Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

CekFakta #173 Beda Perilaku Tiap Generasi Hadapi Hoaks

image-gnews
Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Iklan

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Di era banjir informasi dan teknologi maju seperti sekarang, seberapa yakin Anda dengan kemampuan Anda dalam mengenali antara fakta dan informasi palsu? Baru-baru ini, sebuah studi global mengungkapkan peningkatan kemampuan literasi digital dan media tiap generasi. 

Tak hanya itu, khususnya netizen Indonesia, kini semakin lihai mengecek fakta. Namun, semakin sungkan mengingatkan orang lain yang menyebarkan hoaks. Ada apa?

Dalam nawala ini, Tempo telah memeriksa pula sejumlah klaim dan menayangkan hasil pemeriksaan terhadap berbagai klaim tadi di kanal Cek Fakta Tempo. Pekan ini, aneka klaim yang beredar memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Namun, klaim seputar Ferdy Sambo masih banyak ditemukan.

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Beda Perilaku Tiap Generasi Hadapi Hoaks

Pada pertengahan Agustus lalu, sebuah studi mengungkapkan peningkatan kemampuan literasi digital dan media tiap generasi. Studi ini dilakukan oleh inisiatif literasi media digital Poynter Institute MediaWise dan kelompok data dan analisis penelitian internasional YouGov, dengan dukungan dari Google.

Yang menarik, generasi muda kini lebih peduli dan perhatian terhadap persebaran hoaks di lingkungan sekitarnya. Ini terlihat dari temuan yang mengungkapkan bahwa lebih dari setengah responden berusia di bawah 26 tahun khawatir anggota keluarga mereka terpapar informasi yang salah.

Studi global tentang Literasi Informasi: “Memahami perilaku generasi dan kekhawatiran seputar informasi palsu dan menyesatkan secara online ini membandingkan bagaimana setiap generasi menavigasi internet dan bagaimana mereka menentukan apakah mereka dapat mempercayai atau terlibat dengan konten online. Responden yang disasar lebih dari 8.500 orang dari Amerika Serikat, Brasil, Inggris, Jerman, Nigeria, India, dan Jepang.

Berikutnya, Gen Z, Milenial, dan Gen X menunjukkan kepercayaan diri lebih besar dalam hal kemampuan memverifikasi postingan, gambar, atau video, dibandingkan Generasi Baby Boomer dan Generasi Silent. 

“Mayoritas responden dari setiap generasi menempatkan nilai tinggi pada dua faktor utama ketika memutuskan apakah informasi online itu benar atau salah: sumber dan faktanya,” kata direktur MediaWise, Alex Mahadevan. 

Saat mengecek informasi, setiap generasi mempunyai preferensi tools dan teknik yang berbeda. Melalui survei daring, YouGov menemukan bahwa Gen Z lebih cenderung memeriksa komentar media sosial dan menggunakan mesin pencari untuk memeriksa fakta daripada generasi yang lebih tua. 

Saat mencari untuk memverifikasi informasi menggunakan mesin pencari, Gen Z dan Milenial menggunakan tools dan teknik pencarian yang lebih canggih daripada generasi yang lebih tua. Contohnya menggunakan reverse image search (pencarian gambar terbalik) dan “membaca lateral”, yakni dengan membuka banyak tab dan melakukan banyak pencarian sekaligus.

Lebih gercep dan piawai berinternet, namun sungkan menegur

Bagaimana dengan generasi Z dan Milenial Indonesia? 

Secara umum kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi informasi-komunikasi digital diperkirakan membaik dalam setahun terakhir. Hal ini tercermin dalam laporan Status Literasi Digital di Indonesia 2021 yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Katadata Insight Center (KIC) yang dirilis awal 2022 silam.

Indeks literasi digital dalam laporan ini diukur melalui empat pilar indikator besar, yakni Digital Skills, Digital Ethics, Digital Safety, dan Digital Culture. Menurut laporan tersebut, indeks literasi digital Indonesia pada 2021 berada di level 3,49 dari skala 1-5. Artinya, tingkat literasi digital masyarakat Indonesia berada di level “sedang”. 

Responden menilai isu politik mendominasi hoaks yang beredar dibandingkan isu kesehatan. Mereka pun menuding media sosial Facebook merupakan tempat peredaran berita bohong paling banyak.

Meski netizen Indonesia tidak dimasukkan sebagai responden survei oleh Yougov dan Mediawise, terdapat beberapa persamaan temuan karakteristik anak mudanya.

Misalnya, bagaimana mayoritas responden berupaya mencari klarifikasi atau kebenaran informasi ketika menerima hoaks (59,6 persen). Baru berikutnya, sebanyak 47,6 persen, mengakui bahwa mereka mencari klarifikasi informasi tersebut dari orang lain seperti keluarga dan saudara. Artinya, jika dibandingkan pada survei tahun 2021 sebelumnya, perilaku responden cenderung lebih percaya diri dalam mencari kebenaran suatu informasi sendiri.

Laporan Status Literasi Digital di Indonesia 2021 yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Katadata Insight Center (KIC) yang dirilis awal 2022.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Demi mencegah penyebaran hoaks, sebanyak 83,8 persen responden mengatakan perlu mencari kebenaran dari setiap informasi yang mereka terima. Sayangnya, hanya 17,9 persen yang mau menegur oknum yang menyebarkan hoaks. Tahun sebelumnya, ada 26,9 persen responden yang mau melakukan ini.

Laporan Status Literasi Digital di Indonesia 2021 yang dirilis Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Katadata Insight Center (KIC) yang dirilis awal 2022

Walau begitu, Gen Z dan Milenial dinilai lebih mau mengakui bahwa mereka pernah tidak sengaja membagikan informasi yang salah atau menyesatkan. Tekanan sosial untuk berbagi apapun secara cepat alias impulsif menjadi alasannya.

Selain itu, masih berdasarkan survei YouGov dan MediaWise, lebih dari sepertiga Gen Z dan Milenial selalu berupaya mengoreksi orang-orang yang mereka kenal secara pribadi saat membagikan informasi palsu. Tapi jika mereka melihat orang yang tak dikenal, hanya 1 dari 4 responden yang bersedia menegur.

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Waktunya Trivia!

Berikut beberapa kabar tentang misinformasi dan disinformasi, keamanan siber, serta privasi data pekan ini yang mungkin luput dari perhatian. Kami mengumpulkannya untuk Anda.

Samsung telah mengonfirmasi bahwa perusahaan telah mengalami pelanggaran data yang menyebabkan informasi pribadi pelanggan bocor secara online. Perusahaan mengungkapkan dalam sebuah posting blog bahwa data pelanggan telah disusupi pada 4 Agustus, menyusul insiden keamanan yang tampak pada minggu-minggu sebelumnya. Perusahaan menambahkan bahwa pihak ketiga yang tidak sah telah memperoleh informasi dari beberapa sistem Samsung AS, termasuk nama, informasi kontak, tanggal lahir dan detail pendaftaran produk. Namun, tidak ada nomor kartu kredit atau nomor jaminan sosial yang dilanggar.

Sebuah grup peretas memperlihatkan dan membagikan gambar yang mereka klaim sebagai basis data TikTok berisi kode sumber platform dan informasi pengguna. Menurut Bleeping Computer, peretas mengaku memperoleh data di server yang digunakan oleh TikTok. Server itu menyimpan lebih dari 2 miliar data pengguna sebesar 790 GB, statistik platform, kode, dan banyak lagi. TikTok telah menyangkal gambar dan dugaan pembobolan data tersebut. Perusahaan yang berbasis di Cina itu menyatakan tidak menemukan bukti pelanggaran keamanan.

Logo TikTok (tiktok.com) 

Hackers membuat situs berita palsu untuk memanen data dari Pemerintah Australia, jurnalis dan lainnya. Para target akan menerima email yang dibuat seakan berasal dari outlet berita Australia. Namun, tautan yang mereka cantumkan masuk ke situs web jahat yang memasang kode berbahaya.  

Periksa Fakta Sepekan Ini

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki isu yang sangat beragam, mulai dari isu politik, sosial dan kesehatan. Namun, klaim seputar Ferdy Sambo dan Brigadir J masih banyak ditemukan. Buka tautannya ke kanal CekFakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Terkait Ferdy Sambo dan Brigadir J:

Pemeriksaan lainnya:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

Facebook

Twitter

Instagram

Telegram

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

1 jam lalu

Marina Beauty Journey 2024/Marina
Gen Z Dikenal Selalu Ingin Memaknai Hidup

Karakter Gen Z berevolusi menjadi pribadi yang lebih sadar untuk memaknai kehidupan tidak mementingkan kebahagiaan sendiri.


Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

17 hari lalu

Juru Bicara Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Troy Pantouw di Hotel Shangri-La Jakarta pada Senin, 26 Februari 2024. TEMPO/Annisa Febiola
Beredar Ada Gas di Wilayah IKN, Jubir Otorita Ingatkan Masyarakat Waspadai Hoaks

Jubir OIKN sebut video viral soal kandungan gas di wilayah IKN adalah hoaks.


5 Faktor Utama yang Dipertimbangkan Gen Z saat Memilih Destinasi Perjalanan

22 hari lalu

Ilustrasi traveling atau perjalanan berkelompok. Freepik.com/Jcomp
5 Faktor Utama yang Dipertimbangkan Gen Z saat Memilih Destinasi Perjalanan

Menurut survei Booking Holdings, ada lima faktor yang dipilih Gen Z menentukan destinasi perjalanan


Youthlab Gelar Diskusi Tren Kecerdasan Buatan Kalangan Gen Z: Memudahkan atau Menyesatkan?

24 hari lalu

Lembaga riset Youthlab menggelar diskusi tentang penggunaan kecerdasan buatan di kalangan anak muda.
Youthlab Gelar Diskusi Tren Kecerdasan Buatan Kalangan Gen Z: Memudahkan atau Menyesatkan?

Kecerdasan buatan seperti pisau bermata dua. Bisa memudahkan, memanjakan atau bahkan menyesatkan.


Sumardji Pastikan Isu Hotel Timnas Indonesia Diserang Kembang Api Hoaks

29 hari lalu

Manager Timnas Indonesia, Kombes Sumardji. (foto: istimewa)
Sumardji Pastikan Isu Hotel Timnas Indonesia Diserang Kembang Api Hoaks

Ketua BTN Sumardji menduga kembang api yang muncul di dekat lokasi Timnas Indonesia latihan berasal dari pesta rakyat setempat.


CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

31 hari lalu

Logo TikTok terlihat di smartphone di depan logo ByteDance yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 27 November 2019. [REUTERS / Dado Ruvic / Illustration / File Photo]
CekFakta #252 Menyelami Kontroversi Hasil Pencarian TikTok dalam Menyebarkan Hoaks

TikTok disorot sebagai sarang penyebaran misinformasi maupun disinformasi.


Generasi Milenial Punya Peran Penting untuk Capai Indonesia Emas 2045

32 hari lalu

Ilustrasi Indonesia Emas 2045
Generasi Milenial Punya Peran Penting untuk Capai Indonesia Emas 2045

Generasi milenial berperan aktif dan strategis menjadi agen perubahan demi menggapai cita-cita Indonesia Emas 2045


Apresiasi MK Hapus Pidana Berita Bohong, ICJR: Jaminan Hak Kebebasan Berekspresi dan Berpendapat

32 hari lalu

Ketua Mahkamah Konstitusi Suhartoyo saat memimpin Sidang Pengucapan Putusan Uji Materi Pasal-Pasal Pencemaran Nama Baik dan Berita Bohong di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis 21 Maret 2024. Permohonan uji materi diajukan oleh Haris Azhar, Fatia Maulidiyanti, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) terkait pasal-pasal pencemaran nama baik dan berita bohong. Pasal-pasal yang diuji materi antara lain, Pasal 14 dan Pasal 15 UU 1/1946; Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 45 ayat (3) UU ITE; serta Pasal 310 KUHP. Pasal-pasal tersebut dianggap melanggar prinsip nilai negara hukum yang demokratis serta hak asasi manusia, dan seringkali disalahgunakan untuk menjerat warga sipil yang melakukan kritik terhadap kebijakan pejabat publik. TEMPO/Subekti.
Apresiasi MK Hapus Pidana Berita Bohong, ICJR: Jaminan Hak Kebebasan Berekspresi dan Berpendapat

Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) mengapresiasi putusan Mahkamah Konstitusi yang menghapus pidana berita bohong.


MK Hapus Pasal Keonaran dan Berita Bohong, Fatia Maulidiyanti: Pasal Ini Hukumannya Berat

33 hari lalu

Terdakwa Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti usai menjalani sidang putusan perkara dugaan pencemaran nama baik terhadap Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Senin 8 Januari 2024. Sidang yang dipimpin oleh ketua majelis hakim Cokorda Gede Arthana dengan hakim anggota Muhammad Djohan Arifin dan Agam Syarief Baharudin memutuskan Haris Azhar dan Fatia bebas tidak bersalah. TEMPO/Subekti.
MK Hapus Pasal Keonaran dan Berita Bohong, Fatia Maulidiyanti: Pasal Ini Hukumannya Berat

Ketua AJI Indonesia Sasmito Madrim mengatakan putusan MK yang menghapus pasal 14 dan 15 UU 1 Tahun 1946 merupakan angin segar bagi jurnalis.


Senat Kirsten Gillibrand Dicecar Gen Z Amerika Serikat soal Perang Gaza

36 hari lalu

Ekspresi anak-anak Palestina saat antre mendapatkan makanan, di tengah konflik Israel dan Hamas, di Rafah, di selatan Jalur Gaza, 5 Maret 2024. Sejumlah anak membawa panci saat menunggu makanan yang dimasak di dapur amal di tengah kekurangan pasokan makanan. REUTERS/Mohammed Salem
Senat Kirsten Gillibrand Dicecar Gen Z Amerika Serikat soal Perang Gaza

Rapat yang dipimpin anggota Senat New York Kirsten Gillibrand pada 6 Maret 2024, direcoki Gen Z yang juga aktivis pro-Palestina