CekFakta #203 Akun Centang Biru Berbayar Sebar Hoaks, Masih Bisakah Dipercaya?

Jumat, 7 April 2023 16:55 WIB

Contoh keberadaan label centang abu-abu untuk menandakan sebuah akun di Twitter itu 'Official' atau 'Resmi' di luar akun yang berlangganan Twitter Blue atau centang biru. Foto : Twitter

Newsletter Cek Fakta Tempo #203 (CMS)

___________________________________________________________________________

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Pada media sosial, tanda centang biru identik dengan kredibilitas suatu akun. Tanda ini, awalnya, bisa kita temukan pada akun tokoh publik, selebriti, atau pejabat yang sudah melewati proses verifikasi.

Namun kini, siapapun bisa mendapatkan tanda centang biru hanya dengan membayar USD 8 atau sekitar Rp 120.000 per bulan. Analisis membuktikan hoaks menyebar lebih banyak melalui akun centang biru berbayar ini. Masih layakkah kita percaya?

Advertising
Advertising

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Akun Centang Biru Berbayar Sebar Hoaks, Masih Bisakah Dipercaya?

Sempat menuai protes warganet dan pakar, Twitter tetap memuluskan peluncuran lencana atau centang biru berlangganan. Selain Amerika Serikat, Twitter Blue ini sudah bisa dinikmati penggunanya di Brazil, India, dan Indonesia sebagai pangsa pasar terbesar mereka.Tak hanya Twitter, pada 17 Maret silam Meta juga mengumumkan layanan serupa, Meta Verified, bagi pengguna yang ingin mendapatkan verifikasi biru dengan cara membayar biaya langganan per bulan. Layanan ini masih dalam tahap uji coba di dua negara saja, yakni Australia dan Selandia Baru.

Sayangnya, kekhawatiran para pakar mengenai risiko centang biru berbayar menyebar hoaks ini mulai terbukti. NewsGuard menganalisis aktivitas 25 akun penyebar informasi salah yang “diverifikasi” oleh Twitter Blue antara 1 Maret dan 7 Maret 2023. Masing-masing dari 25 akun yang dianalisis oleh NewsGuard, punya setidaknya 50.000 pengikut dan berafiliasi dengan situs web yang kerap menyebarkan narasi bohong berdasarkan basis Misinformations Fingerprint milik NewsGuard.

Ke-25 akun itu secara kumulatif mengunggah 141 cuitan (tweet asli dan kutipan) yang berisi klaim palsu, menyesatkan, dan tidak berdasar. Sebagian besar dalam bahasa Inggris, beberapa juga mencuit dalam bahasa Prancis. Dampaknya pun terbilang masif, karena dilihat 27 juta kali oleh pengguna lain dan menerima lebih dari 760.000 suka dan retweet.

Hoaks yang paling umum disebarkan oleh akun centang biru berbayar itu adalah coronavirus disease 2019 (Covid-19). Misalnya, klaim bahwa vaksin Covid-19 berbahaya atau menyebabkan kematian massal, AIDS, stroke, lahir mati, atau cedera lainnya.

Topik hoaks lainnya adalah politik Amerika Serikat dan perang Rusia-Ukraina. Di antara 25 akun yang dianalisis oleh NewsGuard, ada akun The Grayzone (@TheGrayzoneNews), yang menyebarkan informasi palsu tentang perang Rusia-Ukraina dan serangan kimia Suriah.

Jika dahulu Anda biasa mengandalkan tanda lencana atau centang biru sebagai simbol keaslian dan kredibilitas seseorang, sekarang saatnya meningkatkan kehati-hatian. Bisa jadi, mereka sengaja memanfaatkan langganan berbayar untuk menebar kebohongan.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster Dicopot dari Jabatannya, Imbas Gagalnya Piala Dunia U-20?

Sebuah laman Facebook mengunggah video dengan narasi Ganjar Pranowo dan I Wayan Koster dicopot dari jabatannya karena menggagalkan Piala Dunia U-20. Video yang sama diunggah pula ke YouTube. Video ini berisi narasi bahwa Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali, I Wayan Koster jadi target amukan netizen. Mereka dianggap sebagai penghancur mimpi anak-anak muda Indonesia yang ingin berkarir di dunia sepak bola internasional.

| Hasil Pemeriksaan fakta

Tempo melakukan verifikasi terhadap narasi dan video tersebut dengan menggunakan Fake News Debunker by Invid, Google Image, Yandex Images, Google Translate dan pemberitaan media-media kredibel.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Mahfud MD Nonaktifkan 72 Anggota DPR?

Sebuah akun Facebook membagikan video dengan klaim Mahfud MD menonaktifkan 72 anggota DPR. Video serupa juga diunggah oleh akun YouTube ini. Dalam konten video itu tampak Menteri Koordinator Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menko Polhukam), Mahfud MD dan Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati serta sejumlah anggota legislatif. Kemudian narator video mengatakan, “Mahfud MD pernah pecat 72 anggota DPR. Pantesan saja dia gak kenal takut hajar keras DPR saat rapat dengar pendapat. Gaspol pak Menkopolhukam.”

| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Berita terkait

Indonesia Kaji Penerapan Publisher Rights Australia

1 hari lalu

Indonesia Kaji Penerapan Publisher Rights Australia

Indonesia berencana mempelajari penerapan aturan Publisher Rights dari Australia yang telah lebih dulu melakukannya.

Baca Selengkapnya

Threads Menguji Fitur Mengarsipkan Unggahan Otomatis

8 hari lalu

Threads Menguji Fitur Mengarsipkan Unggahan Otomatis

Threads menguji fitur baru yang memungkinkan pengguna mengarsipkan unggahan secara manual maupun otomatis ketika diatur dalam jangka waktu tertentu

Baca Selengkapnya

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

8 hari lalu

Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

Jauh sebelum wacana kereta cepat Jakarta-Surabaya, ada komikus yang pernah sindir Indonesia lebih pilih Cina dari pada Jepang.

Baca Selengkapnya

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

10 hari lalu

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

Chatbot Meta AI dapat melakukan sejumlah tugas seperti percakapan teks, memberi informasi terbaru dari internet, menghubungkan sumber, hingga menghasilkan gambar dari perintah teks.

Baca Selengkapnya

Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model AI Kecil dengan Kemampuan Besar

10 hari lalu

Microsoft Rilis Phi-3 Mini, Model AI Kecil dengan Kemampuan Besar

Microsoft luncurkan model bahasa AI kecil, Phi-3 Kemampuannya setara dengan teknologi pintar yang dilatih penuh.

Baca Selengkapnya

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

11 hari lalu

PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.

Baca Selengkapnya

WhatsApp Kembangkan Fitur Kelola Jadwal, Tidak Ada Lagi Alasan Lupa

12 hari lalu

WhatsApp Kembangkan Fitur Kelola Jadwal, Tidak Ada Lagi Alasan Lupa

Fitur terbaru WhatsApp memudahkan pengguna untuk mengatur pengingat jadwal via grup.

Baca Selengkapnya

Elon Musk Usulkan Biaya Langgan bagi Pengguna X Baru, Ini Alasannya

19 hari lalu

Elon Musk Usulkan Biaya Langgan bagi Pengguna X Baru, Ini Alasannya

Elon Musk, CEO platform media sosial X, pada Senin mengusulkan biaya langganan bagi pengguna baru

Baca Selengkapnya

Meta Pasang Chatbot AI di Instagram, Bisa Diajak Membahas Ide Reels

19 hari lalu

Meta Pasang Chatbot AI di Instagram, Bisa Diajak Membahas Ide Reels

Meta menguji coba fitur chatbot AI pada Instagram. Fungsinya identik dengan ChatGPT, namun terdapat sejumlah penyesuaian. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Syarat Pengguna WhatsApp di Eropa Diturunkan Kembali ke Usia 13 Tahun

21 hari lalu

Syarat Pengguna WhatsApp di Eropa Diturunkan Kembali ke Usia 13 Tahun

WhatsApp menyatakan perubahan untuk menyeragamkan syarat usia pengguna di kawasan lain. Bagaimana dengan kepentingan perlindungan anak-anak?

Baca Selengkapnya