Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Informasi yang hilir-mudik di layar genggaman kita, kerap berebut perhatian dengan bahasa-bahasa emosional. Tak sedikit pula yang memprovokasi dengan menghadapkan kita pada 2 hal. Seolah-olah kita harus memilih salah satunya.
Hati-hati. Memberikan opsi yang terbatas adalah salah satu trik licik dalam komplotan penyebar hoaks alias kabar bohong. Kita sengaja dibikin dilema, namun dilema yang palsu.
Dalam nawala ini pula, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap berbagai klaim tadi di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini, aneka klaim yang beredar memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
Prebunking Series (6): Dikotomi Palsu
Dikotomi palsu (atau dilema palsu) adalah bentuk kekeliruan logika di mana sejumlah pilihan atau pihak disajikan sebagai saling inklusif. Padahal di kehidupan nyata, kita biasa menjumpai ada banyak pilihan yang tersedia.
Dalam ilmu psikologi, fenomena yang berkaitan dengan dilema palsu adalah “pemikiran hitam-putih” atau “berpikir hitam-putih”. Contoh orang yang cenderung terjebak dalam pemikiran hitam-putih adalah ketika ia mengkategorikan orang lain sebagai “semua orang baik” atau “semua orang jahat”.
Bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu mengandung pemikiran dikotomi palsu?
Pertama, hanya menyodorkan dua alternatif sebagai satu-satunya pilihan yang tersedia. Kemudian, alternatif-alternatif ini sebenarnya tidak berhubungan satu sama lain. Ketiga, sengaja menyembunyikan pilihan lain yang masuk akal.
Contoh dikotomi atau dilema palsu yang bisa kita jumpai sehari-hari:
- Jika Anda tidak mendukung kubu kami, berarti Anda memihak kubu lawan!
- Anda berpendapat seperti itu, sebenarnya ingin jadi bagian dari solusi atau bagian dari masalah?
Mengapa kita punya andil saat melakukan dilema palsu, mungkin disebabkan oleh kecenderungan untuk menyederhanakan realitas. Memang ada kalanya kita butuh menyederhanakan pilihan, terutama saat kita harus membuat keputusan di waktu yang sempit untuk mendapatkan perspektif yang lebih detil. Namun, menyederhanakan segala sesuatu akan menggiring kita menjadi orang yang berpikir sempit, “berpikir hitam-putih”.
Lantas, apa solusi untuk menghindari dilema palsu ini? Berpikir kritis dan kreatif sangat diperlukan, agar kita mampu melihat kesalahan dikotomi yang disodorkan. Dengan begitu, kita menemukan alternatif baru dan tidak terjebak pada alur skenario si pembuat hoaks.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Waktunya Trivia!
Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.
Twitter secara diam-diam menuliskan pembaharuan dalam halaman websitenya bahwa mulai 23 November 2022, pihaknya berhenti memberlakukan kebijakan informasi Covid-19 yang menyesatkan. Di bawah pimpinan Elon Musk, langkah tersebut dilakukan di tengah kekhawatiran akan kemampuan Twitter untuk melawan informasi yang salah. Hal ini juga terjadi setelah Twitter memecat sekitar setengah dari stafnya, termasuk mereka yang terlibat dalam moderasi konten.
Elon Musk. REUTERS/Dado Ruvic
Karena kecanggihan teknologi dan semakin pesatnya jumlah pengguna media sosial, informasi kian tak terbatas dengan peredaran yang sangat cepat. Oleh karena itu, kita harus bisa memilah mana informasi yang benar, mana yang salah, atau memiliki kecenderungan sebagai hoaks. Simak caranya di sini.
Periksa Fakta Sepekan Ini
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Benarkah Suporter Sepak Bola Ukraina Ditahan di Piala Dunia Qatar 2022?
- Benarkah Xanana Gusmao Akui Timor Leste Menyesal Pisah dari Indonesia?
- Benarkah Bendera Tauhid Berkibar di Arena Utama Piala Dunia Qatar 2022?
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: