CekFakta #150 Mengenal varian Covid-19 "X Series"

Senin, 11 April 2022 08:00 WIB

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menilai laju evolusi dan risiko kemunculan varian baru virus corona, termasuk rekombinan, masih sangat tinggi. Sejak awal tahun 2022, diketahui sudah ada lebih dari 3 jenis varian rekombinan yang ditemukan yang dikenal dengan varian “X Series”.

Dalam nawala ini, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap sejumlah klaim di kanal Cek Fakta Tempo. Di antara berbagai isu, klaim yang mendominasi pekan ini masih klaim terkait konflik Rusia dan Ukraina.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo MediaLab

Advertising
Advertising

Mengenal varian Covid-19 “X Series”

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan bahwa varian rekombinan coronavirus disease (Covid-19) akan terus muncul. Salah satu yang menjadi perhatian WHO yakni Omicron XE, rekombinan atau gabungan dari Omicron BA.1 dan BA.2 yang 10 persen lebih menular dibandingkan Omicron mula-mula.

Para peneliti mendeteksi varian XE sebagai kombinasi dari varian Omicron BA.1 asli dan subvarian BA.2 tetapi memiliki tiga mutasi yang tidak ada dalam urutan induknya dan hanya ditemukan di Inggris. Varian ini diketahui sudah terdeteksi di Inggris, India dan Thailand.

Hingga Maret 2022, Health Security Agency (HSA) mengidentifikasi 637 kasus XE di Inggris dengan membandingkan sampel genom subvarian BA.2 dari Omicron, varian dominan di Inggris, dan menemukan bahwa 9,8 persen XE lebih mudah menular.

Takeshi Kasai. dok.WHO

“Virus ini akan terus bermutasi dan membuat lonjakan kasus Covid-19,” kata Direktur Regional Pasifik Barat WHO Takeshi Kasai.

Sementara di Thailand, lebih dari 99,8 persen infeksi Covid-19 berasal dari varian Omicron, dengan lebih dari 92 persen dari sub-varian BA.2. Selain varian XE, baru-baru ini pemerintah Thailand juga menemukan varian XJ. Varian XJ merupakan kombinasi lain dari varian BA.1 dan BA.2. Varian ini pertama kali terdeteksi di Finlandia.

Namun, otoritas kesehatan di Thailand masih membutuhkan informasi lebih lanjut untuk memastikannya. “Tetapi ini sangat mungkin menjadi rekombinan XJ,” ujar Direktur Jenderal Departemen Ilmu Kedokteran Supakit Sirilak dikutip dari Bangkok Post, Jumat, 8 April 2022.

Sebelumnya, WHO juga menetapkan rekombinan Delta dan Omicron sebagai varian XD. Varian XD pertama kali teridentifikasi di Prancis pada Januari 2022. Selain XD, Badan Keselamatan Kesehatan Inggris (UKHSA) telah mengidentifikasi varian XF, rekombinan Delta Inggris dan Omicron BA.1. Sedang XD, menurut UKHSA, merupakan rekombinan Delta dan Omicron BA.1.

WHO pun berharap setiap negara bisa mengantisipasi dan menyesuaikan penerapan strategi penanggulangan penyebaran virus ini. “Penerapan strategi pengambilan dan pengurutan sampel dari komunitas yang berkelanjutan, komprehensif, dan representatif, di samping pembagian data yang tepat waktu oleh negara anggota WHO, tetap penting untuk melacak dan memahami perilaku SARS-CoV-2,” kata WHO.

Riset Penulisan Cek Fakta

Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan jaringan Cek Fakta yang terdiri atas Aliansi Jurnalis Independen (AJI) serta Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) sedang melaksanakan riset penulisan Cek Fakta bekerjasama dengan tim akademisi dari Universitas Media Nusantara. Riset ini dilakukan dengan, salah satunya, mengadakan survei.

