CekFakta #168 Fakta-fakta Penting Cacar Monyet

Minggu, 7 Agustus 2022 22:36 WIB

Ilustrasi Cacar Monyet. shutterstockcom

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Usai ditetapkan status kedaruratannya oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di Indonesia cacar monyet banyak dijadikan pembicaraan. Bahkan mis/disinformasi terkait penyakit ini terus bertambah dan tumbuh subur di media sosial.

Dalam nawala ini, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap berbagai klaim tadi di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini, aneka klaim yang beredar memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Advertising
Advertising

Fakta-fakta Penting Cacar Monyet

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan global. Hanya dalam waktu dua bulan, telah mencatat lebih dari 16.000 kasus di 75 negara non-endemik. Dua pertiga dari jumlah tersebut dilaporkan di wilayah Eropa.

Imbauan resmi WHO bagi mereka yang tertular cacar monyet.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan baru-baru ini menyatakan, terdapat seorang warga di Kabupaten Pati, Jawa Tengah yang terdeteksi suspek cacar monyet dan kini tengah menjalani isolasi di rumah sakit setempat. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yunita Dyah Suminar mengkonfirmasi bahwa pasien tersebut mengalami gejala demam, bercak merah di kulit, dan pusing, tanpa memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri.

Sebelumnya di Jawa Tengah, seorang pasien sempat berstatus memiliki gejala cacar monyet. Namun setelah menjalani tes polymerase chain reaction (PCR), dinyatakan negatif cacar monyet.

Ketua Satuan Tugas Covid-19 (coronavirus disease 2019) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengingatkan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit ini. Kemungkinan besar, kata dia, penyakit cacar monyet sudah masuk ke Indonesia tetapi belum terdeteksi. Meskipun demikian, ia meminta masyarakat tidak perlu khawatir terhadap penyebaran penyakit cacar monyet karena memiliki tingkat fatalitas yang rendah.

Berikut beberapa fakta penting bagi Anda agar terhindar dari dis/misinformasi yang beredar mengenai cacar monyet:

  1. Monkeypox berbeda dengan cacar dan cacar air

Infeksi cacar monyet jauh berbeda dari cacar (smallpox) maupun cacar air (varicella). Meskipun gejalanya mirip dengan yang terlihat pada cacar, mereka berbeda secara klinis.

Cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox, anggota genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Ini merupakan virus DNA untai ganda berselubung yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus dari famili Poxviridae.

Masa inkubasi virus monkeypox dapat berkisar antara 5-21 hari dengan karakter infeksi berupa kelenjar getah bening membengkak. Inang hewan cacar monyet adalah pengerat dan primata. Tupai juga diduga sebagai inang potensial virus. Ini dapat menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang yang sehat melalui sekresi pernapasan, lesi kulit, atau benda yang terkontaminasi. Ada beberapa gejala khas cacar monyet.

“Ruam dan pembesaran kelenjar getah bening di beberapa area tubuh adalah dua gejala utama yang membedakan infeksi virus ini dari yang lain,” kata Dr. Rajiv Dang, direktur senior dan HOD di Rumah Sakit Max, Gurugram.

Beberapa di antaranya ialah demam, sakit kepala, nyeri otot, menggigil, sakit punggung, kelelahan, dan beberapa gejala lain dari infeksi ini. Beberapa pasien juga dapat mengalami batuk, mual, dan sesak napas.

“Meskipun mungkin ada lebih banyak gejala yang muncul dari infeksi ini, sampai sekarang gejala-gejala ini kita ketahui yang telah terlihat pada empat kasus yang dikonfirmasi di negara yang menderita cacar monyet," tambahnya.

  1. Cacar monyet bukan penyakit infeksi menular seksual

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (Perdoski) menyampaikan bahwa cacar monyet atau monkeypox tidak masuk dalam kelompok infeksi menular seksual. Walaupun kasusnya banyak terjadi pada populasi pasangan sejenis, WHO menekankan bahwa risiko cacar monyet tidak terbatas pada pria yang berhubungan seks dengan pria. Siapa pun yang memiliki kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi, memiliki risiko tertular yang sama.

Ketua Satgas Monkeypox PB IDI, Hanny Nilasari menambahkan infeksi cacar monyet tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok pasangan sejenis atau karena hubungan seksual.

“Memang banyak dilaporkan beberapa kasus pada populasi khusus, seperti gay, lesbian dan juga HIV. Itu dilaporkan populasi yang cukup banyak terkena dampak dari monkeypox ini,” ujarnya.

