CekFakta #198 Mengenal Enam Tingkat Manipulasi Agar Kebal Hoaks di Dunia Maya

Ilustrasi fake news. shutterstock.com
Ilustrasi fake news. shutterstock.com

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Diakui atau tidak, kita semua rentan terhadap manipulasi dan kabar bohong, terutama di dunia maya. Oknum-oknum jahat kerap mencoba memanfaatkan kemampuan otak manusia yang terbatas dalam membedakan fakta dari fiksi. Terutama di media sosial yang bergerak amat cepat. 

Terdapat enam tingkat manipulasi yang menjadikannya mampu menyesatkan orang. Dengan mempelajarinya, diharapkan kita bisa lebih imun terhadap mis/disinformasi.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Prebunking Series (16):

Mengenal Enam Tingkat Manipulasi Agar Kebal Hoaks di Dunia Maya

Peneliti psikologi sosial dari Universitas Cambridge, Sander van der Linden, merumuskan 6 tingkat manipulasi ini dalam buku terbarunya, “Foolproof: Why We Fall for Misinformation and How to Build Immunity”. Dikutip dari Psychology Today, berikut ringkasannya:

  1. Emosi 

Oknum jahat akan mempengaruhi kita dengan menyebarkan ketakutan, menciptakan kemarahan, dan memikat kita dengan konten emosional. Kata-kata moral-emosional seperti “benci” dan ”jahat” lebih menarik perhatian visual kita daripada bahasa netral. Itulah mengapa pada tahun 1800-an, orang-orang takut akan berubah menjadi manusia-sapi hibrida saat divaksin cacar! Jadi, jangan biarkan Anda dipengaruhi oleh oknum yang berusaha memanipulasi perasaan. 

  1. Identitas tiruan

Teknik meniru identitas tokoh ini bisa dibilang klasik. Pembuat hoaks mendandani seseorang yang tidak memiliki keahlian yang relevan, sebagai seorang pakar lalu menggunakan kredensial yang tidak terkait untuk menjajakan informasi yang salah. Agar tampak valid, mereka meminjam kredibilitas dari organisasi terkemuka dan mencuri template mereka untuk makin meyakinkan. Alhasil, banyak orang tertipu. Salah satu contohnya bisa kita lihat setelah Rusia menginvasi Ukraina, banyak video yang dimanipulasi dirilis di media sosial untuk membuat narasi yang menyesatkan tentang perang tersebut.

  1. Polarisasi 

Teknik ini hanya memiliki satu tujuan: memecah belah masyarakat. Ketika polarisasi politik semakin tinggi, ketegangan antar masyarakat bakal memberi celah sempurna bagi aktor jahat untuk mengaduk-aduk lebih parah. Caranya adalah melalui “amplifikasi palsu” atau mengaduk-aduk perdebatan di kedua kelompok. Misalnya, bot Rusia mencuit tentang bagaimana vaksin adalah “racun yang mematikan”. Tapi juga merekam bahwa “Anda tidak dapat memperbaiki kebodohan, biarkan mereka mati”, menuding kepada mereka yang tidak mau divaksinasi. Jangan biarkan teknik polarisasi meracuni debat online Anda. 

  1. Trolling 

Taktik trolling ini ibaratnya umpan pancing, yang dengan sengaja menggunakan materi yang menghasut untuk memanipulasi persepsi publik di ranah online. Bedanya dengan akun bot, troll adalah akun yang dioperasikan manusia yang mencoba membuat orang agar berpikir mereka terlibat secara politik. Misalnya, troll akan mengomentari apa saja. Mulai dari konten pro-Putin, menyerang nilai-nilai Eropa, sampai Pemilu Amerika Serikat. Pabrik troll mampu membuat ribuan orang memposting ke media sosial, dari siang hingga malam. Jadi, jangan terpancing memberi makan troll.

  1. Konspirasi

Teori konspirasi sengaja dirancang agar menarik secara psikologis. Pembuat hoaks akan menawarkan penjelasan sebab-akibat sederhana dan memanfaatkan keinginan otak untuk menghubungkannya. Tentu, beberapa konspirasi benar-benar terjadi, dan mempertahankan tingkat skeptisisme yang sehat itu baik. Tetapi itu tidak membuat sesuatu menjadi konspirasi! Fitur utama dari pemikiran konspirasi adalah bahwa ia beroperasi seperti skema pemasaran berjenjang: beberapa orang di atas membuat narasi palsu dan orang lain kemudian menyebarkannya lebih jauh.

  1. Mendiskreditkan

Melabeli “berita palsu” sering menjadi sarana untuk mendiskreditkan sudut pandang pihak-pihak yang dianggap tidak menyenangkan. Contoh nyata upaya mendiskreditkan ini bisa dilihat dari mantan Presiden AS, Donald Trump. Ia mengklaim bahwa media arus utama adalah “berita palsu” dan “musuh rakyat Amerika”. Klaim ini merupakan upaya untuk mendiskreditkan media arus utama yang mengkritik perilakunya. Akibatnya, masyarakat terbawa oleh opini pendiskreditan presidennya. 

 

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Yenny Wahid Desak Polisi Tangkap Megawati?

