CekFakta #273 Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi"

Jumat, 16 Agustus 2024 20:37 WIB

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Di era ekonomi yang masih sulit, beragam siasat dilakukan para pelaku online scam alias penipuan daring dalam mencari mangsa. Ada yang bernama “investasi”, “kemitraan”, “undian berhadiah”, maupun “menyelesaikan misi”.

Anda mungkin percaya diri bisa menghindari penipuan semacam itu. Namun, tak jarang kerabat, saudara, orang tua, dan orang-orang di sekitar kita yang lengah lantaran tergiur janji palsu si penipu. Mari kenali apa saja ragam modusnya, agar selamat dari perangkap para penjahat.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Advertising
Advertising

Prebunking Series (61)

Hati-hati Penipuan Berkedok "Menyelesaikan Misi" Lewat Like dan Subscribe!

Di situasi ekonomi yang terbilang masih sulit ini, siapa yang tidak tergiur dengan tawaran penghasilan tambahan yang mudah? Sayangnya, banyak di antara kita yang menjadi korban penipuan online berkedok “menyelesaikan misi”. Ada pula yang menyebutnya sebagai “investasi”, “kemitraan”, atau “kerja paruh waktu dari rumah” alias Work from Home.

Modus penipuan model ini semakin marak dan semakin banyak memakan korban. Dengan iming-iming keuntungan besar dan proses yang terkesan sederhana, para pelaku berhasil mengelabui masyarakat dari berbagai kalangan, hingga mengalami kerugian finansial bahkan mental.

Misalnya penipuan berkedok pekerjaan online freelance yang dialami Mela ini. Si penipu mengaku mengetahui nomornya dari situs pencari kerja, yang memang kerap ia akses untuk mencari pekerjaan. Pekerjaan paruh waktu yang ditawarkan terkesan cukup mudah, yakni cukup follow dan like akun Instagram beberapa merchant perusahaan. Imbalan setiap satu misi ialah fee sekitar Rp 40 ribu-Rp 288 ribu/task.

Ada pula yang meminta “like” dan “subscribe” untuk mendongkrak brand tertentu. Kisah Hanaa, contohnya, yang memang baru saja membeli produk perawatan kulit lokal ternama, Somethinc Beauty Haul. Penipu menggunakan jenama ini dan mendorong korban-korbannya untuk mentransfer uang patungan dengan dalih agar website produk semakin ramai transaksi.

Para pelaku kejahatan siber biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan psikologis kita untuk memanipulasi dan merayu korbannya. Setidaknya ada 5 trik psikologis yang dilancarkan para penipu.

Pertama, trik merekayasa sosial (Social Engineering). Ini dilakukan ketika mereka mengumpulkan informasi atau data pribadi tentang kita, seperti merek (brand) skincare dan bank. Penipu menyamar sebagai pihak yang kita percaya, lalu memunculkan rasa ingin tahu dengan menawarkan sesuatu yang membuat kita penasaran. Tak hanya penasaran, kita dibuat untuk takut kehilangan “kesempatan yang langka” itu, sehingga penipu menciptakan rasa urgensi untuk segera mentransfer uang atau bertindak tanpa berpikir panjang.

Kedua, trik memanipulasi emosi. Penipu seringkali menciptakan cerita yang menyentuh hati atau menyedihkan untuk membangkitkan rasa empati korban. Termasuk menciptakan rasa takut akan konsekuensi jika tidak mengikuti instruksi mereka. Contohnya, kasus penipuan yang menimpa J di Jakarta ini. Penipu menghubungi korban sembari mengaku sebagai teman anaknya. Pelaku mendesak meminta bantuan uang, diiringi iming-iming siap memberikan rumah serta ruko kepada korban. Tak cukup mendesak, ia juga mengancam bakal bunuh diri jika permintaannya tak dituruti saat minta bantuan ke J. Dari sini kita harus waspada, penipu kerap mencampur adukkan beragam emosi kita: rasa iba, ketakutan, urgensi, bahkan keserakahan di saat terdesak.

Ketiga, prinsip timbal balik (Reciprocity). Para penjahat ini kerap memberikan sesuatu yang bernilai kecil kepada korban terlebih dahulu, seperti informasi atau sampel produk gratis. Hal ini membuat korban merasa berkewajiban untuk membalas budi. Asosiasi e-Commerce Indonesia mewanti-wanti, modus ini marak di tengah masyarakat dengan cara tiba-tiba mengirimkan kita produk secara cuma-cuma, seperti gelas, mug, tumbler, atau barang lain ke alamat korban. Korban lalu dihubungi via Whatsapp dan telepon, dengan modus bertanya apakah paket sudah diterima. Berikutnya, kita akan diarahkan untuk bergabung ke Grup Whatsapp dalam rangka “review” produk yang sudah diterima. Grup tersebut kemungkinan besar mengandung modus-modus penipuan lainnya, seperti link/file yang mengandung virus berbahaya, dan masih banyak modus lainnya.

Keempat, prinsip kelangkaan (Scarcity). Tukang tipu biasanya bakal bilang bahwa penawaran mereka terbatas atau hanya berlaku untuk waktu yang singkat. Lagi-lagi ini trik untuk menciptakan rasa urgensi dan mendorong kita untuk segera bertindak.

Kelima, prinsip otoritas (Authority). Agar tampak meyakinkan, penipu menyamar sebagai ahli di bidang tertentu untuk meyakinkan korban akan kredibilitas mereka. Mulai dari mencatut logo, sertifikat, atau gelar untuk memperkuat citra otoritas mereka.