Namun, di Inggris, pria gay dan biseksual menjadi kelompok berisiko tinggi tertular virus cacar monyet. Untuk itu, dilansir BBC, otoritas kesehatan di Inggris dan Prancis mendorong vaksinasi untuk mencegah meluasnya cacar monyet, terutama kepada kelompok berisiko tinggi yakni pada laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki lain, orang trans yang memiliki banyak pasangan seksual, termasuk bagi orang-orang yang terlibat atau bekerja di prostitusi.

Meski begitu, masih banyak salah paham yang menimbulkan klaim-klaim sesat terkait hal ini. Tim Cek Fakta Tempo menuliskan artikel membahas topik ini di sini.

  1. Pentingnya menerapkan pola hidup bersih dan sehat

Hanny Nilasari mengimbau, masyarakat untuk selalu menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) demi mengurangi risiko penularan penyakit menular seperti cacar monyet, yang kini melanda dunia.

“Secara umum PHBS adalah sesuatu hal yang mesti kita lakukan bersama-sama untuk mencegah penyakit ini,” ujarnya. Menggunakan masker dan menjaga kebersihan tangan juga dinilai relevan sebagai bentuk disiplin protokol kesehatan.

Khusus agar terhindar dari infeksi virus cacar monyet, Hanny mengimbau untuk menghindari kontak langsung dengan hewan penularnya, seperti hewan pengerat, marsupial, primata nonmanusia, baik mati atau hidup. Termasuk jika mengalami ruam disertai demam atau gejala klinis dicurigai infeksi cacar monyet, segera hubungi fasilitas pelayanan kesehatan setempat.

“Masyarakat diimbau secara sukarela memberikan informasi yang jujur apabila mengalami gejala monkeypox ataupun memiliki kontak dengan pasien monkeypox,” tuturnya.

Ia meminta masyarakat tetap waspada mengingat virus cacar monyet sedang melanda dunia. Hingga hari ini, terdapat lebih dari 70 negara yang melaporkan kejadian cacar monyet di seluruh dunia dengan total konfirmasi sebanyak 22.485 kasus.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Waktunya Trivia!

Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.

Samsung merilis sebuah fitur baru dengan harapan bisa mengatasi keresahan yang timbul setiap kali ponsel rusak dan harus diperbaiki orang lain. Fitur privasi itu dinamakan Repair Mode dan bekerja dengan cara membatasi akses si teknisi servis ke bagian penyimpanan ponsel. Fitur baru ini akan pertama-tama datang kepada ponsel seri Samsung Galaxy S21 di Korea Selatan melalui software update. Rencana adopsi di lebih banyak model dijanjikan di masa depan.

Samsung bekerja sama dengan iFixit, komunitas perbaikan online, meluncurkan layanan perbaikan sendiri. (Gizmochina)

Pemblokiran situs distribusi game digital global Steam oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dinilai bisa berdampak buruk bagi pengembang game. Bagi studio Digital Happiness di Bandung misalnya, upaya pengembangan pasar game di dalam negeri bisa terhambat karena langkah Kominfo tersebut. Steam mendapat sanksi diblokir Kementerian Kominfo per Sabtu, 29 Juli 2022. Langkah itu terkait aturan Penyelenggara Sistem Elektronik atau PSE Lingkup Privat—yang di dalam negeri juga menuai pro dan kontra.

Sebuah laporan baru dari Mozilla menyebutkan, fitur Private Click Management buatan Apple Masih dapat Dijebol oleh Pelacakan Lintas Situs. Dalam laporan ini, Mozilla juga mengukur alternatif periklanan web “Private Click Management” Apple dan menemukan bagian “privasi” yang diinginkannya. Tindakan privasi iOS dan Safari sesungguhnya dimaksudkan untuk memungkinkan penayangan iklan bertarget tanpa pengguna pelacakan lintas situs biasa, tetapi hanya sedikit struktur yang benar-benar mencegah pelanggaran privasi ini.

WHO singkirkan hoax terkait hubungan cacar monyet dengan seks gay. Organisasi Kesehatan Dunia itu menjelaskan, bahwa gay dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki laki memang memiliki risiko tertular cacar monyet. Tapi risiko tertular lewat hubungan seks bisa dialami siapapun. Bukan hanya kaum mereka. Sebelumnya, pernyataan WHO memicu banyak misinformasi yang dikaitkan dengan komunitas lesbian, gay, bisexual, transgender and queer (LGBTQ). WHO dalam pernyataan sebelumnya mengatakan bahwa beberapa kasus cacar monyet dilaporkan di klinik kesehatan yang terletak di komunitas LGBTQ.

Periksa Fakta Sepekan Ini

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Berita terkait

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

4 jam lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

20 jam lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

1 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

5 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

14 hari lalu

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.

Baca Selengkapnya

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

15 hari lalu

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

Cacar monyet atau Mpox bukanlah penyakit yang berasal dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

23 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

26 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya