Semoga Anda tak bosan membaca skandal-skandal politik yang isinya berebut kekuasaan. Pekan ini kami kembali mengulas sepak terjang Presiden Joko Widodo yang sibuk bermanuver secara politik di akhir masa jabatannya. Jelas sudah, Jokowi memang ingin cawe-cawe menentukan siapa penggantinya. Agaknya, baru Jokowi presiden yang terus-terang ingin terlibat menentukan presiden berikutnya.
Dengan tingkat kepuasan 82 persen, versi lembaga-lembaga survei yang tak berterus terang siapa pemodalnya, Jokowi memang percaya diri mendapat dukungan publik. Dukungan itu ia pakai untuk “mengiming-imingi” para calon presiden agar mengikuti skenario yang ia siapkan.
Masalahnya, untuk apa Jokowi sibuk menentukan siapa penggantinya? Di luar soal motif di balik cawe-cawe Jokowi, apa yang ia lakukan itu bermasalah. Cawe-cawenya akan ditafsirkan para bawahannya, aparatur negara yang seharusnya menjaga Pemilu jujur dan adil, terseret kepentingan politik praktis dukung-mendukung salah satu calon.
Ketidaknetralan aparatur negara adalah cacat besar dalam demokrasi. Pemilu menjadi tak menampung suara orang banyak karena ditentukan oleh mesin kekuasaan. Ini sama saja dengan cara otoriter dengan pura-pura demokratis.
Demokrasi Indonesia masih muda, masih menemukan bentuknya yang ideal. Karena itu jika Jokowi memaksakan diri cawe-cawe menentukan siapa presiden berikutnya, kita akan selalu menemukan politik dari kecewa ke kecewa berikutnya.
Untuk membahas soal bahaya campur tangan Jokowi di Pemilu 2024, kami menyajikan laporan utama yang berisi banyak artikel tentang motif Jokowi cawe-cawe di Pemilu, hubungannya dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang ambyar karena beda calon, yang dilengkapi dengan wawancara Ganjar Pranowo, calon presiden PDIP.
Di desk Hukum kami mengulas gunung es kekerasan seksual. Setelah pesantren, kampus, sekolah, tempat publik, kini kami mengulas kejahatan purba ini di gedung DPR. Ada tiga anggota Dewan yang dilaporkan melakukan kekerasan seksual kepada istri siri dan bawahannya. Sayangnya, laporan para korban mentok di Dewan Kehormatan bahkan kepolisian.
Dalam rubrik ekonomi, kami membahas soal tarik-menarik ekspor listrik bersih ke Singapura. Rupanya, kabinet Jokowi belum sepaham. Tapi ketidaksepahaman itu dilatarbelakangi konflik kepentingan. Perusahaan salah seorang menteri ikut konsorsium penjualan listrik ini.
Yang menarik adalah rubrik Selingan. Kami mengikuti para biku Buddha yang berjalan kaki dari Thailand untuk merayakan hari suci Waisak di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Mereka singgah di beberapa tempat dan mendapat sambutan meriah dari masyarakat, mereka yang bukan umat Buddha.
Selamat membaca.
Bagja Hidayat
Redaktur Eksekutif
-------
Bahaya Cawe-Cawe Jokowi
Sebagai presiden, Jokowi sebaiknya netral agar Pemilu berjalan adil dan jujur.
Kekerasan Seksual di DPR
Mengapa polisi tak kunjung mengusut dugaan kekerasan seksual oleh anggota DPR?
Berebut Setrum untuk Singapura
Sejumlah taipan masuk bisnis tenaga surya. Potensi besar ekspor listrik ke Singapura.