TEMPO.CO, Jakarta - Dunia mulai setuju bahwa mangrove akan jadi penyelamat bumi. Dalam banyak konferensi internasional yang membahas krisis iklim, pembicaraan acap mengerucut pada pentingnya melindungi ekosistem mangrove. Menurut para peneliti, mangrove adalah ekosistem yang menyimpan karbon lima kali lebih banyak dibanding hutan daratan.
Jika hutan daratan disebut “karbon hijau”, mangrove acap disebut sebagai ekosistem “karbon biru”. Habitatnya yang komplet membuat emisi karbon—penyebab pemanasan global—terperangkap dalam jangka lama di sana. Selain pohon, akarnya yang heboh, habitat mangrove yang basah dan berlumpur memungkinkan ia rumah keanekaragaman hayati yang jadi penentu penyerapan karbon.
Dengan terperangkap di sana, emisi karbon tak jadi gas rumah kaca yang memandulkan peran atmosfer sehingga panas itu kembali ke bumi menghangatkan suhu secara pelan-pelan, mengubah musim, hingga menyelewengkan cuaca, dan berakhir dengan bencana iklim: kekeringan, hujan salah musim, topan, naiknya permukaan air laut.
Maka mangrove memang amat penting buat planet bumi. Tapi di Batam, mangrove yang subur ditimbun untuk jadi perumahan T.ak hanya menghilangkan keragaman hayati, nelayan Batam juga menderita karena menangkap ikan mesti ke tengah laut. Mengapa alih fungsi mangrove begitu masif ketika Presiden Joko Widodo mempromosikannya di G20?
Ada soal kewenangan dalam pemberian izin. Penegak hukum tak berkutik karena konversi lahan mangrove direstui hukum melalui kewenangan lembaga negara. Jadi harus bagaimana? Ikuti pembahasannya. Selamat membaca.
Dini Pramita
Redaktur
LINGKUNGAN
Penyebab Mangrove Batam Rusak
Mangrove Batam rusak. Siapa pelakunya?
OPINI
Nasib Mangrove Setelah G20
Presiden Joko Widodo mempromosikan mangrove sebagai program andalan mitigasi iklim. Mengapa konversinya begitu masif?
EDISI KHUSUS PENDIDIKAN
Masa Depan Guru Penggerak
Mutu guru menjadi problem pendidikan kita. Pemerintah membuat program guru penggerak untuk meningkatkannya. Bagaimana program ini setelah dua tahun?
OPINI
Pekerjaan Rumah Guru Penggerak
Baguskah program guru penggerak? Dapatkah ia menjawab problem pendidikan kita?