HUKUM DAN POLITIK
11 April 2023
SEBUAH video beredar di media sosial yang menunjukkan dialog antara Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Firli Bahuri dengan para pegawai KPK. Para pegawai menyatakan walk out dari sebuah forum yang dipimpin Firli karena memprotes pencopotan Direktur Penyelidikan Endar Priantoro pada 20 Maret 2023. Kami mendalami lebih jauh konflik terbaru di tubuh KPK dan mencari sebab pemicunya.
Firli beralasan masa tugas Endar di KPK sudah berakhir. Dalam suratnya kepada Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo, ia juga beralasan Endar dikembalikan ke Markas Besar Polri agar mendapatkan promosi. Selain Endar, Firli juga menyarankan Kapolri menarik Deputi Penindakan dan Eksekusi KPK Inspektur Jenderal Karyoto ke Trunojoyo.
Apa pasal? Selidik punya selidik, kedua jenderal polisi itu membangkang perintah Firli agar menaikkan status penyelidikan penyelenggaraan balapan Formula E ke tahap penyidikan. Jika mulus, Gubernur Jakarta Anies Baswedan bisa menjadi tersangka utama. Meski dalam perintah itu, Firli tak keberatan jika penyidikan Formula E belum menyertakan tersangka.
Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menolak permintaan Firli. Ia mempertahankan Endar agar tetap bekerja di KPK. Sementara Karyoto ia promosikan menjadi Kepala Kepolisian Daerah Jakarta. Apakah karena Endar belum mendapat pos baru di kepolisian daerah sehingga dipertahankan? Perlawanan Kapolri juga ditindaklanjuti Endar dengan melaporkan Firli ke Dewan Pengawas KPK.
Apa pemicunya? Tak jauh-jauh dari persaingan politik 2024. Setelah KPK di bawah rumpun eksekutif, lembaga ini memang tak beda dengan kepolisian atau kejaksaan, menjadi anak buah presiden. Kita tahu, untuk sementara, ada dua kubu dalam koalisi pemilihan presiden tahun depan: kubu presiden Joko Widodo dan kubu penentangnya. Anies Baswedan, untuk sementara, ditempatkan dalam posisi penentang Jokowi.
Dengan begitu, apakah penentang Firli menjalankan tugas lebih bersih menjaga KPK tak politis? Belum tentu. Jika dulu ada cecak versus buaya, yakni para penyidik KPK yang dianggap cecak dan jenderal-jenderal polisi yang dikonotasikan buaya, kini perseteruan KPK vs Polri bisa disebut “buaya versus buaya”: para jenderal berselilih untuk kepentingan di belakang mereka masing-masing.
Selamat membaca.
Mustafa Silalahi
Redaktur Utama
*
LAPORAN UTAMA
Dua Surat Penjegal Jenderal
Bagaimana cerita di balik pencopotan Direktur Penyelidikan KPK Endar Priantoro
Naik-Turun Kasus Formula E
Cerita perbedaan pendapat penanganan kasus Formula E antara Ketua KPK Firli Bahuri dengan anak buahnya.
Langganan Dewan Pengawas
Riwayat penanganan perkara pelanggaran kode etik Firli Bahuri di Dewan Pengawas KPK
Wawancara Brigadir Jenderal Endar Priantoro
Bagaimana KPK menangani kasus Formula E di KPK
OPINI
Firli dan Komisi Politisasi Korupsi
Editorial Tempo tentang kegaduhan akibat manuver Firli Bahuri di KPK
POLITIK
Barang Panas di Tangan Juragan
Bagaimana lobi-lobi pemerintah dan partai politik untuk membahas Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset
Intervensi Menjelang Ikrar
Campur tangan pemerintah di balik kisruh pemilihan rektor Universitas Negeri Sebelas Maret
OPINI
Pisau Bermata Dua RUU Perampasan Aset
Editorial Tempo membahas dampak molornya pembahasan RUU Perampasan Aset
Biang Kisruh Pemilihan Rektor
Editorial Tempo tentang politisasi di balik kegaduhan pemilihan rektor Universitas Sebelas Maret