Cekfakta #210 Bagaimana Hoaks Menyebar Saat Pemilu?

Sabtu, 3 Juni 2023 00:13 WIB

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Berbagai hoaks yang beredar pada Pemilu 2019 diduga disebar secara sistematis. Menurut Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), hal itu dilakukan untuk mendelegitimasi proses dan hasil pemilu. Masyarakat dibikin tidak mempercayai pemilu itu sendiri.

Lantas, bagaimana aktor-aktor produsen hoaks menjalankan polanya, agar kita bisa mengantisipasi saat Pemilu 2024 nanti?

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Advertising
Advertising

Prebunking Series (27)
Bagaimana Hoaks Menyebar Saat Pemilu?

Hoaks selalu beredar pada momen-momen penting, tak terkecuali Pemilihan Umum. Namun, ia juga berubah dari satu Pemilu ke Pemilu berikutnya. Perbedaan tujuan penyebarannya, misalnya, terlihat antara Pemilu 2014 dan Pemilu 2019.

Dikutip dari buku “Gangguan Informasi, Pemilu, dan Demokrasi”, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khoirunnisa Nur Agustyati, mengatakan bahwa penyebaran disinformasi pada Pemilu 2014 bertujuan untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap kandidat tertentu. Termasuk menyerang kandidat tertentu dan berfokus menjatuhkan antarkandidat.

Sementara pada Pemilu 2019, sejumlah kasus hoaks menunjukkan adanya intensi mengubah kepercayaan publik serta menyerang penyelenggara pemilu. Ini berdampak pada menurunnya kepercayaan publik terhadap penyelenggara pemilu.

Secara umum, gangguan informasi pemilu sengaja diproduksi oleh sekelompok aktor jahat dan mengaitkannya dengan kandidat tertentu. Konten tersebut disebarkan melalui platform media sosial, dengan tujuan agar turut disebarkan ke aplikasi perpesanan. Jika konten sudah menyebar, si produsen pertama akan menghapus akunnya.

Baca juga: Hoaks Disebar Secara Sistematis

Nah, salah satu hoaks pemilu paling menggemparkan ialah kasus Ratna Sarumpaet. Menjelang Pemilu 2019, Ratna mengaku dianiaya tiga orang tidak dikenal di Bandung hingga mengalami lebam pada bagian wajah. Ia lalu mengirimkan pesan kepada 9 politisi ternama dan tertipu dengan pengakuannya.

Hoaks menyebar tak terkendali, lantaran para politisi itu bereaksi melalui akun media sosialnya dengan mengaitkannya dengan politik jelang pemilu. Bahkan memberikan pernyataan terbuka melalui konferensi pers dan mendesak pengusutan dugaan penganiayaan Ratna Sarumpaet. Padahal faktanya, luka lebam tersebut Ratna dapatkan dari operasi pada bagian wajah di sebuah klinik kecantikan.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Dokter Asal Cina Diselundupkan ke Pelabuhan-pelabuhan Indonesia untuk Pembunuhan Massal?

Sebuah tautan unggahan di Instagram beredar di aplikasi perpesanan WhatsApp yang berisi foto yang diklaim sebagai dokter asal Cina yang diselundupkan melalui pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.

| Hasil Pemeriksaan fakta

Tempo menggunakan layanan reverse image search dari mesin pencari Google dan Yandex, lalu menemukan video yang sama diunggah sejumlah akun di media sosial tanpa keterangan yang memadai.Tempo juga mengonfirmasi klaim yang beredar di WhatsApp itu pada Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Skenario Pandemi Covid-19 Dibuat Pada 2010?

Sebuah akun Instagram mengunggah potongan video dengan klaim bahwa pandemi Covid-19 dirancang sejak 2010, sedangkan COVID-19 adalah kependekan dari certification of vaccine, identification, digital, artificial, intelligence.

Akun ini juga memberi keterangan bahwa pandemi hanya dibuat-buat, bahkan skenario dari pandemi ini sudah ada sejak tahun 2010 dari kajian beberapa universitas yang didanai Elit Global, Rockefeller Foundation. Simulasi dari kajian tersebut persis sama dengan yang terjadi pada hari ini.

| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram



Berita terkait

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

1 hari lalu

Hakim MK Naik Pitam Komisioner KPU Absen di Sidang Pileg: Sejak Pilpres Enggak Serius

Hakim MK Arief Hidayat menegur komisioner KPU yang tak hadir dalam sidang PHPU Pileg Panel III. Arief menilai KPU tak menganggap serius sidang itu.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

2 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

4 hari lalu

Standard Chartered Perkiraan Pertumbuhan PDB Indonesia 2024 Menjadi 5,1 Persen

Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan produk domestik bruto atau PDB Indonesia tahun 2024 dari 5,2 persen menjadi 5,1 persen.

Baca Selengkapnya

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

7 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

7 hari lalu

Sri Mulyani: Anggaran Pemilu 2024 Belum Terbelanjakan Rp 12 Triliun

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masih ada Rp 12,3 triliun anggaran Pemilu 2024 yang belum terbelanjakan.

Baca Selengkapnya

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

7 hari lalu

Junimart Minta Seleksi Petugas Badan Adhoc Pilkada Dilakukan Terbuka

Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Junimart Girsang mengatakan, badan Adhoc Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), harus diseleksi lebih ketat dan terbuka untuk menghindari politik transaksional.

Baca Selengkapnya

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

7 hari lalu

Pakar Hukum Unand Beri Catatan Putusan MK, Termasuk Dissenting Opinion 3 Hakim Konstitusi

Pakar Hukum Universitas Andalas atau Unand memberikan tanggapan soal putusan MK dan dissenting opinion.

Baca Selengkapnya

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

8 hari lalu

Tim Joe Biden akan Terus Gunakan TikTok untuk Kampanye Walau Dilarang DPR

Tim kampanye Joe Biden berkata mereka tidak akan berhenti menggunakan TikTok, meski DPR AS baru mengesahkan RUU yang mungkin melarang penggunaan media sosial itu.

Baca Selengkapnya

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

12 hari lalu

Pemilu Rawan Politik Uang Kaesang Usulkan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup, Ini Bedanya dengan Proporsional Terbuka

Ketua Umum PSI yang juga putra Jokowi, Kaesang Pangarep usulkan pemilu selanjutnya dengan sistem proporsional tertutup karena marak politik uang.

Baca Selengkapnya

Menkominfo Ungkap Kesan Pertemuan Tim Cook Apple dan Prabowo

14 hari lalu

Menkominfo Ungkap Kesan Pertemuan Tim Cook Apple dan Prabowo

Budi Arie Setiadi mengatakan Tim Cook mengapresiasi hasil pemilu presiden Indonesia atas terpilihnya Prabowo.

Baca Selengkapnya