Sebuah akun Facebook membagikan video berisi klaim bahwa Yenny Wahid mendesak Polri mengadili putri presiden pertama RI Soekarno, Megawati Soekarnoputri. Narator video itu mengatakan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, kembali menjadi sorotan setelah berbicara mengenai ibu-ibu di Indonesia yang suka mengikuti pengajian sehingga lupa mengurus rumah tangga dan anaknya. Pernyataan tersebut disampaikan Megawati ketika ia mengisi acara kick off Pancasila dalam tindakan semesta berencana menjaga stunting, kekerasan seksual pada anak dan perempuan, KDRT dan bencana alam oleh BPIB, BKKBN dan BRIN pada Kamis, 16 Februari 2023. 

| Hasil Pemeriksaan fakta

Verifikasi Tempo menunjukkan, potongan video Yenny Wahid yang ada pada awal unggahan itu bukan bicara tentang mendesak polisi menangkap Megawati Soekarnoputri. Melainkan, saat pembacaan deklarasi dukungan kepada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo - Ma’ruf Amin pada Pemilihan Umum 2019.

Untuk memeriksa kebenaran klaim di atas, Tim Cek Fakta Tempo memfragmentasi video tersebut menjadi gambar menggunakan Keyframe dan menelusurinya pakai Yandex Image Search.

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Yuk Belajar Membedakan Fakta dan Opini!

Dalam membaca informasi yang Anda terima, sebaiknya libatkan nalar dan perhatikan kata khusus yang tertulis. Kalimat yang bersifat subjektif biasanya menggunakan kata-kata opini atau prediksi. Lalu apa saja sih ciri-ciri fakta, dan apa pula ciri-ciri opini? Mari kita cek faktanya!

Dalam membaca informasi yang Anda terima, sebaiknya libatkan nalar dan perhatikan kata khusus yang tertulis. Kalimat yang bersifat subjektif biasanya menggunakan kata-kata opini atau prediksi. 

| Lalu apa saja sih ciri-ciri fakta, dan apa pula ciri-ciri opini?

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

 

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram








CekFakta #200 Mengapa Hoaks Merajalela Saat Bencana Alam Melanda?

11 hari lalu

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #200 Mengapa Hoaks Merajalela Saat Bencana Alam Melanda?

Seperti apa dan mengapa aktor jahat memproduksi hoaks di tengah nestapa korban bencana alam?


CekFakta #199 Tips Agar Tetap Waras Saat Bermedia Sosial

18 hari lalu

Ilustrasi Media Sosial (Medsos).
CekFakta #199 Tips Agar Tetap Waras Saat Bermedia Sosial

Agar tetap waras dalam bermedia sosial, apalagi sampai terhasut hoaks, mari cek tips menavigasi aktivitas bermedsos.


CekFakta #196 Di Balik Hoaks Pro Rusia yang Mencuri Perhatian Masyarakat Indonesia

39 hari lalu

Mobil terbakar setelah serangan militer Rusia, saat invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, di Kyiv tengah, Ukraina 10 Oktober 2022. REUTERS/Gleb Garanich
CekFakta #196 Di Balik Hoaks Pro Rusia yang Mencuri Perhatian Masyarakat Indonesia

Invasi Rusia ke Ukraina juga berpengaruh pada kondisi di Indonesia. tidak hanya politik dan ekonomi, namun juga hoaks yang beredar di masyarakat.


Cek Fakta Tempo Raih Juara Kompetisi Jurnalistik Antihoaks PPMN

43 hari lalu

Cek Fakta Tempo Juara Kompetisi Anti Hoaks PPMN, 10 Februari 2023.
Cek Fakta Tempo Raih Juara Kompetisi Jurnalistik Antihoaks PPMN

Tim Cek Fakta Tempo meraih juara pertama untuk kategori jurnalis profesional


CekFakta #195 Memahami Anatomi Hoaks Seputar Invasi Rusia ke Ukraina

46 hari lalu

Tank pasukan Ukraina ikut serta saat latihan militer di perbatasan dengan Belarusia, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, dekat Chornobyl, Ukraina 3 Februari 2023. REUTERS/Viacheslav Ratynskyi
CekFakta #195 Memahami Anatomi Hoaks Seputar Invasi Rusia ke Ukraina

kekurangan informasi yang kredibel dan akurat niscaya memberikan celah bagi hoaks dan propaganda.


CekFakta #194 Waspada Main Hakim Akibat Hoaks Penculikan Anak

53 hari lalu

CekFakta #194 Waspada Main Hakim Akibat Hoaks Penculikan Anak

Bagaimana jika hoaks penculikan malah memicu kekerasan dan pembunuhan terhadap orang tidak bersalah?


CekFakta #193 Teknologi ChatGPT: Mempermudah Kerja atau Sebar Hoaks?

27 Januari 2023

ChatGPT. Foto : OpenAI
CekFakta #193 Teknologi ChatGPT: Mempermudah Kerja atau Sebar Hoaks?

Belakangan, ChatGPT membawa konsekuensi yang membuat banyak pihak jadi khawatir.


CekFakta #192 Ketika Hoaks Bersembunyi di Balik Iklan Konten Bersponsor

20 Januari 2023

Ilustrasi hoax atau hoaks. shutterstock.com
CekFakta #192 Ketika Hoaks Bersembunyi di Balik Iklan Konten Bersponsor

Benarkah iklan sengaja bercerita dalam bentuk hoaks?


CekFakta #191 Ad Hominem: Malah Menyerang Orangnya, Bukan Pesannya

13 Januari 2023

Ilustrasi hoaks atau fake news. Shutterstock
CekFakta #191 Ad Hominem: Malah Menyerang Orangnya, Bukan Pesannya

Di dunia maya, kita kerap menemukan perdebatan tentang banyak hal di antara warganet


CekFakta #190 Mari Membedah Isi "Otak Partisan" Para Pengikut Kelompok

6 Januari 2023

Ilustrasi otak. medicalnews.com
CekFakta #190 Mari Membedah Isi "Otak Partisan" Para Pengikut Kelompok

mengapa ada sekelompok orang yang begitu fanatik terhadap partai, ideologi, atau kelompok tertentu?