Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!
Misinformasi dan disinformasi tak hanya beredar akibat kondisi politik yang memanas seperti Pemilu atau Pilkada. Situasi krisis akibat perubahan peraturan seperti kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi juga menjadi ‘musim hoaks’ tersendiri.
Apakah Anda menyadari adanya pola misinformasi ini di sekitar Anda?
Dalam nawala ini, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap berbagai klaim tadi di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini, aneka klaim yang beredar memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan.
Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.
Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo
BBM Naik, Waspada Hoaks Soal Bansos
Kenaikan harga BBM bersubsidi pada awal September silam, turut memicu munculnya misinformasi/disinformasi di media sosial. Selain ramai hoaks seputar kasus pembunuhan Brigadir J, Tim Cek Fakta Tempo menemukan sejumlah hoaks tentang link bantuan sosial (bansos).
Kadangkala sebagian isinya benar, namun tak sedikit memuat informasi tautan yang mencurigakan. Jika ditelusuri, konten yang memanfaatkan momentum bantuan sosial karena kenaikan harga BBM tersebut bisa termasuk sebagai upaya mencari keuntungan, berupa uang atau clickbait.
Menurut Firstdraftnews.org, terdapat 7 motif si pembuat hoaks. Ada yang karena praktik jurnalisme yang lemah, ada motifnya sebagai lucu-lucuan, partisanship, sengaja memprovokasi, propaganda, partai politik, maupun mencari duit.
Selain membuat panik, pembuat hoaks memanfaatkan situasi krisis yang terjadi di masyarakat. Anda bisa mulai memperhatikan betapa misinformasi yang menyebar cenderung terkait breaking news atau kondisi krisis.
Misalnya, saat video yang beredar di media sosial pada 29 November 2021 dengan narasi gempa bumi di Jambi. Video tersebut menyesatkan lantaran menggunakan potongan video gempa bumi di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada 25 Februari 2017. Sebab menurut Kepala Stasiun BMKG Jambi Ibnu Sulistyono, gempa bumi memang terjadi pada 29 November 2021 di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, namun tidak dirasakan warga Jambi.
Di tengah situasi yang tidak menentu akibat dampak dari kenaikan harga BBM, masyarakat berupaya mengatasinya dengan menyebarkan informasi yang dianggap penting seperti bantuan sosial. Meski pada kenyataannya, orang-orang tergerak untuk berbagi karena didorong oleh motivasi berjejaring dan emosi yang kompleks.
Associate Director DemocracyFund, Josh Stearns, mengatakan bahwa selama breaking news, jaringan yang menghubungkan tiap orang menjadi amat banyak, bahkan sebanyak aliran emosi.
“Emosi yang mendorong berbagi itulah justru memperumit pencarian kebenaran di saat krisis atau bencana,” ujarnya melalui Firstdraftnews.org.
Di sisi lain, saat menghadapi tragedi yang terjadi di depan mata, banyak orang ingin membantu. Mereka ingin memberi tahu follower mereka apa yang sedang terjadi, bahkan terkadang membumbui dengan foto dramatis disertai dengan peringatan, saran keamanan ke semua teman dan follower.
Sementara itu, orang berupaya untuk terhubung melalui dunia maya dalam menghadapi ketidakpastian, kesedihan, dan ketakutan yang ditimbulkan oleh krisis dan bencana. Mereka berkumpul di kerumunan digital karena dorongan rasa rindu menjadi bagian dari momen bersama. “Pada saat-saat itu, berbagi bisa terasa seperti tindakan empati.”
Tips hindari hoaks bantuan, hadiah, dan sejenisnya
Dikutip dari Tempo, perusahaan keamanan seluler, Zimperium, menerbitkan laporan analisis terbaru tentang ancaman yang datang terhadap Android selama paruh pertama 2022. Terdapat 10 virus trojan paling produktif yang telah mengincar 639 aplikasi keuangan atau perbankan yang tersedia di Google Play Store.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut cara cepat mendeteksi apakah suatu tautan menawarkan bantuan sosial maupun pencairan insentif program pemerintah adalah hoaks atau bukan:
- Cek apakah situs dan aplikasi resmi pemerintah atau bukan
Warga harus berhati-hati jika mengunduh atau menggunakan aplikasi di internet. Aplikasi yang tidak resmi, dapat berisi virus atau celah yang bisa mengakses data pribadi pengguna.
Untuk memastikan bahwa link yang Anda terima mengenai bantuan sosial atau hibah benar-benar dari pemerintah, pastikan situs yang menjadi sumber tautan. Website milik pemerintah yang resmi selalu berakhiran .go.id.