Nah, rahasia trik-trik para penipu jagat maya ini jangan sampai berhenti di Anda. Segera beritahu orang-orang terdekat agar tak terjerat, ya!

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Nomor WhatsApp Pendaftaran Bantuan Dana Rp150 Juta untuk Pekerja Migran?

Sebuah narasi beredar di WhatsApp dan akun Facebook yang mengatakan pemerintah sedang melaksanakan program bantuan dana melalui nomor WhatsApp untuk pekerja migran sebesar Rp150 juta per orang.

| Hasil Pemeriksaan Fakta

Dilansir keterangan di website BP2MI, narasi yang mengatakan adanya bantuan untuk pekerja migran sebesar Rp150 juta per orang, dengan mencatut nama Yoga Pratama, adalah hoaks.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Hamas Merampas Bantuan Kemanusian untuk Gaza?

Video dengan durasi 49 detik memperlihatkan sebuah kendaraan truk berjalan dengan kecepatan tinggi dikawal beberapa orang bersenjata diklaim merupakan peristiwa Hamas merampas bantuan kemanusian untuk warga Gaza, Palestina beredar di media sosial Instagram.

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

WhatsApp Channel

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Berita terkait

Polda Banten Ungkap Penipuan Penggelapan Proyek Jas Almamater Kampus Rp. 45,47 Miliar

7 jam lalu

Polda Banten Ungkap Penipuan Penggelapan Proyek Jas Almamater Kampus Rp. 45,47 Miliar

Ditreskrimum Polda Banten menangkap TS, seorang karyawan swasta, tersangka tindak pidana penipuan dan penggelapan pengadaan jas almamater fiktif senilai Rp 45,74 Miliar

Baca Selengkapnya

Sanksi Aipda P Belum Ditentukan, Apa Hukuman Polisi Lakukan Pungli Menurut Aturan Polri dan KUHP?

1 hari lalu

Sanksi Aipda P Belum Ditentukan, Apa Hukuman Polisi Lakukan Pungli Menurut Aturan Polri dan KUHP?

Polda Metro Jaya belum menjatuhkan sanksi terhadap Aipda P yang diduga melakukan pungli di Samsat Bekasi. Ini aturan hukum berdasarkan KUHP.

Baca Selengkapnya

Polres Sukabumi Bongkar Modus Penipuan Penggandaan Uang

1 hari lalu

Polres Sukabumi Bongkar Modus Penipuan Penggandaan Uang

Korban penipuan diiming-imingi keuntungan sepuluh kali lipat setelah menjalankan ritual khusus.

Baca Selengkapnya

Bisa Diidentifikasi, Ini 5 Eror pada Gambar atau Foto Palsu Bangkitan AI

3 hari lalu

Bisa Diidentifikasi, Ini 5 Eror pada Gambar atau Foto Palsu Bangkitan AI

Sebuah studi oleh Google menemukan lonjakan pesat proporsi gambar-gambar bangkitan AI dalam klaim-klaim cek-fakta hoax sejak awal 2023 lalu.

Baca Selengkapnya

CekFakta #277 Mewaspadai Bahaya AI di Tangan Ekstremis dan Teroris

4 hari lalu

CekFakta #277 Mewaspadai Bahaya AI di Tangan Ekstremis dan Teroris

Mewaspadai Bahaya AI di Tangan Ekstremis dan Teroris

Baca Selengkapnya

Seorang Polisi Diduga Menipu Makmurdin, Janjikan Jadi Teknisi PT KAI Asal Serahkan Rp 50 Juta

4 hari lalu

Seorang Polisi Diduga Menipu Makmurdin, Janjikan Jadi Teknisi PT KAI Asal Serahkan Rp 50 Juta

Seorang polisi berpangkar bripda diduga menipu Makmurdin Muslim. Pria 27 tahun itu kehilangan Rp 50 juta, dan tak jadi pegawai PT KAI.

Baca Selengkapnya

Kisah Pendukung Timnas Indonesia Tertipu Calo Tiket

6 hari lalu

Kisah Pendukung Timnas Indonesia Tertipu Calo Tiket

Ardiansyah kehilangan Rp 600 ribu karena tertipu calo tiket pertandingan Timnas Indonesia vs Australia

Baca Selengkapnya

Anak SMP Diduga Menjadi Korban Penipuan, Motor Raib Diganti Map Kosong

7 hari lalu

Anak SMP Diduga Menjadi Korban Penipuan, Motor Raib Diganti Map Kosong

Warga Pondok Aren mengatakan, anak itu menangis histeris di jalanan setelah sepeda motornya hilang dibawa pelaku penipuan.

Baca Selengkapnya

Polisi Gadungan Kuras Warisan Taruna Akmil di Depok Dituntut 2,8 Tahun Penjara

7 hari lalu

Polisi Gadungan Kuras Warisan Taruna Akmil di Depok Dituntut 2,8 Tahun Penjara

Yoga si polisi gadungan dipercaya untuk menjaga harta warisan selama korban menempuh pendidikan di Akmil Magelang

Baca Selengkapnya

Ingin Bepergian? Waspadai 6 Tanda Ini agar Tak Jadi Korban Penipuan

11 hari lalu

Ingin Bepergian? Waspadai 6 Tanda Ini agar Tak Jadi Korban Penipuan

Penting untuk sangat berhati-hati saat ingin liburan dan bepergian. Untuk menghindari penipuan, berikut saran pakar apa saja yang perlu diwaspadai.

Baca Selengkapnya