Iklan
  • Kampanye boikot iklan Facebook, #StopHateForProfit, semakin meluas. Tercatat lebih dari 500 perusahaan telah menyatakan dukungannya terhadap pemboikotan ini. Kampanye ini telah membuat harga saham Facebook anjlok meskipun mayoritas dari 100 pengiklan terbesar Facebook belum bergabung dalam kampanye tersebut. Lalu, apa langkah yang diambil perusahaan milik Mark Zuckerberg ini?
  • TikTok dan puluhan aplikasi asal Cina lainnya diblokir oleh pemerintah India sejak 29 Juni 2020 lalu. Pemblokiran dilakukan menyusul memanasnya konflik yang di perbatasan India-Cina. Menurut pemerintah India, puluhan aplikasi itu berpotensi mengancam keamanan data negara.Tapi, pemblokiran tersebut juga diperkirakan bakal menimbulkan pemutusan hubungan kerja besar-besaran serta gagalnya investasi bernilai 1 miliar dolar Amerika Serikat.

Halo pembaca Nawala CekFakta Tempo! Dalam edisi kali ini, saya ingin membahas dua isu yang sedang ramai dalam beberapa hari terakhir, yang kebetulan berkaitan dengan kata “pembatasan”. Pertama adalah soal pemboikotan iklan Facebook oleh ratusan perusahaan akibat misinformasi dan ujaran kebencian yang beredar di platform tersebut. Yang kedua soal pemblokiran puluhan aplikasi asal Cina, salah satunya TikTok, oleh pemerintah India.

Apakah Anda menerima nawala edisi 3 Juli 2020 ini dari teman dan bukan dari email Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Nawala edisi ini ditulis oleh Angelina Anjar Sawitri dari Tempo Media Lab.

RAMAI-RAMAI BOIKOT IKLAN FACEBOOK

Kampanye untuk memboikot iklan Facebook menguat beberapa hari terakhir. Hingga 1 Juli 2020, lebih dari 500 perusahaan mengumumkan bahwa mereka tidak akan beriklan di Facebook hingga raksasa media sosial yang dipimpin Mark Zuckerberg ini mengambil “tindakan yang berarti” untuk menangkal misinformasi dan ujaran kebencian. Dari ratusan perusahaan itu, beberapa di antaranya adalah korporasi besar, seperti Coca-Cola, Unilever, Volkswagen, Honda, Adidas danLevi Strauss.

Pemboikotan yang diberi nama #StopHateForProfit ini muncul hanya beberapa pekan setelah sejumlah karyawan Facebook menggelar mogok kerja virtual pada 1 Juni lalu. Mereka memprotes perusahaan yang memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa terhadap unggahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait demonstrasi atas pembunuhan seorang pria Afrika-Amerika, George Floyd, oleh polisi beberapa waktu lalu. Ketika itu, Trump menulis “ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai”. Narasi tersebut dianggap mengglorifikasi kekerasan.

Berbeda dengan Twitter yang menandai cuitan Trump yang sama dengan label peringatan, Facebook menyatakan bahwa unggahan itu tidak memenuhi syarat sebagai hasutan yang melanggar aturan platform. Tak lama kemudian, tepatnya pada 17 Juni, kampanye #StopHateForProfit diluncurkan. Gerakan ini diprakarsai oleh Anti-Defamation League, organisasi yang telah lama menentang anti-semitisme, bersama National Association for the Advancement of Coloured People (NAACP) dan kelompok-kelompok hak sipil.

Kampanye tersebut meminta para pengiklan untuk memboikot Facebook dan anak perusahaannya, Instagram, sepanjang Juli. Para aktivis itu mengkritik Facebook karena melakukan “penyebaran kebencian yang luas” di platformnya. Facebook juga dinilai membiarkan unggahan berisi hasutan untuk melakukan kekerasan terhadap demonstran. Kampanye ini menyerukan agar grup-grup pribadi di Facebook yang menjajakan kebencian, misinformasi, atau konspirasi dihapus. Facebook diminta untuk menyerahkan laporan dari auditor independen tentang tindakan yang telah diambil perusahaan.