Sedangkan aplikasi resmi bisa diketahui dengan menelusuri siapa pengembang aplikasi. Caranya ialah dengan membuka pada bagian ‘About this app’ (tentang aplikasi ini) di Play Store maupun App Store. Aplikasi resmi akan mencantumkan pengembang atau developer-nya dari kementerian/instansi terkait, misalnya Kementerian Sosial RI.
- Cek desain website
Ahli keamanan siber Kaspersky, Roman Dedenok menyebutkan penipuan online yang berbasis situs atau media sosial biasanya akan terlihat dari tampilan muka.
Beberapa indikasi situs atau media sosial itu abal-abal adalah desain yang alakadarnya, ejaan keliru, atau ada huruf atau nomor yang tampak berbeda dari bentuk yang umum.
- Cek kredibilitas media yang mencantumkan informasi
Pastikan situs yang menerbitkan artikel cek bansos juga tergolong media kredibel. Media yang tidak kredibel biasanya memuat konten tanpa ada narasumber dan keterangan waktu pemuatan. Selain itu, situs media abal-abal tidak mencantumkan penanggung jawab media, susunan redaksi, nomor kontak, dan alamat perusahaan.
Padahal, ketentuan terkait ini diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang berbunyi “Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat, dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan.”
Untuk mengetahui cara lain mendeteksi penipuan, silakan baca di Tempo.co.
Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab
Waktunya Trivia!
Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.
NewsGuard mengeluarkan hasil penelitian yang menyebutkan, TikTok mungkin menjadi platform pilihan untuk video yang menarik, tetapi siapa pun yang menggunakannya untuk mempelajari tentang Covid-19 (coronavirus disease 2019), perubahan iklim, atau invasi Rusia ke Ukraina kemungkinan akan menemukan informasi yang menyesatkan. Dalam laporannya, mereka menemukan hampir 1 dari 5 video yang secara otomatis yang disarankan TikTok berisi informasi yang salah.
Korea Selatan Denda Google dan Meta Rp 1 Triliun karena Pelanggaran Privasi. Kasus ini merupakan denda terbesar di Korea Selatan hingga saat ini. Selain itu, juga yang pertama dikenakan atas pengumpulan dan penggunaan informasi perilaku untuk iklan yang disesuaikan. Google mendapat denda yang lebih besar, KRW 69,2 miliar, sementara Meta didenda KRW 30,8 miliar. Kedua perusahaan tersebut dituduh tidak memperoleh persetujuan yang sah sebelum mengumpulkan informasi pengguna melalui situs web dan aplikasi pihak ketiga.
Cetakan 3 dimensi logo Meta setelah sebelumnya dikenal dengan nama Facebook, Foto diambil 2 November 2021. (REUTERS/DADO RUVIC)
Meta Menghasilkan Jutaan Iklan dari Jaringan Akun Palsu. Menurut data yang dikumpulkan oleh WIRED, antara Juli 2018 dan April 2022, Meta menghasilkan setidaknya USD 30,3 juta pendapatan iklan dari jaringan yang dihapus dari platformnya sendiri karena terlibat dalam coordinated inauthentic behavior (CIB). Margarita Franklin, kepala komunikasi keamanan di Meta, mengkonfirmasi kepada WIRED bahwa perusahaan tidak mengembalikan uang iklan jika jaringan dimatikan. Franklin mengklarifikasi bahwa sebagian uang berasal dari iklan yang tidak melanggar peraturan perusahaan, tetapi diterbitkan oleh hubungan masyarakat atau organisasi pemasaran yang sama yang kemudian dilarang berpartisipasi dalam operasi CIB.
Periksa Fakta Sepekan Ini
Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:
- Keliru, Video Pasukan Korea Utara Turun Ke Medan Laga, Habisi Tentara Ukraina
- Keliru, Video Seluruh NATO Ketakutan, Jet Tempur Jerman Tembak Jatuh Indonesia
- Keliru, Kolase Video Penampakan Makhluk Misterius yang Tertangkap Kamera
- Sebagian Benar, Video Muslim Dilarang Salat Jumat di Kota Gurgaon, India
- Keliru, Rusia Kirim Ribuan Pasukan Serang Malaysia Demi Bantu Indonesia
- Keliru, Video Perempuan Hamil dan Melahirkan 9 Bayi Sekaligus
- Keliru, Ratu Elizabeth II Pesan 80 Jersey Cristiano Ronaldo
- Benar, Menkes Budi Gunadi: Kelahiran 1980 Ke Bawah Memiliki Antibodi Lawan Virus Cacar Monyet
- Keliru, Ma'ruf Amin Minta Rakyat Bantu Pemerintah Karena Kas Negara Menipis
- Keliru, Dua Anak Ferdy Sambo Ditangkap Bantu Pembunuhan Brigadir J
- Keliru, Video Jasad Mustafa Kemal Ataturk Dimuntahkan Bumi
Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.
Ikuti kami di media sosial: