TEMPO.CO, Jakarta - Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali, dengan segala kerepotannya, usai sudah. Di balik panasnya konferensi 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu, Indonesia memperoleh hasil yang penting: pendanaan untuk transisi energi dan proyek berorientasi lingkungan.
Ada sejumlah komitmen dari negara maju dan lembaga multilateral memberikan pendanaan pada proyek berorientasi ekonomi hijau, terutama di sektor energi. Mulai dari penghentian dini pembangkit listrik berbahan bakar batu bara hingga pengembangan kendaraan listrik.
Salah satu komitmen pendanaan yang mengemuka di KTT G20 adalah Just Energy Transition Partnership (JETP). Pendanaan senilai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 311 triliun ini digagas oleh negara dan lembaga keuangan yang tergabung dalam International Partners Group (IPG) seperti Amerika Serikat, Jepang, Kanada, dan sejumlah anggota Uni Eropa.
Dana ini terbagi dalam dua skema yaitu utang dan hibah yang rincian jelasnya akan dibuat dalam enam bulan ke depan. Dana JETP disalurkan antara lain untuk pengembangan energi terbarukan.
Komitmen yang tak kalah besar disampaikan oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Dunia melalui skema Climate Investment Funds senilai total US$ 4 miliar. Salah satu proyek yang akan memakai dana ini adalah early retirement atau penghentian dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Cirebon-1.
Di luar komitmen yang terbuhul dalam KTT G20, Indonesia juga berpeluang untuk menerima pembiayaan dari bank asing seperti Citibank, HSBC, dan DBS khusus untuk proyek-proyek yang mendukung pencapaian target nol emisi pada 2060.
Dibanding Konferensi Iklim COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir, yang belum jelas dalam pendanaan kerugian dan kerusakan bencana iklim, G20 jauh lebih maju dengan komitmen nyata pendanaan transisi energi. Seperti Afrika Selatan tahun lalu, Indonesia mendapatkan pembiayaan paling jelas dibanding negara-negara berkembang lain yang masih harus menunggu pendanaan kongret di PBB.
Dalam edisi khusus Outlook Ekonomi 2023, kami menyoroti membanjirnya pembiayaan hijau atau green financing di Indonesia. Bisakah kita memanfaatkan peluang besar ini untuk membuat mitigasi iklim lebih progresif sekaligus menumbuhkan ekonomi? Selamat membaca.
Fery Firmansyah
Redaktur Utama
Banjir Dana Ekonomi Hijau
Dana ekonomi hijau bisa menyilaukan. Skema utang dari negara maju dan multilateral bisa menjebak Indonesia di masa depan. Bagaimana menegosiasikannya?
Seruan Lula dari Tepi Laut Merah
COP27 Mesir molor dua hari. Apa hasil terpenting konferensi iklim dalam pembiayaan hijau?
Ikhtiar Bank untuk Kredit Hijau
Lembaga keuangan siap-siap menyalurkan kredit hijau. Seperti apa?
https://majalah.tempo.co/read/laporan-khusus/167468/bagaimana-bank-menyalurkan-pembiayaan-hijau
Proposal Kilat Pensiun Dini PLTU Cirebon-1
PLTU Cirebon 1 menjadi pembangkit swasta yang dipercepat masa pemakaiannya. Dari mana biayanya?
Mengelola Uang Lingkungan Hidup
Jangka pembiayaan hijau adalah Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup. Bagaimana teknisnya?
Menanti Telur atau Ayam
Salah satu andalan pembiayaan hijau adalah membangun ekosistem kendaraan listrik. Siapa bohirnya?
Wakil Menteri BUMN: Kami Percepat Pensiun Dini PLTU
Dengan peluang pembiayaan besar, pemerintah bersiap mempercepat penghentian PLTU batu bara. Apa ganjalannya?
KOLOM
Obat Sementara Bernama Pendanaan Hijau
Bisakah pembiayaan hijau menyelamatkan lingkungan Indonesia sekaligus menumbuhkan ekonomi?
SINYAL PASAR
Arah Berlawanan Ekonomi Indonesia
Ekonomi Indonesia berada di kutub berlawanan: sektor riil positif, pasar keuangan negatif. Mengapa?