TEROKA
8 September 2022
Kritik Kartun Polisi
Pernah dengar nama kartunis Johnny Hidayat A.R? Ini nama beken Arifin Hidayat, seniman asal Jombang, Jawa Timur, yang rutin membuat kartun polisi di harian Pos Kota. Johnny adalah satu dari sedikit pembuat kartun sosial atau gag cartoon Indonesia. Ketika ramai kasus pembunuhan berencana Brigadir Yosua Hutabarat oleh Inspektur Jenderal Ferdy Sambo, kita kembali mengingat kartun polisi Johnny.
Sebagai kartun sosial, kartun Johnny berisi kritik. Tapi dalam pengamatan sastrawan Seno Gumira Ajidarma, penggambaran polisi tak melulu citra negatif: tukang palak, kolusi, nyari suap, malas, dan seterusnya. Dalam beberapa kartun, sopir truk yang hendak menyuap malah diceramahi oleh Pak Polisi.
Kali lain, citra negatif itu menjadi gelak tawa karena satir nepotisme. Misalnya, ketika seorang polisi menolak suap sopir truk. Polisi itu membawa pelanggar lalu lintas ini ke kantor polisi. Namun, tiba di sana, sopir truk ini bebas karena ternyata komandan kantor polisi itu adalah saudaranya. Sopir itu sambil nyengir berkata kepada polisi yang menilangnya, “Pasti Bapak menyesal menolak ini.”
Satir adalah ciri khas kartun Johnny. Dan itulah senjatanya untuk segera memancing gelak tawa: humor muncul bersamaan dengan kesadaran dan dialog yang menohok di akhir cerita singkat. Seno Gumira Ajidarma menuliskan analisis kartun polisi Johnny Hidayat A.R di edisi ini. Selamat membaca.
Nurdin Kalim
Redaktur Utama
SELINGAN
Kartun Polisi Johnny Hidayat
Yang satir dan lucu dalam kartun polisi Johnny Hidayat. Tetap berimbang mencitrakan polisi.
Siapa Johnny Hidayat?
Awalnya ia merantau ke Jakarta untuk jadi penyanyi. Lalu menjadi kartunis yang produktif.
SENI
Tafsir Amongraga
Amongraga adalah tokoh terkenal dalam Serat Centhini. Komunitas Sakatoya menafsirnya dalam teater boneka. Seperti apa?
URBAN
Alih Bentuk Motor Klasik
Minat terhadap modifikasi sepeda motor terus berkembang belakangan ini. Sebagian besar berbentuk motor klasik.
WAWANCARA
KPAI Soal Perlindungan Anak-Anak Ferdy Sambo
Anak-anak Ferdy Sambo rentan terkena stigmatisasi kejahatan orang tua mereka. Bagaimana seharusnya publik memperlakukannya?