Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Mencapai penghujung tahun 2022, Anda mungkin sudah memiliki refleksi terhadap sejumlah hal yang belum tuntas. Termasuk refleksi atas misinformasi/disinformasi yang pernah mengusik kehidupan Anda.
Nah, ketika pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) hampir bakal dinyatakan berakhir dan beralih menjadi endemi, wabah hoaks atau kabar bohong seputar perubahan iklim (climate change) justru masih mudah ditemui. Perlu siasat kuat untuk menghadapi para penyangkal perubahan iklim ini tahun depan.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
Hoaks Sumbang Para Penyangkal Perubahan Iklim
Media sosial, salah satunya Twitter, menyimpan bom waktu berbagai jenis misinformasi dan disinformasi. Selain ujaran kebencian dengan bahasa misoginis dan fobia terhadap transgender, kabar bohong soal climate change (perubahan iklim) juga beranak-pinak di sana.
Ledakan hoaks perubahan iklim ini, entah mengapa, menonjol usai Elon Musk mengakuisisi Twitter. Semakin banyak tweet dan retweet yang bernada penyangkalan, tapi memperhalus istilahnya menjadi “skeptis terhadap iklim”.
Lonjakan cuitan semacam itu tercatat paling tinggi tahun 2022 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, sejak Twitter didirikan pada tahun 2006. Dilansir The Times, penelitian oleh Universitas London-City merekam 850.000 tweet atau retweet yang skeptis terhadap iklim sepanjang tahun 2022.
Misinformasi seputar iklim tersebut dikaitkan dengan tagar #climatescam” (penipuan iklim). Bahkan, tagar #climatescam muncul sebagai hasil teratas saat mencari kata “climate” di Twitter. Ini membuktikan bahwa para penyangkal perubahan iklim sengaja menebar informasi palsu tentang perubahan iklim dan mengubah narasinya.
Mereka tak lagi menyangkal realita perubahan iklim itu sendiri. Namun memoles kabar bohong sebagai ”malapetaka buatan”. Maksudnya, perubahan iklim ini dibuat-buat oleh para globalis/sosialis untuk menanamkan rasa takut dan rasa bersalah sambil berpura-pura menyelamatkan planet. Sehingga, rakyat bisa dibebani, diatur, dan diambil kebebasannya.
Selain itu, hoaks juga menggunakan narasi bernada doomerisme. Doomerisme ini tumbuh subur di kalangan kaum fatalis atau orang-orang yang pesimistis terhadap masalah global, seperti kelebihan populasi, ketahanan pangan, perubahan iklim, dan polusi. Seolah-olah tidak ada gunanya kita berusaha, sebab tidak ada alternatif yang baik untuk bahan bakar fosil atau alternatif.
Padahal, penelitian Universitas Oxford menemukan bahwa peralihan dari energi berbahan bakar fosil ke sistem energi dekarbonisasi secara cepat, akan lebih murah daripada transisi yang lambat atau tidak sama sekali. Peralihan energi untuk mencapai Zero Carbon (Nol Karbon) itu mungkin dan menguntungkan.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Cek Fakta Pilihan
Benarkah Jokowi Nyatakan Perang dengan Malaysia?
Sebuah video berdurasi 8 menit 28 detik dengan narasi Jokowi menyatakan perang dengan Malaysia diunggah oleh salah satu akun di Facebook.
Di bagian awal video, narator mengatakan Direktur Topografi Tentara Nasional Angkatan Darat (TNI AD), Brigjen Asep Rosidi mengingatkan pemerintah Indonesia agar tidak berlarut-larut menyelesaikan negosiasi batas negara. Peringatan ia berikan karena negosiasi yang tak segera diselesaikan bisa memicu masalah.
| Hasil Pemeriksaan fakta
Hasil verifikasi Tim Cek Fakta Tempo menunjukkan video tersebut merupakan kompilasi dari beberapa video yang sudah pernah tayang sebelumnya. Masing-masing video memiliki perbedaan konteks. Presiden Jokowi tidak pernah menyatakan perang dengan Malaysia karena sengketa perbatasan.
Untuk membuktikannya, Tim Cek Fakta Tempo mula-mula memfragmentasi video tersebut menjadi beberapa gambar tangkapan layar, lalu memverifikasinya dengan menggunakan tools Yandex Image, mesin pencarian Google dan YouTube.
Waktunya Trivia!
Benarkah TNI dan Rusia Berhasil Hancurkan Jantung Kota Australia?
Sebuah akun Facebook membagikan video berjudul “Ribuan Rudal Berseliweran, Serangan TNI-Rusia Berhasil Hancurkan Jantung Kota Australia”. Video tersebut berisi peristiwa penembakan menggunakan rudal. Terlihat rumah-rumah terbakar, terjadi ledakan dan tentara tampak menunduk di samping mobil tank lapis baja sembari membawa senjata.
Narator video mengatakan Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mulai memerintahkan pasukan TNI maju ke Australia dari segala arah pada Jumat, 23 Desember 2022. Prabowo mengatakan pihaknya telah menembakkan rudal jelajah ke sasaran militer Australia dan akan mengembangkan serangan dari segala arah setelah menuduh Australia menolak pembicaraan.
| Menurut Anda, video tersebut hoaks atau fakta?
Ada Apa Pekan Ini?
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Video Dubes Uni Eropa Ingatkan Jokowi Agar Taati WTO?
- Benarkah Turki Utus Ribuan Pasukan ke Indonesia untuk Rebut Pulau Pasir?
- Benarkah Tentara Malaysia Akan Kirim Pasukan ke Perbatasan RI?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: