CekFakta #200 Mengapa Hoaks Merajalela Saat Bencana Alam Melanda?

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Tak hanya saat pandemi, misinformasi kerap merajalela dan berulang saat terjadi bencana alam. Narasi yang beredar juga tak jarang memuat tudingan terhadap kelompok minoritas, bahkan mengaitkan dengan amal ibadah maupun dosa.

Seperti apa dan mengapa aktor jahat memproduksi hoaks di tengah nestapa korban bencana alam? Lalu, bagaimana sebaiknya kita menghadapi tsunami informasi sembari tetap waspada?

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Prebunking Series (18):

Mengapa Hoaks Merajalela Saat Bencana Alam Melanda?

Saat terjadi bencana alam, kita seringkali berada dalam keadaan panik. Kondisi inilah yang membuat kita lebih rentan menerima informasi palsu. Seperti baru-baru ini, hoaks soal keadaan Gunung Merapi yang ternyata menggunakan foto-foto erupsi Gunung Sinabung.

Nah, di sinilah bencana alam turut menebar kepanikan dengan menyulut api disinformasi. Aktor jahat sengaja menyebarkan informasi yang menyesatkan, entah untuk menimbulkan perbedaan pendapat maupun memanipulasi proses pengambilan keputusan kita. 

Halaman dan akun media sosial tertentu, memang mengandalkan situasi tegang maupun krisis untuk menarik perhatian. Tujuannya untuk memperbanyak pengikut (follower), termasuk sebagai ladang cuan

Tak jarang, hoaks bencana alam biasanya menggunakan ramuan “teori konspirasi” untuk menuding suatu peristiwa bencana alam sebagai buatan manusia. Ini agar seolah-olah menjadi solusi cepat dan mudah dicerna. Misalnya, warganet membagikan gambar yang mengaku menunjukkan “awan buatan HAARP di atas Turki tepat sebelum gempa”.

Dilansir Misbar, ada beberapa bentuk misinformasi yang bisa muncul saat terjadi bencana alam:

  1. Korban Kematian Palsu: Jumlah korban dari bencana dibesar-besarkan atau sebaliknya, dikecilkan sehingga dianggap remeh.
  2. Perintah Evakuasi Palsu: Informasi perintah evakuasi palsu, sehingga membuat masyarakat meninggalkan rumah dan berpotensi membahayakan keamanan.
  3. Penyelamatan dan Bantuan Palsu: Organisasi atau individu palsu mengklaim memberikan penyelamatan atau bantuan, sehingga dapat menyebabkan penipuan yang memancing orang lain untuk menyumbang.
  4. Rumor Penjarahan dan Kekerasan: Menyebarnya rumor penjarahan dan kriminalitas, lalu membuat masyarakat ketakutan dan panik.

Lalu, bagaimana kita menghindari mis/disinformasi?

  1. Dapatkan informasi dari sumber terpercaya. Selama bencana, kita wajib menelusuri dari mana informasi itu berasal. Maka, utamakan sumber resmi yang dapat diandalkan seperti lembaga pemerintah, media massa kredibel, dan saksi mata.
  2. Cari dan cek fakta. Sebelum berbagi berita atau menindaklanjuti informasi apa pun, penting untuk memeriksa fakta informasi tersebut, seperti Cek Fakta Tempo.
  3. Tingkatkan Kewaspadaan terhadap Penipuan. Pastikan Anda menyumbangkan uang ke organisasi yang terpercaya.
  4. Verifikasi Ketika Ada Perintah Evakuasi. Kroscek dengan pihak berwenang di lingkungan tempat Anda tinggal sebelum meninggalkan rumah.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Gunung Merapi Meletus di Pulau Jawa Disebut Gunung Api Kiamat?

Sebuah akun Twitter mengunggah sebuah video yang diberi keterangan “Mereka menyebutnya sebagai "Gunung Api Kiamat" untuk gunung Merapi meletus di pulau Jawa”. Dalam video ini terdengar suara gemuruh diikuti letusan yang membentuk kolom abu yang sangat tinggi, disertai guguran abu dari sebuah gunung yang sedang erupsi. Tampak pula kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi dan beberapa orang yang berlari. 

| Hasil Pemeriksaan fakta

Untuk memeriksa klaim video tersebut di atas, Tim Cek Fakta Tempo menelusuri pernyataan resmi dari BMKG, pakar dan pemberitaan media yang kredibel. Video juga diverifikasi dengan menggunakan Google dan Yandex image serta Google Maps untuk memastikan lokasi video.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Video Bayi Baru Lahir Mengucap Kata “Allah”?

Sebuah akun di Facebook, membuat unggahan dengan narasi “GEMPΑRR, Bayi Baru Lahir Sebut Nama ALLAH Berkali-Kali Tanpa Henti, Gempar Satu RS, Semua Berlari Untuk Melihat, Lihat Apa Yang Terjadi Selepas Itu.” Pengunggah juga melampirkan sebuah tautan Blogspot dengan dengan artikel dengan judul yang serupa. Pada tautan tersebut, terdapat thumbnail bergambar seorang bayi dan tombol play video.

| Bagaimana hasil pemeriksaan faktanya?

