Ritual Thudong Biku Buddha demi Perayaan Waisak di Candi Borobudur
Reporter
Hotma Radja Siregar
Editor
Hotma Radja Siregar
Jumat, 9 Juni 2023 18:35 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dari Thailand Selatan, sebanyak 32 dari 54 bikhu Buddha atau bhante menapaki jalan ribuan kilometer menuju Candi Borobudur di Jawa Tengah. Dalam ritual thudong atau berjalan kaki ini, mereka memulainya pada 23 Maret menuju Malaysia.
Saat itu, rombongan thudong berjumlah 54 banthe yang berasal dari Thailand, Malaysia, India, Nepal, Myanmar, dan Indonesia. Selama 10 hari perjalanan, banyak banthe yang mengundurkan diri. Cuaca dan suhu udara yang tinggi, bahkan hingga 41 derajat Celsius, menjadi hambatan. Mereka menyusuri jalan melalui pantai selatan hingga ke Malaka.
Para bhante Thailand pernah melakukan thudong sampai ke India, bahkan hingga wilayah Timur Tengah. Tapi belum ada catatan para bhante menjalani thudong dengan menyusuri jalan-jalan di Indonesia.
Kisah para banthe menjalani ritual thudong dari Thailand hingga ke Candi Borobudur kami sajikan dalam rubrik Selingan. Kami mengikuti mereka ketika tiba di Indonesia. Mereka hendak merayakan Hari Suci Waisak di Borobudur.
Anda juga bisa membaca artikel menarik lainnya, seperti ulasan pameran tunggal perupa Nindityo Adipurnomo di rubrik Seni. Nindityo menjadikan limbah masker sebagai medium dalam karya-karyanya. Selamat membaca.
Nurdin Kalim
Redaktur Utama
SELINGAN
Perjalanan Suci Para Banthe
Sebanyak 32 bhante berhasil menjalani ritual thudong (berjalan ribuan kilometer) dari Thailand ke Candi Borobudur. Disambut meriah sepanjang perjalanan.
Banthe Thudong dan Waisak di Borobudur
Setiba di Magelang, para bhante bersiap memperingati Waisak di Candi Borobudur. Mendapat sejumlah keistimewaan.
SENI
Nindityo dan Sampah Masker
Pameran tunggal seniman Nindityo Adipurnomo. Menjadikan limbah masker medium baru dalam berkarya. Lewat masker, ia ingin mengutarakan banyak permasalahan sosial.
MARGINALIA
Spiritualitas Sekuler
Kini sedang menjamur spiritualitas sekuler. Apa itu?
BAHASA
Merujak
Istilah merujak kini meluas tak sekadar memakan atau membuat rujak. Tepatkah secara bahasa?
INTERNASIONAL
Penindasan Kebebasan Beragama di Korea Utara