TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan Presiden Joko Widodo dengan Megawati Soekarnoputri kian memanas. Meski hadir dalam Rapat Kerja Nasional PDI Perjuangan di JiExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 29 September 2023, keduanya disebut tak akur. Para kader PDIP agaknya mencium ketidakharmonisan itu. Sampai-sampai Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengomentari para kader partainya yang tak bertepuk tangan saat Jokowi berpidato.
Megawati adalah Ketua Umum PDIP Perjuangan. Sementara Jokowi, seperti sering disebut Mega dalam pelbagai pidato, adalah petugas partainya. Dukung-mendukung calon presiden 2024 membuat hubungan keduanya kurang mesra. Jokowi, yang tak dilibatkan dalam pemilihan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden PDIP, semakin dekat dengan Prabowo Subianto, calon presiden Partai Gerindra.
Hubungan keduanya kian tak menentu ketika Partai Solidaritas Indonesia menggugat ambang batas usia calon presiden. PSI ingin Mahkamah Konstitusi merevisi usia minimal menjadi calon presiden dan wakil presiden dari 40 tahun menjadi 35. Tujuannya membuka peluang Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Jokowi, bisa masuk bursa calon wakil presiden.
Megawati Soekarnoputri kabarnya mendengar manuver itu untuk menduetkan Prabowo dengan Gibran. Setelah Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar keluar dari koalisi pendukung Prabowo, kursi calon wakil presiden menjadi rebutan Partai Golkar dan PAN. Belakangan, Menteri BUMN Erick Thohir ikut memperebutkannya. Ia maju dengan dukungan Jokowi.
Nama Gibran kemudian mencuat sebagai jalan tengah rebutan partai-partai. Tapi ia terganjal batas usia minimal sebagai calon presiden. Maka PSI, yang selalu mencitrakan diri pendukung Jokowi, menggugatnya. Belakangan ada juga dua anak sohib Jokowi yang turut menggugat UU Pemilu itu ke Mahkamah Konstitusi.
Hubungan Jokowi dan PDIP serta Megawati Soekarnoputri kian panas ketika Kaesang Pangarep, adik Gibran, menjadi Ketua PSI setelah dua hari menjadi anggota partai ini. Para politikus PDIP menduga Kaesang akan membawa partai itu mendukung Prabowo—sebagai deklarasi dukungan awal partai ini, meski kemudian dibatalkan.
Dinamika politik terakhir ini membuat tim pemenangan Ganjar tak lagi berharap kepada Jokowi yang didukung oleh organisasi relawan. Meski begitu, sesungguhnya Jokowi masih galau menentukan pilihan dalam Pilpres 2024. Bagaimana nasib manuvernya yang ingin menduetkan Prabowo dan Ganjar Pranowo? Akankah Jokowi terus mendukung Prabowo atau berbalik kembali ke Ganjar Pranowo?
Selain laporan utama soal dinamika politik menjelang Pemilu 2024, kami juga mengulas soal sejarah Pulau Rempang dengan melacak manuskrip kuno, perkembangan pengusutan dugaan penyelewengan dana sawit BPDPKS, hingga di balik larangan berjualan di TikTok Shop.
Selamat membaca,
Bagja Hidayat
Redaktur Eksekutif
Gibran Rakabuming Raka, Pemicu Hubungan Jokowi-Megawati Memanas
Hubungan Jokowi dengan Megawati memanas menjelang Rakernas PDIP. Ada upaya mengegolkan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres.
Peluang Duet Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo
Ide menduetkan Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo muncul lagi. Kedua kubu kukuh maju sebagai calon presiden.
Peran Jokowi di Balik Bergabungnya Kaesang Pangarep ke PSI
Nama Gibran Rakabuming Raka dan Budi Arie Setiadi sempat mencuat sebagai Ketua Umum PSI. Ada lobi mengegolkan Kaesang ke Jokowi.
Pulau Rempang dalam Manuskrip Sejarah Kerajaan Melayu
Manuskrip lama Tuhfat al-Nafis babon babad Kesultanan Melayu Melaka. Kitab sejarah modern tentang kisah kerajaan hingga pasukan.
Dana Sawit BPDPKS yang Rawan Korupsi
Kejaksaan Agung menelusuri penyalahgunaan dana sawit BPDPKS. Dana non-budgeter yang rentan diselewengkan.
Apa yang Keliru dari Larangan Transaksi Online TikTok Shop
Pemerintah salah alamat melarang transaksi di social commerce. Perlu kajian mendalam akar persoalan.