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram








Sambut Ramadhan, Pondok Modern Ini Dorong Para Santri Menulis dan Tangkal Hoaks

9 hari lalu

Suasana perkarangan kampus putri Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) di Dusun Klandungan, Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Jumat sore, 10 Maret 2023. TEMPO/Abdi Purmono
Sambut Ramadhan, Pondok Modern Ini Dorong Para Santri Menulis dan Tangkal Hoaks

Pondok Pesantren Modern Thursina menggelar kegiatan literasi buku dan literasi media untuk menangkal hoaks menjelang Ramadhan.


Cegah Penyebaran Hoaks saat Ramadan, Ini yang Dilakukan Kemenkominfo

10 hari lalu

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
Cegah Penyebaran Hoaks saat Ramadan, Ini yang Dilakukan Kemenkominfo

Kemenkominfo akan terus mencegah penyebaran hoaks, termasuk selama Ramadan. Ini yang akan mereka lakukan.


Topan Freddy Hantam Malawi, 190 Orang Jadi Korban

14 hari lalu

Kerabat orang-orang yang kehilangan nyawa setelah Storm Freddy, mencari jenazah mereka di kamar mayat Rumah Sakit Pusat Queen Elizabeth di Blantyre, Malawi, 14 Maret 2023. REUTERS/Eldson Chagara
Topan Freddy Hantam Malawi, 190 Orang Jadi Korban

Korban tewas di Malawi akibat topan Freddy telah melonjak menjadi 190 dari 99 yang dilaporkan sebelumnya


Ada Kegiatan Internasional di Jakarta, PLN Jamin Pasokan Listrik Aman

17 hari lalu

Ilustrasi Listrik dan PLN. Getty Images
Ada Kegiatan Internasional di Jakarta, PLN Jamin Pasokan Listrik Aman

PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jakarta Raya menjamin pasokan listrik untuk mendukung berbagai kegiatan internasional di DKI Jakarta aman.


CekFakta #199 Tips Agar Tetap Waras Saat Bermedia Sosial

18 hari lalu

Ilustrasi Media Sosial (Medsos).
CekFakta #199 Tips Agar Tetap Waras Saat Bermedia Sosial

Agar tetap waras dalam bermedia sosial, apalagi sampai terhasut hoaks, mari cek tips menavigasi aktivitas bermedsos.


Kembangkan Wisata Aman Bencana, Sandiaga Uno Gandeng DRRC Universitas Indonesia

19 hari lalu

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memberikan sambutan dalam acara Forum Wisata Tempo 2023 di Jakarta pada Selasa, 28 Februari 2023. Dok. TEMPO
Kembangkan Wisata Aman Bencana, Sandiaga Uno Gandeng DRRC Universitas Indonesia

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menggandeng DRRC Universitas Indonesia mengembangkan destinasi pariwisata aman bencana.


Update Longsor Natuna : 9 Korban Baru Ditemukan, 35 Masih Hilang

19 hari lalu

Foto udara bencana tanah longsor di Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Selasa 7 Maret 2023. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Selasa (7/3/2023) pukul 07:00 WIB, sebanyak 10 orang dinyatakan meninggal, 47 orang hilang dan 1.216 Orang mengungsi akibat longsor tersebut. ANTARA FOTO/Kiky Firdaus
Update Longsor Natuna : 9 Korban Baru Ditemukan, 35 Masih Hilang

Proses evakuasi korban tertimbun longsor di Kampung Genting, Desa Pangkalan, Serasan, Kabupaten Natuna terus membuahkan hasil.


CekFakta #198 Mengenal Enam Tingkat Manipulasi Agar Kebal Hoaks di Dunia Maya

25 hari lalu

Ilustrasi fake news. shutterstock.com
CekFakta #198 Mengenal Enam Tingkat Manipulasi Agar Kebal Hoaks di Dunia Maya

Terdapat enam tingkat manipulasi yang menjadikannya mampu menyesatkan orang.


Kenali Hoaks dan Cara Menangkalnya, Pemred Tempo.co: Penyebaran Hoaks Sangat Berbahaya

28 hari lalu

Pemimpin Redaksi Tempo.co Anton Aprianto (dua dari kanan) menjadi narasumber seminar 'Mengenal dan Menangkal Hoaks' yang digelar Lembaga Ta'lif wa Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU) dan PT Telkom Indonesia di Pesantren Madinatunnajah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Selasa 28 Februari 2023. Foto: Istimewa
Kenali Hoaks dan Cara Menangkalnya, Pemred Tempo.co: Penyebaran Hoaks Sangat Berbahaya

Sepanjang 2018 hingga 2023, ada 9417 konten yang sudah terdefinisi sebagai hoaks di media sosial, terdapat 80 ribu situs yang menyebarkan hoaks.


BPKH Wanti-wanti Agar Formulasi Biaya Haji Diatur Agar Tak Kena Bencana di 2027

38 hari lalu

Jamaah haji yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) pertama tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu 17 Agustus 2019 malam. Sebanyak 410 jamaah haji kloter pertama tiba perdana di tanah air melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta setelah menunaikan ibadah haji dengan menumpang pesawat Saudi Arabia Airlines SV 5606. ANTARA FOTO/Fauzan
BPKH Wanti-wanti Agar Formulasi Biaya Haji Diatur Agar Tak Kena Bencana di 2027

BPKH mengusulkan ke depan agar biaya haji tetap mempertimbangkan komposisi lebih besar dibandingkan nilai manfaat.