Meski demikian, menurut Pathmatics, mayoritas dari 100 pengiklan terbesar Facebook belum bergabung dalam pemboikotan itu. Bahkan, dari 25 pengiklan terbesar Facebook tahun lalu, hanya tiga korporasi yang telah menyatakan rencananya untuk menghentikan iklan mereka di Facebook. Ketiganya adalah Microsoft, Starbucks, dan Pfizer. Meskipun begitu, kampanye ini telah membuat harga saham Facebook anjlok. Bahkan, pada 26 Juni lalu, harga saham Facebook turun lebih dari 8 persen, senilai sekitar 56 miliar dolar AS.

Setelah harga saham Facebook jeblok, Zuckerberg sempat memberi tahu karyawannya dalam sebuah rapat virtual bahwa perusahaan tidak akan mengubah pendekatannya pada ujaran kebencian. “Kita tidak akan mengubah pendekatan kita pada apa pun karena ancaman terhadap sebagian kecil pendapatan kita, atau terhadap berapa pun pendapatan kita,” ujarnya. “Saya menduga semua pengiklan itu akan segera kembali ke platform.” Namun, Zuckerberg juga menilai pemboikotan ini berpengaruh terhadap reputasi perusahaan.

Facebook akan tetap berada di tengah sorotan. Publik menuntut mereka untuk responsif, meskipun perusahaan-perusahaan yang mengikuti kampanye #StopHateForProfit diduga lebih termotivasi oleh peningkatan citra daripada keinginan untuk menangkal misinformasi dalam iklan Facebook. “Dengan menarik iklan di Facebook, mereka bisa berhemat sekaligus membuat pernyataan berisiko rendah yang menghasilkan publisitas positif,” kata konsultan strategi komunikasi Gerard Francis Corbett.

Pada akhirnya, Facebook mengambil jalan tengah dengan mengumumkan bahwa mereka bakal memberikan label pada unggahan politikus yang melanggar kebijakan platform namun dinilai masih layak tayang. Keputusan ini berpegang pada prinsip-prinsip kebebasan berbicara yang dianut Facebook. Tapi sebagian orang menilai itu dilakukan untuk menghindari kemarahan Trump. Zuckerberg meyakini bahwa, untuk menangkal ujaran yang berbahaya, diperlukan “more speech”, bukan penyensoran. Karena itu, ujaran kebencian yang beredar cuma diberi label, tidak dicabut.

Terkait konten-konten yang lebih ekstrem, Facebook berjanji bakal menghapusnya. Zuckerberg mengatakan bahwa unggahan yang “mengarah pada kekerasan atau menghilangkan hak orang untuk memilih” tidak akan ditoleransi, walaupun dibuat oleh politikus. Facebook pun menulis surat terbuka yang menyatakan mereka “tidak mendapatkan profit dari kebencian”. Facebook berargumen bahwa mereka menghapus ujaran kebencian lebih cepat ketimbang YouTube dan Twitter. “Tidak ada insentif bagi kami untuk melakukan apa pun selain menghapusnya,” kata Vice President of Global Affairs Facebook, Nick Clegg.

Tapi langkah-langkah itu tidak membuat kampanye #StopHateForProfit terhenti. Bahkan, survei World Federation of Advertisers memprediksi sepertiga pengiklan terbesar Facebook bakal segera bergabung dalam pemboikotan itu. Dengan meningkatnya eskalasi gerakan ini, langkah-langkah yang lebih berarti perlu diambil oleh Facebook. Apalagi, selama bertahun-tahun, Facebook terus berkutat pada masalah yang sama, yakni misinformasi dan ujaran kebencian.

BLOKIR INDIA ATAS TIKTOK

Pada 29 Juni 2020, pemerintah India memblokir 59 aplikasi asal Cina, salah satunya platform video TikTok. Keputusan ini diambil setelah memanasnya konflik di Ladakh, perbatasan India-Cina. Tercatat sekitar 20 tentara India tewas setelah bentrok dengan tentara Cina pada pertengahan Juni lalu. Selain TikTok, beberapa aplikasi populer, seperti aplikasi pesan instan WeChat dan aplikasi game Mobile Legends, diblokir. Menurut pemerintah India, puluhan aplikasi itu berpotensi mengancam keamanan data negara.

- Kementerian Informasi dan Teknologi India menyatakan TikTok dan puluhan aplikasi Cina itu diblokir mengingat informasi yang ada di sana merugikan kedaulatan dan integritas India serta, pertahanan dan keamanan negara. “Karena mencuri dan secara diam-diam mentransmisikan data pengguna secara tidak sah ke server yang berlokasi di luar India. Pada akhirnya, berdampak pada kedaulatan dan integritas India,” demikian pernyataan Kementerian Informasi dan Teknologi India.

- Pasca pemblokiran ini, aplikasi TikTok hilang dari toko aplikasi Google Play Store dan Apple App Store India. Para pengguna yang sudah mengunduh TikTok di ponselnya tetap bisa mengakses aplikasi tersebut. Kendati demikian, mereka bakal mendapatkan pesan bahwa pemerintah India memblokir aplikasi itu. Saat membuka TikTok melalui situsnya pun, pengguna akan diarahkan ke halaman tiktok.com/notfound yang menampilkan pesan yang sama.

- TikTok membantah tuduhan bahwa platformnya telah membagikan data pengguna India kepada pemerintah Cina. Menurut Kepala TikTok India Nikhil Gandhi, TikTok selalu mematuhi persyaratan privasi dan keamanan data dalam hukum India serta tidak pernah membagikan informasi penggunanya di India kepada pemerintah mana pun, termasuk Cina. “Bahkan, jika nantinya kami diminta (untuk berbagi informasi), kami tidak akan melakukannya,” ujar Gandhi.

- Pemerintah Cina menyatakan pemblokiran 59 aplikasi buatan perusahaan-perusahaannya di India, berpotensi melanggar aturan World Trade Organization (WTO). Cina meminta pemerintah India menciptakan lingkungan bisnis yang terbuka dan adil. Juru bicara Kedutaan Besar Cina di New Delhi, Ji Rong, menyatakan tindakan pemerintah India tersebut sangat diskriminatif. Alasannya pun dinilai ambigu dan dibuat-buat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

- Menurut sejumlah pihak, pemblokiran TikTok tersebut diperkirakan akan berdampak besar terhadap bisnis platform yang dimiliki oleh raksasa teknologi Cina, ByteDance, tersebut. Pasalnya, TikTok memiliki basis pengguna terbesar di India. Jumlah unduhan TikTok di India menyumbang sekitar 30 persen dari total 2 miliar unduhan secara global. Pemblokiran ini juga kemungkinan bakal menggagalkan rencana ekspansi ByteDance ke India yang bernilai sekitar 1 miliar dolar Amerika Serikat.

- Firma analisis aplikasi Sensor Tower berpendapat, jika pemblokiran tersebut tidak dibatalkan, perusahaan-perusahaan pengembang 59 aplikasi itu bakal mengurangi operasi mereka di India. Hal itu berpotensi menimbulkan PHK (pemutusan hubungan kerja) besar-besaran. Adapun korban terbesar dari pemblokiran 59 aplikasi ini, menurut beberapa pihak, yakni ByteDance. Sejak tahun lalu, perusahaan pengembang TikTok ini telah mempekerjakan beberapa eksekutif senior dengan bayaran selangit.

WAKTUNYA TRIVIA! 

Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini, yang mungkin terselip dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.

- Platform live streaming untuk pemain game, Twitch, menangguhkan saluran resmi milik Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara temporer. Alasannnya, meteka telah menayangkan konten yang memperlihatkan perilaku penuh kebencian. Menurut Twitch, konten tersebut kini telah dihapus. Salah satu konten yang dianggap menyebarkan kebencian adalah konten yang berisi pernyataan Trump bahwa Meksiko telah mengirim banyak pemerkosa ke AS. Twitch juga menandai komentar rasis yang diucapkan oleh Trump dalam kampanye di Tusla, Oklahoma, beberapa waktu lalu.

- Facebook melaporkan telah menghapus 220 akun di platformnya, 95 akun di Instagram, serta 28 halaman dan 106 grup yang terkait dengan gerakan Boogaloo. Menurut Facebook, kelompok bersenjata yang menunggangi demonstrasi atas kematian George Floyd itu secara aktif mempromosikan kekerasan terhadap warga sipil, penegak hukum, pejabat, dan lembaga pemerintah AS. “Anggota jaringan ini berusaha merekrut orang lain dalam gerakan yang lebih luas, berbagi konten yang sama secara online, dan mengadopsi tampilan offline yang sama dengan yang lain.”

- Facebook memperbarui cara pemeringkatan berita di News Feed platformnya. Perusahaan media sosial milik Mark Zuckerberg ini akan memprioritaskan laporan orisinal dengan penulis yang jelas. Menurut Vice President Global News Partnership Facebook Campbell Brown, langkah itu diambil karena berita orisinal memainkan peran penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat, mulai dari berita baru hingga laporan investigasi mendalam, serta berbagi kabar di saat krisis.

- Tim peneliti Disney bekerjasama dengan ETH Zurich menciptakan sebuah sistem face swap atau tukar wajah dengan metode neural networking. Sistem ini bisa menghasilkan output berupa video dengan resolusi tinggi. Menurut tim peneliti, temuan ini akan sangat bermanfaat bagi industri televisi dan film, di mana video resolusi tinggi adalah kunci utama untuk menghasilkan produk yang tampak sangat nyata. Saking nyatanya, penonton mungkin tak sadar bahwa sosok dalam video adalah hasil editan.

- Google mengumumkan kebijakan baru bahwa setelan default akan diatur secara otomatis untuk menghapus riwayat aktivitas pengguna setelah tersimpan selama 18 bulan. Sebenarnya, fitur hapus otomatis ini sudah tersedia sejak tahun lalu, namun pengguna diharuskan untuk mengaktifkannya secara manual. Di luar setelan default tersebut, Google juga menawarkan opsi untuk menghapus data lokasi setelah tiga bulan tersimpan. Namun, penghapusan ini tidak berlaku untuk produk seperti Gmail, Drive, dan Photos yang memang dirancang untuk menyimpan data.

- Microsoft menemukan kasus malware dan ransomware di dunia siber Indonesia sepanjang 2019 lebih tinggi ketimbang rata-rata kasus di kawasan Asia Pasifik pada periode yang sama. Menurut Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Haris Izmee, pada 28 Juni 2020, kasus malware yang tinggi ini sering kali berkorelasi dengan tingkat pembajakan dan keamanan dunia maya secara keseluruhan. “Yang mencakup patching dan pembaruan perangkat lunak secara berkala,” ujar Haris.

PERIKSA FAKTA SEPEKAN INI

Sejumlah foto yang diklaim sebagai foto-foto Front Pembela Islam (FPI) dan Barisan Serba Guna (Banser) NU saat menggeruduk kantor PDIP di Purwokerto, Jawa Tengah, beredar di Facebook. Dalam empat foto tersebut, memang terlihat sejumlah pria berpakaian dan berpeci putih serta berseragam loreng khas Banser. Dalam salah satu foto, mereka tampak berada di depan kantor PDIP yang bercat merah dengan spanduk yang memuat foto Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Foto-foto ini beredar setelah sebelumnya menyebar video pembakaran bendera berlogo palu arit dan bendera PDIP dalam demonstrasi yang menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Haluan Ideologi Pancasila (HIP) di depan gedung DPR pada 24 Juni 2020.

Berdasarkan penelusuran Tim CekFakta Tempo, keempat foto itu bukanlah foto-foto FPI dan Banser yang menggeruduk kantor PDIP setelah adanya demonstrasi yang menolak RUU HIP pada 24 Juni lalu. Foto-foto itu merupakan foto-foto saat Banser dan FPI menggeruduk kantor PDIP Banyumas pada 26 Juni 2018. Mereka memprotes tindakan pengurus PDIP Banyumas yang melaporkan sejumlah kiai karena diduga melakukan politik uang berupa pembagian berkat.

Selain artikel di atas, kami juga melakukan pemeriksaan fakta terhadap beberapa hoaks yang beredar. Buka tautan ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Adu Peluang Kamala Harris dan Donald Trump di Debat Capres AS Pertama

1 jam lalu

Wakil Presiden AS dan calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris dan pasangannya yang baru terpilih sebagai wakil presiden Gubernur Minnesota Tim Walz naik panggung saat kampanye di Philadelphia, Pennsylvania, AS, 6 Agustus 2024. REUTERS/Kevin Lamarque
Adu Peluang Kamala Harris dan Donald Trump di Debat Capres AS Pertama

Sebelum Debat Capres AS hari ini, menurut survei terbaru dari RealClearPolitics, Harris dan Trump bersaing ketat di beberapa negara bagian penting,


Begini Cara Meta Akan Bikin WhatsApp dan Messenger Bisa Saling Chat

3 jam lalu

Tampilan di Whatsapp dan Messenger untuk kemampuan keduanya untuk bisa saling bertukar pesan. Dok.Meta
Begini Cara Meta Akan Bikin WhatsApp dan Messenger Bisa Saling Chat

Meta mengumumkan terobosan itu, membuat WhatsApp dan Messenger yang bersifat interoperabel, mengikuti ketentuan Digital Market Act di Uni Eropa.


1.000 Tayangan Reels Facebook Berapa Rupiah? Ini Informasinya

4 jam lalu

Cara download video Facebook di HP bisa dilakukan dengan mudah tanpa aplikasi. Anda hanya tinggal mengcopy tautan video Facebook.  Foto: Canva
1.000 Tayangan Reels Facebook Berapa Rupiah? Ini Informasinya

Bagi seorang konten kreator, penting mengetahui 1.000 tayangan reels FB berapa rupiah. Hal ini bisa menjadi panduan untuk membuat konten yang bagus.


Kamala Harris dan Trump akan Berhadapan dalam Debat Pertama di Pennsylvania

8 jam lalu

Kamala Harris dan Donald Trump. FOTO/Erin Schaff/Pool via REUTERS dan REUTERS/Mike Segar
Kamala Harris dan Trump akan Berhadapan dalam Debat Pertama di Pennsylvania

Capres AS dari Demokrat, Kamala Harris, akan berhadapand engan Donald Trump dari Republik dalam debat pertama di Pennsylvania pada Selasa 10 September


Begini Kedekatan Donald Trump dan Elon Musk Hingga Janjikan Jabatan Penting

14 jam lalu

Donald Trump dan Elon Musk. REUTERS
Begini Kedekatan Donald Trump dan Elon Musk Hingga Janjikan Jabatan Penting

Calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump menjanjikan jabatan penting untuk diisi oleh Elon Musk jika ia memenangkan Pilpres AS 2024.


Jelang Debat Perdana, Kamala Harris dan Donald Trump Bicara Soal Kebijakan Ekonomi

14 jam lalu

Jajak Pendapat Pilpres AS, Kamala Harris atau Donald Trump yang Lebih Unggul?
Jelang Debat Perdana, Kamala Harris dan Donald Trump Bicara Soal Kebijakan Ekonomi

Menjelang debat perdananya, Kamala Harris dan Donald Trump saling membicarakan kebijakan ekonomi yang akan mereka terapkan jika terpilih.


Besok Debat Perdana Kamala Harris vs Donald Trump, Simak Aturannya

22 jam lalu

Kamala Harris dan Donald Trump. FOTO/Erin Schaff/Pool via REUTERS dan REUTERS/Mike Segar
Besok Debat Perdana Kamala Harris vs Donald Trump, Simak Aturannya

Debat perdana mantan Presiden Donald Trump dan Wakil Presiden Kamala Harris sebagai capres Amerika Serikat akan digelar esok Selasa, 10 September 2024


Mahasiswa Termuda di UNY Tahun Ini dari SMK, Masuk Fakultas Ekonomi

1 hari lalu

Novi Putri Rachmawati tercatat sebagai mahasiswa termuda dalam PKKMB UNY tahun 2024. Foto : UNY
Mahasiswa Termuda di UNY Tahun Ini dari SMK, Masuk Fakultas Ekonomi

Novi Putri Rachmawati menjadi mahasiswi termuda Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) setelah dirinya lolos SNBT 2024. Sebelumnya hanya kagumi di TikTok


Terkini: Jokowi akan Reshuffle Menteri lagi, Sri Mulyani Didesak Keluarkan Aturan Antidumping Keramik Cina

1 hari lalu

Presiden Jokowi mengunjungi Pasar Soponyono di kawasan Rungkut Asri Utara, Surabaya pada Jumat 6 September 2024. TEMPO/Hanaa Septiana
Terkini: Jokowi akan Reshuffle Menteri lagi, Sri Mulyani Didesak Keluarkan Aturan Antidumping Keramik Cina

Terkini: Jokowi akan kembali melakukan reshuffle menteri menjelang akhir jabatan. Sri Mulyani didesak keluarkan aturan antidumping keramik Cina.


Tim Kampanye Donald Trump Cari Cara Menangkan Suara dari Kalangan Kulit Hitam

1 hari lalu

Kamala Harris dan Donald Trump. FOTO/Erin Schaff/Pool via REUTERS dan REUTERS/Mike Segar
Tim Kampanye Donald Trump Cari Cara Menangkan Suara dari Kalangan Kulit Hitam

Donald Trump disarankan membeberkan apa yang sudah dilakukannya untuk masyarakat dan perubahan apa yang disorongkannya dalam pilpres 2024.