Tujuan dari survei ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang akurat serta input dari publik terkait dengan produk Cek Fakta, dari aspek format dan model distribusi. Hasil survei ini akan digunakan sebagai masukan perbaikan produk Cek Fakta agar publik membaca produk-produk cek fakta yang dihasilkan media jaringan Cek Fakta sebagai referensi melawan dis/misinformasi yang beredar di masyarakat.

Anda bisa berpartisipasi dengan mengisi survei di tautan berikut: Survei CekFakta

Waktunya Trivia!

Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.

WhatsApp merupakan salah satu aplikasi pesan yang banyak digunakan di Indonesia. Namun, sebagian pengguna WhatsApp pernah mengeluhkan bahwa nomor WhatsApp mereka diblokir oleh pihak WhatsApp. Pemblokiran ini sejatinya bukan tanpa alasan. Karena biasanya nomor yang diblokir dinilai melanggar ketentuan yang ada pada WhatsApp. Walaupun sudah diblokir, nomor-nomor tersebut bisa kembali dipulihkan dan digunakan kembali seperti biasa.

Fitur video calling di WhatsApp.techcrunch.com

Biden mengajukan tambahan anggaran untuk keamanan siber pada Tahun Anggaran 2022. Jika akhirnya disetujui oleh Kongres, permintaan tersebut akan menyisihkan $9,8 miliar dalam pendanaan keamanan siber sipil secara total. Jumlah itu menjadi tambahan untuk dibelanjakan oleh Departemen Pertahanan ketika tahun fiskal baru dimulai pada 1 Oktober. Sebagian besar pengeluaran ini akan digunakan untuk memperkuat keamanan siber mengingat serangkaian serangan selama 2021 menimbulkan potensi ancaman terhadap keamanan nasional. Ini termasuk pelanggaran SolarWinds serta serangan oleh penjahat ransomware oportunistik pada penyedia energi Colonial Pipeline dan pengepakan daging JBS.

Globant mengkonfirmasi pelanggaran data setelah peretas Lapsus$ mengklaim telah mencuri 70GB kode sumber dari perusahaan. Dalam pengajuan Komisi Sekuritas dan Pertukaran Amerika Serikat (SEC), perusahaan mengatakan telah mendeteksi akses resmi ke “bagian terbatas” dari repositori kodenya untuk “jumlah klien yang sangat terbatas”. Tangkapan layar yang dibagikan oleh grup peretas Lapsus$ menunjukkan bahwa kode sumber pelanggan yang bocor itu milik perusahaan seperti Apple dan Facebook, DHL, Fortune, CSpan, dan Arcserve.

Email Dewan Isle of Wight menyertakan lampiran dengan detail pribadi 90 keluarga di pulau itu. Email itu dikirim ke sekitar 80 orang tua dari siswa kelas 11 yang belajar di rumah pada hari Jumat. Dewan telah meminta maaf dan Kantor Komisaris Informasi (ICO) telah diberitahu tentang pelanggaran data yang terjadi tersebut. Dalam sebuah pernyataan, pihak berwenang mengatakan: “Dewan ingin meminta maaf kepada semua keluarga yang tercantum dalam dokumen yang dilampirkan secara tidak benar.”

Periksa Fakta Sepekan Ini

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial masih lebih beragam seperti pekan sebelumnya. Namun, klaim terkait konflik Rusia dan Ukraina masih mendominasi. Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

1 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

3 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

CekFakta #258 Energi Positif yang Palsu selama Pilpres 2024

3 hari lalu

CekFakta #258 Energi Positif yang Palsu selama Pilpres 2024

Toxic Positivity; Energi Positif yang Palsu selama Pilpres 2024

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

3 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

3 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

4 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

9 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

10 hari lalu

CekFakta #257 Hoaks Deepfake Menipu Konsumen dan Mengancam Bisnis

Deepfake, kini semakin mudah dibuat dan semakin sulit dikenali. Dampak yang ditimbulkan oleh penipuan deepfake pun, tidak main-main.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

10 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya